Part 3-Justin
Rayhan bangun dengan kebingungan pagi itu. Ia lupa bahwa ia tidur di rumah itu tanpa membawa pakaiannya. Pakaian-pakaian lamanya sudah tidak ada lagi di almari kamarnya. Mungkin sudah dibuang atau disumbangkan oleh ayahnya. Terpaksa ia mandi dan kembali memakai pakaiannya kemarin malam. Untung saja perlengkapan lainnya masih tersedia di rumahnya itu. Setelah sarapan ini, ia akan pulang dulu ke apartemennya untuk mengambil barang-barang yang diperlukan, baru setelah itu ia akan berangkat ke kantor untuk menggantikan tugas ayahnya.
Sebenarnya ia merasa kepentingannya untuk pulang ke rumah ini sungguh tidak masuk akal. Kalau dipikirkan kembali ia pulang semata-mata hanya untuk menjaga Angela, putri angkat kesayangan ayahnya. Kata 'kesayangan' itu membuatnya agak kesal. Mungkin ia sedikit iri pada Angela karena mendapat kasih sayang ayahnya. Tapi sedari kecil, ayahnya juga menyayangi dirinya dan itu wajar karena ia anak kandung ayahnya. Sedangkan Angela?
Kalau saja tidak karena sudah berjanji pada ayahnya, ia tidak akan sudi menjaga adik angkatnya itu. Anak dari wanita yang telah menghancurkan keluarganya.
"Kak Re!!! Sudah bangun ya?!!"
Rayhan menggertakkan giginya tanpa menoleh ke asal suara ceria itu. Baru saja ia sedang memikirkannya di meja makan, gadis itu sudah muncul di ujung atas tangga.
Rayhan mendengar langkah kaki menuruni tangga dengan tergesa-gesa dan...
Brak Bruk Brak!!
Rayhan tentu menoleh dengan spontan setelah mendengar suara itu. Ternyata Angela jatuh terguling-guling dari tangga. Rayhan meringis melihatnya.
Seketika ia berdiri dari kursinya, takut jika terjadi apa-apa pada Angela. Meski ia membenci Angela, tapi gadis itu juga manusia, dan kebetulan dirinya masih memiliki rasa kemanusiaan.
Baru saja ia hendak menolong Angela tapi ia mengurungkan niatnya setelah melihat Angela terbangun sendiri sambil meringis mengelus-elus pinggangnya.
Angela terlihat sudah memakai seragam sekolahnya ; kemeja putih dengan jas blazer abu-abu dan rok pendek kotak-kotak bernuansa merah. Bukan pakaian seragam konvensional gadis SMU. Ayahnya menyekolahkan Angela di sekolah elit rupanya. Rayhan sempat melihat sekilas logo sekolah Angela yang terbordir di jas gadis itu.
"Kau tidak apa-apa?" Rayhan bertanya pelan sambil menjaga nada suaranya agar tidak terdengar khawatir.
"Tidak apa-apa, aku tadi terpeleset, untung tidak terlalu tinggi, Kak. Hanya lima tangga. Aku tahan sakit kok, Kak!! Peace!!" Angela tertawa kembali sambil mengambil tas sekolahnya yang ikut terjatuh bersamanya.
Rayhan duduk kembali di tempatnya semula. Perkataan ayahnya memang benar. Angela memang ceroboh tapi ia tidak menduga Angela seceroboh tadi. Gadis itu memang luar biasa.
Angela menarik kursi yang berseberangan dengan kursinya. Meja makan itu tidak terlalu besar. Hanya tersedia kursi untuk enam orang. Rayhan tidak mempedulikannya dan berusaha secepatnya untuk menyelesaikan sarapannya agar tidak perlu berlama-lama bersama Angela. Dan ia tidak akan berbicara dengan Angela apapun yang terjadi. Biarkan saja Angela mengoceh sesuka hatinya.
Dan tidak disangkanya, Angela tidak duduk di kursi yang ditariknya tadi. Angela hanya menaruh tas sekolahnya, lalu berjalan mengitari meja, menarik kursi di sebelah Rayhan dan duduk di sana.
Rayhan membeku menatap Angela.
"Kenapa kau duduk di sini?" Rayhan tanpa sadar bertanya.
Sial! Tadi ia berpikir tidak akan berbicara dengan gadis itu, kenapa sekarang malah dirinya sendiri yang memulai pembicaraan?!!
Angela menoleh dengan kebingungan lalu menatap sekelilingnya. "Ini meja makan bukan?"
Rayhan tidak tahu bagaimana ia harus menjawab pertanyaan Angela. Ia benar-benar tidak bisa berkutik lagi, jadi ia hanya menghela nafas dengan pasrah dan bertopang dagu ke arah lain.
Ia kembali mendengar suara berisik kursi yang ditarik oleh Angela. Rayhan penasaran dan menoleh kembali. Ternyata Angela mendekatkan kursinya dengan kursi Rayhan. Sebenarnya apa maunya gadis itu? Apa ia tidak bisa merasakan kalau Rayhan membencinya? Kurang jutek seperti apalagi dirinya harus bersikap?!
