Part 25 - Past and Present
Hi, all. Karena sudah mencapai 6K ini sudah kuupdate ya. Oiya, ada yg bilang part kemarin pendek sangat? Padahal itu sudah hampir 3000 kata lho..yahh mau bagaimana lagi. Haha. Ini juga hampir 2700 kata tapi tetep terasa pendek T-T
Rayhan terbangun pagi itu dengan kepala pening akibat minum agak lebih banyak dibanding biasanya. Tapi ia tidak mabuk dan mengingat dengan jelas apa yang ia lakukan semalam. Setelahnya ia terlelap dengan memeluk punggung Angela dan itu adalah pengalaman tidur paling menenangkan yang pernah ia rasakan seumur hidup. Dan sekarang Angela tidak ada di sampingnya.
Ia bergegas memakai pakaiannya dengan asal-asalan dan berjalan menuju kamar mandi. Angela juga tidak ada di sana. Mungkin Angela sudah bangun sejak tadi dan sudah turun ke lantai bawah. Rayhan segera keluar dari kamar Angela dan menuju kamarnya sendiri mengingat sebentar lagi pengurus rumah tangga mereka bisa saja datang untuk membersihkan kamar.
Jam ponselnya menunjukkan bahwa hari sudah menjelang siang dan ia memang terlambat bangun. Ayahnya pasti sudah berangkat sejak tadi. Kebetulan tidak ada pesan ataupun panggilan dari ayahnya sehingga Rayhan tidak tergesa-gesa.
Badannya terasa nyeri di beberapa tempat sehingga ia tidak heran mendapati dirinya memar dan luka-luka setelah membuka pakaiannya kembali di kamar. Tidak seberapa berat memang tapi cukup membuatnya menghela napas. Angela sempat mencakarnya di berbagai tempat dan yang terparah adalah luka gigitan di lengan kiri Rayhan. Ia tidak yakin luka itu tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Sial...kenapa hasratnya harus jatuh pada wanita barbar itu...
Tapi semua luka-luka dan memar itu sepadan dengan hasil yang ia dapat. Sudah beberapa hari ini Rayhan tersiksa karena hanya memandangi Angela tanpa bisa menyentuhnya dan akhirnya ia dapat merasakannya lagi semalam. Rasanya sangat memuaskan. Ia tidak menduga di saat-saat terakhir Angela akan menyambutnya. Hal itu memunculkan pertanyaan di benaknya apakah masih ada sisa cinta dalam hati Angela untuknya. Ia bisa mencari tahu hal itu nanti tapi ia harus menemukan Angela terlebih dulu.
_________________
"Ini si Vay, Njel?" Justin agak terkejut saat melihat Angela datang sambil menggandeng Vaya yang sedang melihat sekelilingnya dengan tercengang.
Sejak lulus sekolah Justin tidak pernah lagi bertemu dengan Vaya dan sebatas berteman lewat medsos. Itupun hanya berteman, tidak pernah saling menyapa. Justin tahu Vaya tidak begitu suka menghabiskan waktu dengan hal-hal tidak berguna seperti chatting atau berbincang-bincang. Tak jarang Justin sering mendengar teman-temannya dulu mengatakan Vaya agak sombong karena sepertinya mereka belum mengenalnya. Jika bukan karena Angela, Justin juga tidak akan pernah tahu. Hanya Angela yang bisa berteman dengan Vaya secara alami.
Vaya juga benar-benar mendapat kejutan hebat hari ini. Saat bangun tidur dan berjalan menuju dapur untuk sarapan ia mengerutkan alis setelah mendapati Angela sudah duduk di meja makannya dan sedang bercakap-cakap riang dengan ibunya. Jika ia mengenal seorang manusia yang bisa tidak tahu malu dengan datang bertamu pagi-pagi ke rumah temannya maka orang itu adalah Angela. Tidak salah lagi.
Angela melihatnya dan melambai-lambaikan tangan dengan riang lalu menarik kursi di sebelahnya mempersilahkan Vaya untuk duduk. Selang beberapa jam kemudian setelah puas berceloteh dengan ibunya yang memang hobi bercakap-cakap dengan segala jenis makhluk di dunia ini, Angela minta ijin untuk mengajaknya keluar rumah. Ibunya sempat bertanya kemana mereka akan pergi dan Angela menjawab mereka akan pergi ke klub. Ibunya tertawa. Vaya juga menganggapnya sebagai gurauan karena klub biasanya hanya buka di malam hari dan ia jarang...ralat : tidak pernah ke klub. Ayahnya bisa menggantungnya jika ia coba-coba pergi ke klub atau semacamnya.