Dengan posisi mereka yang berdekatan seperti ini, Rayhan dapat melihat dengan jelas rambut bergelombang Angela yang diikat kuncir kuda. Beberapa anak rambut tumbuh dan melengkung di dekat tengkuknya dengan indah, membuat tangan Rayhan gatal untuk menyentuhnya. Pandangan Rayhan turun menyusuri leher Angela yang indah, lalu lekukan dada gadis itu, berlanjut ke pinggang panjang Angela dan berakhir ujung rok pendek yang menyisakan banyak pemandangan kaki Angela.
Sebenarnya apa yang ia lakukan?!
Menatap Angela seperti itu hanya membuatnya 'kepanasan' di pagi hari!! Ia harus segera menyingkir dari sisi Angela sebelum mulai benar-benar tidak waras.
Angela merasa sangat gembira pagi hari ini saat ia tahu akan melihat wajah kakaknya di pagi hari, secara nyata, live istilahnya kalau di konser. Selama ini ia hanya dapat melihat kakaknya itu melalui foto di sosmed, dan itu pun tidak banyak, karena kakaknya jarang mengunggah foto dan sepertinya jarang aktif juga.
Ia terlambat bangun pagi itu akibat sulit tidur dikarenakan memikirkan dirinya tidur begitu dekat dengan Kak Rayhan yang dipujanya..yah... meskipun dibatasi oleh dinding kamar. Ia cepat-cepat mandi pagi itu lalu memakai seragam sekolahnya dan melesat keluar kamar.
Ia semakin gembira mengetahui kakaknya sedang ada di meja makan dan langsung menuruni tangga dengan tidak sabar hingga terpeleset dan jatuh terguling-guling. Pinggang dan bokongnya terasa berdenyut-denyut karena nyeri...sungguh...Tapi yang tidak disangkanya, Kak Rayhan menanyakan keadaan dirinya dan sakit yang dirasakannya langsung sirna.
Ia mengambil tempat duduk di samping kakaknya agar bisa lebih dekat. Mungkin jika diperbolehkan ia malah akan memilih duduk di pangkuan kakaknya. Kalau sudah menyangkut Kak Rayhannya entah kenapa ia menjadi gadis yang tidak tahu malu...
"Kenapa kau duduk di sini?" terdengar kakaknya bertanya.
Angela sudah menduga kakaknya pasti akan menganggapnya aneh, tapi ia memang sengaja melakukan semua ini. Ia tidak ingin mengawali pertemuan mereka dengan formalitas yang hanya menyebabkan pendekatannya kepada Kak Rayhan akan membutuhkan waktu yang semakin panjang sementara kakaknya itu hanya sebentar di rumah ini.
"Ini meja makan bukan?" ia pura-pura menjawab dengan innocent mode on.
Dan kakaknya tidak bertanya lebih lanjut sambil membuang muka darinya. Ughhhh!!! Angela tidak akan membiarkannya!! Cepat-cepat ia menarik kursi meja makannya yang berjarak satu meter dari kursi kakaknya untuk mendekat. Kakaknya menoleh kembali kepadanya sambil mengerutkan kening. Ia berhasil!
Baru saja ia merasa senang sesaat tiba-tiba kakaknya itu malah berdiri dari kursinya. Angela tersentak.
"Mau kemana, Kak?" Angela bertanya sambil mengawasi kakaknya yang berjalan mengitari meja makan menuju ruang depan.
"Berangkat ke kantor menggantikan Papa."
Angela merasa kecewa. Kak Rayhan memang sepertinya tidak suka berdekatan dengannya. Tapi sebelum berangkat cek medis, ayahnya memang menjelaskan bahwa kakaknya hanya di rumah itu untuk melindunginya di malam hari. Mau tak mau Angela harus pasrah menerimanya.
"Kak!! Kak!! Tunggu!! Kakak tidak meminta nomor ponselku? Bukankah Kakak harus menjagaku selama Papa pergi. Bisa saja aku sepulang sekolah tidak langsung pulang ke rumah. Atau aku membawa laki-laki ke rumah dan melakukan perbuatan tidak senonoh sementara Papa dan Kakak tidak ada." Angela mengejar kakaknya.
Kakaknya menghentikan langkahnya dan berbalik sambil menatap kesal padanya. "Kau akan melakukannya?"
Angela ikut berhenti dan mengedikkan bahu sambil tertawa. "Tidak, sih."
Rayhan tidak menjawab dan kembali berbalik menuju pintu depan.
"Kalau begitu aku yang akan miss call Kakak. Kebetulan aku tahu nomor ponselmu, Kak." Angela berteriak lagi berharap kakaknya mendengar ucapannya.
_____________________
"Ada apa dengan lo hari ini, Njel? Sejak pagi elo senyum-senyum sendiri. Sebenarnya gue ngerasa agak jijik ngelihat tingkah lo."
Angela langsung menoleh ke samping menatap Vaya, teman sebelah kiri bangkunya. Vaya adalah anak terpintar di kelasnya. Ia memakai kacamata dan selalu berpenampilan rapi, berbeda dengan Angela yang urakan. Vaya tampak sedang menulis dan Angela merasa heran anak itu ternyata sempat memperhatikannya.
Angela merasa selama ini Vaya adalah anak yang sangat tenang. Vaya jarang pergi ke kantin, jarang pergi ke toilet dan jarang berbicara. Bahkan jika terjadi gempa bumi 9 skala ritcher, Vaya mungkin masih duduk tenang di kursinya sementara satu kelas berhamburan.
"Gue ketemu dengan calon suami masa depan gue, Vay." Angela memegang pipi menjawabnya.
Vaya menoleh pada Angela sambil mengernyit. "Kakak lo?"
Angela tersentak. "Kok elo tau sih, Vay??!!"
Sebelum Vaya menjawab, Justin yang ada di sebelah kanan Angela ikut menimpali. "Nggak usah kaget, Njel. Seantero sekolah ini sampai dagang siomay depan sudah tau kalau elo suka pada kakak lo sendiri. Elo selalu membicarakan tentang kakak lo sepanjang waktu seakan-akan dia satu-satunya cowok yang hidup dan eksis di muka bumi."
"Iya sih, Kakak gue emang oke." Angela tidak menampiknya dan tertawa.
Justin dan Vaya memutar bola mata mendengarnya. Vaya melanjutkan acara menulisnya.
"Gue berani bertaruh kalau wallpaper ponsel lo pasti foto kakak lo yang elo curi diam-diam di sosmed." Justin melanjutkan dengan tenang.
Angela menggertakkan gigi mendengarnya. Tebakan Justin tepat seratus persen. "Tin...mau gue pake wallpaper kakak gue kek, mau gue pake Andika kangen band kek. Itu hak asasi gue!! Ponselnya juga punya gue tau!"
"Iye iye, terserah elo deh, Njel. Gue cuma kasihan ama lo yang menyia-nyiakan masa muda demi kakak lo yang belum tentu punya perasaan sama kayak elo." Justin menjawab sambil melirik dada Angela. "Elo pacaran aja dulu sama gue, gih, biar nggak nyesel."
Angela mencibir dengan jijik. "Nggak salah lo minta gue jadi pacar elo, Tin Tin?!! Terus Mikaila mau lo kemanain?"
Justin yang sering ia panggil dengan sebutan Tin Tin adalah seorang idola di sekolahnya. Wajahnya tampan-kata orang-orang-dan penampilannya modis. Ia anak dari seorang pengusaha klub, karaoke dan berbagai usaha hiburan malam lainnya. Justin memiliki pacar cewek cantik dan idola juga di sekolah mereka bernama Mikaila, anak kelas sebelah.
Sejak kelas sepuluh, ia dan Justin akrab karena selain sekelas, mereka juga sering main basket bersama.
"Kalau elo bilang mau, sekarang juga gue langsung putusin Mikaila."
"Lo lagi mabok! Lo udah sering bilang kalo gue cewek paling nggak feminin semuka bumi. Inget gak?" Angela tidak pernah menganggap serius perkataan Justin. Justin memang suka bercanda, apalagi pada dirinya.
"Iya sih, Njel. Tapi lama-lama gue lihat elo lumayan juga. Elo emang nggak terlalu cantk, Njel. Tapi makin lama dilihat entah kenapa elo makin cantik. Sedangkan Mikaila tuh kebalikannya. Dia emang cantik pertama kali dilihat, tapi lama-lama gue bosen." Justin menjawab santai sambil memperhatikan tubuh Angela kembali.
"Makanya gue bilang elo mabuk! Udah, ah!! Berhenti ngelihatin dada gue!!" Angela berteriak kesal. "Gue juga nggak mau jadian ama cowok mesum kayak elo. Pokoknya gue setia ama my precious honey bunny sweety darling, yakni..."
"Kakak lo." Justin memotong.
"Yak!! bener banget, Tin!" Angela mengedipkan sebelah matanya sambil tertawa. Justin ikut tertawa.
Vaya yang sejak tadi dilupakan oleh kedua teman gajenya itu memutar bola mata lagi mendengarnya.
***
Find me :
IG @dian_oline_maulina
Line olin_linlinlin
Fb fanspage matchamallow
Agak terlambat update nih, soalnya banyak kesibukan di dunia nyata. Maklum mau akhir bulan, hehehe...
Part 3 ini emang agak nyeleneh ceritanya tapi sabar ya...ikutin aja dulu coz ini juga bagian penting dari cerita. Aku ngga mungkin menampilkan tokoh yang nggak bakal berperan di masa depan cerita ini, chingu.
Keep vote and komen ya...Jangan lupa yeyy yeyy...haha...
Doain besok bisa update!! Author juga pengen cepet-cepet namatin ni cerita dan beralih ke Daniel.
Follow IG:
dian_oline_maulina
matchamallow_gallery
🌸🌸🌸
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top