"Njel...kita ada dimana?!!" tiba-tiba raut wajah Vaya terlihat seram. Angela meringis. Justin tertawa.
"Kan gue bilang ketemu ama Justin, Vay. Nah, ini kebetulan Justin ada di klub jadinya ya gue ajak kesini." Angela menjelaskan. Klub yang mereka datangi memang sepi karena tidak beroperasi di siang hari, tapi tetap saja itu adalah sebuah klub dan ini pertama kalinya Vaya ke klub!
"Njel, lo nggak tau kalau Vaya ada turunan ningratnya? Malah lo ajak ke klub. Wah, lo udah ngerusak anak orang, Njel." Justin menggeleng-gelengkan kepala.
Yang dikatakan oleh Justin memang benar. Meski Vaya tidak pernah memikirkan hal tidak berguna semacam keturunan tersebut, ayahnya masih berpikiran sangat tradisional. Ia sangat menentang keras kehidupan bebas remaja saat ini dan sering menasehati Vaya setiap harinya agar selalu berhati-hati. Vaya menurutinya...sampai hari ini.
"Masa sih?" Angela berjengit tanpa rasa bersalah. "Tenang aja Vay. Kita nggak akan melakukan hal yang aneh-aneh kok. Lagian kan tadi gue yang nyetir mobil lo Vay, bukan sopir. Jadi nggak bakal ada yang tahu." ia menoleh pada Vaya dengan puppy eyesnya. Vaya merasa speechless.
"Ya udah kita pergi ke tempat lain aja. Jangan di sini." cetus Justin dengan santai. Angela mengangguk setuju.
Angela sebenarnya merasa begitu banyak pikiran hari ini dan ia melakukan kebiasaannya di saat galau : menyibukkan dirinya agar tidak memiliki waktu untuk berpikir. Ia berpura-pura senang, mengunjungi siapa saja dan menebarkan keceriaannya kesana kemari padahal hatinya berkecamuk. Ia tidak mengerti akan kebiasaan anehnya ini.
Kejadian tadi malam membuatnya begitu marah, kesal, malu dan bimbang di saat yang bersamaan. Sekarang ia sudah mengetahui apa itu kenikmatan bercinta dan ia tidak yakin akan bisa menolaknya lagi nanti. Angela sampai tidak berani menghadapi kakaknya di pagi hari dan melarikan diri darinya untuk sementara seharian ini. Sungguh pengecut memang tapi apa boleh buat.
Lalu bagaimana sebenarnya perasaan kakaknya tersebut? Angela takut untuk mengetahuinya juga tapi ia penasaran. Apalagi saat terakhir kalinya ia memperlakukan Angela dengan lembut dan Angela bahkan terbuai untuk tertidur di pelukannya. Rasanya begitu nyaman bagi seseorang yang selalu kesepian seperti Angela. Sejak ia kecil ia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali ia bermanja-manja dengan mamanya. Mamanya mengajarkan kehidupan padanya dengan tegas dan memberi kasih sayang seperlunya. Ayah angkatnya memanjakannya tapi tentu saja tidak mungkin melakukan hal berlebihan semacam itu. Pastinya sangat aneh.
"Mikirin sesuatu?" pertanyaan Justin membuatnya tersadar dari lamunan. Justin mengajak dirinya dan Vaya makan siang di sebuah restoran eksklusif yang terletak di sebuah gedung perkantoran. Makanan yang disajikan sebetulnya enak, hanya saja Angela terlalu sibuk merenung sehingga tidak begitu mempedulikannya.
Vaya juga tidak berinisiatif untuk mengajak Justin mengobrol dan hanya memakan steaknya dengan pelan dan anteng. Angela merasa sejak tadi Justin sempat berusaha mengajak Vaya berkomunikasi tapi Vaya hanya menjawab tidak lebih dari tiga patah kata. Kasihan Justin...
"Masih mikir mau milih apartment yang mana yang bakal gue sewa selama sebulan di sini, Tin." Angela memang sudah mencari apartment dan ia sudah mendapatkan beberapa yang bisa disewa bulanan.
"Emang nggak betah di rumah?" tanya Justin.
"Betah sih. Cuma gue kan berusaha nggak makai uang Papa lagi." sahut Angela. Itu alasan klisenya...sesungguhnya alasan utamanya tentu saja ia tidak bisa hidup satu atap bersama kakaknya. Lama-lama ia bisa mengalami gangguan jantung karena terlalu sering berdebar-debar. Dan hal itu juga sukses membuat usaha move on nya selama empat tahun kandas dengan sia-sia.
"Oh, gitu." Justin manggut-manggut. "Gue dukung-dukung aja sih keputusan elo. Ntar kalo udah pindah kan gue bisa datang kesana malam-malam." tambahnya.
Angela melotot padanya. Justin tertawa. Vaya hanya terdiam.
Dan ini satu hal lagi yang membuat Angela tersiksa. Bagaimana caranya ia harus mengatakan pada Justin bahwa ia tidak bisa lagi melanjutkan hubungan mereka sebagai kekasih meski hanya sebatas status. Apa alasannya?
Justin, aku tidak bisa menjadi pacarmu lagi karena aku tidak pernah bisa melupakan kakakku bahkan aku juga sudah tidur lebih dari sekali dengannya dan parahnya aku menikmatinya di kali kedua.
Tidak!!!!!!
Alasan itu sangat kejam. Tapi ia juga tidak ingin Justin terus-terusan mengharapkan dirinya dan tidak berusaha mencari cinta yang lain.
Jika dipikir-pikir, ia hampir mirip dengan Justin...semoga saja tidak. Ia tidak ingin Justin mencintai dirinya dengan kadar tak terbatas seperti yang dirasakan Angela pada kakaknya.
_________________
Rayhan tidak bertemu Angela hampir sepanjang hari ini.
Ia sudah menunggu di rumah karena tidak tahu harus mencari kemana tapi Angela tidak kunjung pulang. Kemana sebenarnya Angela pergi? Sejak dulu ia tidak mengenal Angela dan tidak tahu pasti tempat-tempat yang disukai gadis itu. Dan sepengetahuan Rayhan satu-satunya teman Angela yang pernah berkunjung ke rumah mereka hanya Justin.
Sial!! Ia tidak pernah merasa separah ini dalam memikirkan seorang wanita.
Sebenarnya ia tidak ingin secepat ini mendekati Angela tapi lelaki bernama Justin itu membuatnya kehilangan kendali dan merusak segalanya. Ia cemburu pada anak itu. Sejak dulu ia tahu Justin dekat dengan Angela tapi ia tidak mengerti mengapa baru sekarang ia mencemburui anak itu.
Rayhan tidak menyangka bahwa saingannya adalah seorang lelaki yang tampan, kaya dan juga agresif. Seandainya saja Justin tidak setampan itu, tapi jika dipikir-pikir sesungguhnya Daniel juga tidak kalah tampan dan Angela sudah bertemu dengannya berkali-kali namun Angela tidak berubah menyukai Daniel. Angela sepertinya tidak pernah terlena dengan keindahan fisik seseorang. Meskipun begitu, Rayhan tetap was-was karena Daniel tidak pernah merayu Angela seperti Justin. Suatu saat Angela bisa saja luluh oleh rayuan tersebut.
Lama-lama ia bisa gila jika hanya bisa menebak dan membuat hipotesa sendiri. Daniel hari ini mengatakan tidak bisa bertemu dengannya dan memilih bertemu Budi yang saat ini lebih galau dibanding dirinya hanya akan memperparah keadaan. Rayhan akhirnya memutuskan akan menemui ayahnya di kantor. Sekalipun ayahnya tidak memanggilnya tidak ada salahnya ia meluangkan waktu.
Ayahnya seorang workaholic akut tapi tidak pernah memaksa Rayhan untuk menjadi seperti dirinya. Terkadang Rayhan merasakan ayahnya melakukan itu semua sebagai kamuflase dan memang sengaja menyibukkan diri. Entah mengapa beberapa kali ia sering menemukan ayahnya termenung sendiri seakan memikirkan sesuatu yang begitu jauh dan wajahnya terlihat begitu sedih. Tapi setiap Rayhan menanyakannya, ayahnya hanya tersenyum dan menjawab tidak apa-apa.
Permainan takdir memang begitu aneh.
Saat Rayhan tidak berusaha mencari Angela, ia malah tidak sengaja menemukannya.
Angela sedang duduk di depan meja kerja ayahnya dan masih bercakap-cakap dengan riang tepat saat ia membuka pintu. Angela menoleh dan senyumannya langsung berubah saat mendapati yang menginterupsinya adalah Rayhan.
"Re, kejutan sekali kau datang. Angela sudah sejak tadi di sini menemani Papa dan juga membawakan makan siang. Kau ingin membicarakan sesuatu yang penting?"
Rayhan berjalan memasuki ruangan dan Angela langsung memalingkan wajahnya. "Tidak ada yang penting, Pa. Lanjutkanlah percakapanmu dengan Angela." Ia memilih duduk di sofa ruang kerja ayahnya di mana ia bisa mengawasi mereka berdua.
Tapi Angela tiba-tiba berdiri dan memakai kacamata hitamnya. "Kalau begitu Angela pulang dulu, Pa. Sampai bertemu nanti di rumah." Ia memutari meja dan mencium pipi ayahnya.
"Kak." Angela hanya mengangguk sekilas padanya dan melangkah keluar pintu.
Baguslah. Ia mengerti sekarang. Jadi Angela sengaja menghindarinya.
"Adikmu sungguh aneh. Ia kemari hanya untuk mengatakan bahwa ia akan pindah ke apartment yang sudah disewanya." ayahnya berkomentar setelah Angela baru saja keluar ruangan dan meninggalkan mereka berdua.
"Apa? Dan Papa mengijinkannya?" Rayhan tidak bisa lebih terkejut lagi mendengar berita yang baru saja disampaikan oleh ayahnya.
"Awalnya tidak. Tapi mau bagaimana lagi. Ia membuat Papa tidak berkutik dengan memberi dua pilihan. Mengijinkannya atau ia akan kembali ke Sydney sekarang juga." cetus ayahnya datar.
Sial!!
Rayhan langsung berdiri dari kursinya seketika dan beranjak menuju pintu keluar.
"Re, mau kemana?"
Rayhan terhenti sebentar di ambang pintu dan menyahut. "Berbicara dengannya."
Seharusnya Angela belum terlalu jauh. Dan perkiraan Rayhan benar. Angela terlihat baru saja memasuki lift dan terlihat menekan tombol dengan panik begitu melihat Rayhan menyusulnya. Pintu lift hampir menutup dan Rayhan terpaksa berlari tanpa memikirkan resiko terlihat bodoh dengan menabrak pintu lift jika gagal. Untungnya ia berhasil.
Angela ternganga sebentar setelah melihat kenekatan Rayhan tapi secepatnya ia mendapatkan kesadaran kembali dan memalingkan wajah. Ia bergeser di sudut terjauh lift dengan tidak nyaman. Mereka tidak bersuara selama beberapa saat.
Rayhan melihat wajah Angela yang begitu dingin dengan kacamata hitam sialannya seperti biasa. Lift yang mereka pakai adalah lift pribadi dan Rayhan tahu ia mendapatkan privasi ini hanya untuk beberapa saat. Dan entah kenapa ia merasa ingin membuktikan sesuatu tentang Angela.
Ia mulai mendekati Angela dan gadis itu hanya terdiam. Sejak berpisah jauh, Angela memang semakin dingin padanya. Rayhan sudah tahu itu. Hanya saja ia penasaran dengan sikap dingin tersebut. Ia semakin mendekat dan akhirnya berhasil memerangkap Angela ke dinding lift.
Angela...tidak terlihat setenang sebelumnya. Rayhan tahu itu dari caranya mengerutkan diri di dinding dan menghindari menatapnya. Angela mulai bernapas tidak beraturan dan menelan ludahnya dengan gugup. Rayhan menangkap pergerakan itu.
Dan Rayhan melakukan sesuatu yang sudah lama ingin ia lakukan. Melepas kacamata hitam Angela dengan tiba-tiba.
Angela terkesiap karena gerakan mendadak tersebut dan menoleh pada Rayhan dengan marah. Rayhan merasa reaksi Angela begitu lucu dan tertawa kecil karenanya. Dan ia mendapatkan ekspresi yang tidak terduga dari Angela. Angela mulai merona dan Rayhan tidak mungkin bisa salah mengartikan tatapan mata itu.
Ya Tuhan. Angela masih memiliki perasaan terhadapnya dan ia tidak bisa lebih senang lagi mendapati kenyataan baru ini.
Pintu lift terbuka dan terlihat Angela keluar lift dengan geram sedangkan Rayhan masih berdiri dengan memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan Angela. Yah...Angela tidak terima ia menertawakannya dan langsung menampar Rayhan dengan begitu keras tanpa ragu-ragu.
Tapi Rayhan harus bergerak cepat.
Sekarang atau tidak akan ada kesempatan lagi.
Rayhan meraih pergelangan tangan Angela secara tiba-tiba dan menariknya kembali menuju lift lalu menekan tombol teratas. Angela tentu saja meronta dan ia terpaksa memeluknya sesaat hingga pintu lift tertutup. Ia refleks melepaskan gadis itu setelah Angela menginjak kakinya sekuat tenaga dengan sepatu heels mengerikan yang Rayhan baru sadar dikenakan oleh Angela. Sial...
Tapi Angela terlambat untuk itu karena mereka sudah terkurung berdua di dalam lift kembali. Lama-lama ia bisa berakhir di rumah sakit atau mungkin pemakaman jika terlalu sering berurusan dengan Angela yang sedang marah. Rayhan harus mengingat hal itu.
"Kau sungguh tidak waras! Apa yang kauinginkan?!" Angela membentaknya.
Rayhan masih menumpukan tangan pada lutut untuk melihat keadaan kakinya. Ia mendongak mendengar pertanyaan Angela. "Apa yang kuinginkan?" Rayhan melakukan gerakan mendadak itu lagi. Ia menghampiri Angela dan menyudutkannya kembali di dinding. "Aku ingin melakukan ini padamu."
Tanpa ragu-ragu ia langsung mencium Angela. Rayhan tidak peduli jika sesaat lagi Angela akan melakukan sesuatu yang lebih ekstrem padanya. Itu sudah resiko yang harus ia tanggung setiap kali mengambil sesuatu dari Angela.
Angela mendorong dadanya. "Kakak sudah tahu lift ini dilengkapi kamera dan Papa bisa saja mengetahui apa yang kaulakukan!"
"Yang melihatnya hanya security, Angela. Dan aku akan mengurusnya nanti. Itu perkara mudah." Rayhan mengedikkan bahu. "Ini lebih penting dan mendesak. Kudengar kau akan pergi dari rumah. Jangan lakukan itu, Angela."
Angela mengerutkan kening mendengarnya. "Itu urusanku dan aku berhak melakukannya. Atas dasar apa Kakak melarangku?" ucapannya masih sama ketus dengan sebelumnya.
"Aku tidak melarangmu." Rayhan mendekatinya selangkah kembali. Angela menunduk sebentar melihat kakinya yang mendekat dan terlihat gugup. "Aku meminta padamu." Ia mendekatkan wajahnya pada Angela.
"Alasannya?" tanya Angela yang sudah menaikkan wajah kembali menatapnya.
"Alasannya?" Rayhan mengulang kembali pertanyaannya. "Karena aku tidak ingin kau jauh lagi dariku." Ia mengangkat kedua tangannya untuk membelai Angela mulai dari leher dan naik menyusuri rambutnya. Angela tidak menepisnya.
"Aku menyadari kau bagian penting dari hidupku, Angela." Rayhan menyentuhkan bibirnya pada bibir Angela. "Apa kau masih bisa mencintaiku lagi sekarang? Kau mengatakan itu dulu."
Rayhan menciumnya dengan perlahan, manis dan lembut. Lalu melepaskan pagutannya sebelum mengucapkan "Karena sekarang aku mencintaimu, Angela."
Ia sudah mengungkapkan isi hati terdalamnya untuk Angela dan tidak akan berusaha untuk menyangkalnya lagi sekarang. Sejak kepergian Angela ia merasa bersalah setengah mati dan memendamnya sendiri dalam kehidupannya yang hampa selama empat tahun. Angela sudah berhasil menorehkan namanya di hati Rayhan sama seperti bekas luka yang diberikan gadis itu di lengannya.
Rayhan merasakan Angela membeku setelah mendengar pengakuannya. Mungkin gadis itu masih dalam keraguan antara mempercayainya atau tidak. Rayhan akan memperjuangkan hal itu pelan-pelan nanti. Ia menunggu Angela akan mengucapkan sesuatu tapi gadis itu hanya terdiam. Rayhan melanjutkan ciumannya dan tanpa diduga, ia merasakan tangan Angela di punggungnya, menariknya mendekat dan Rayhan tahu apa artinya. Angela membuka bibir untuk membalas ciumannya dan Rayhan menikmatinya meski Angela tidak mengucapkan sepatah kata pun setelahnya.
_________________
Angela tidak membalas ucapan kakaknya karena ia belum bisa mempercayai kakaknya sepenuh hati, tapi ia juga tidak bisa menolak reaksi tubuhnya setiap kali berdekatan dengan kakaknya tersebut.
Tapi dalam hati kecilnya ia merasa begitu senang bukan kepalang dan berusaha menduga apakah ia berada di dunia nyata ataukah khayalannya. Keinginan terdalamnya selama bertahun-tahun didapatkannya hari ini dan ia berusaha menahan airmatanya karena tidak bisa merasa lebih terharu dari ini.
Ia ingin berteriak sekuat tenaga menyuarakan kata hatinya yang sesungguhnya tapi tidak ia lakukan.
Aku mencintaimu...tapi itu dulu.
Dulu...dan hingga sekarang pun aku masih mencintaimu setengah mati.
***
Keep komen n vote seperti biasa jika masih ingin tahu kelanjutannya dan cepat update. Thanks para valakers n golokers. Ucapan selamat hari raya sudah aku umumkan lewat wall aja ya. Hehe..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top