Part 24-(Private) The Biggest Fear
Warning 18+
Jadi Angela menyesal pernah menyukai Rayhan? Baiklah, memang apalagi yang bisa diharapkan Rayhan? Bahwa Angela akan tetap tergila-gila padanya setelah semua perlakuannya selama ini?
Rayhan merasa dirinya selalu tenang sebelumnya tepatnya sebelum bertemu Angela. Keberadaan gadis itu memang menyebabkan suatu perubahan yang sangat besar dalam hidupnya. Ibu Angela sudah merusak rumah tangga ayahnya. Dan kini giliran anak wanita jalang itu yang membuat dunia Rayhan jungkir balik.
Ia memang tidak menampik daya tarik Angela yang terlalu besar untuknya. Angela memiliki 'sesuatu' yang tidak pernah membuatnya bosan setiap kali Rayhan memandangnya meski gadis itu tidak terlalu cantik...dulunya. Ia sudah menyadari hal itu sejak bertemu Angela empat tahun yang lalu dan jika ia menuruti kata hatinya, Rayhan merasa hal itu sebagai sebuah pengkhianatan terhadap ibu kandungnya sendiri. Rayhan tidak akan pernah melupakan airmata ibundanya saat mengetahui bahwa ayahnya membawa Angela pulang ke rumah.
Rayhan sempat berkunjung beberapa kali ke rumah ibunya selama Angela tidak berada di Indonesia. Ia sempat berkeluh kesah dan herannya ibunya itu malah menyuruhnya dengan panik agar jangan menaruh dendam ataupun membenci Angela apalagi ayahnya.
Dan setelah memikirkannya selama empat tahun ia akhirnya memutuskan bahwa ia harus melupakan dendam lama dan menerima Angela sebagai salah satu bagian dari hidupnya. Ia menjemput Angela ke Sydney murni hanya karena satu alasan. Rayhan menginginkan Angela ada dalam hidupnya kembali, meski ia juga tidak berbohong mengenai keadaan ayah mereka.
Seharusnya ia menunggu beberapa bulan lagi saat masalah yang dihadapinya terselesaikan, tapi ia tidak bisa menahan diri saat melihat bagaimana Angela mempertontonkan tubuhnya bukan hanya untuk satu atau dua pria tapi untuk seluruh penghuni bumi.
Kemarahannya berubah menjadi rasa bersalah saat mengetahui Angela hanya menyerahkan diri untuknya dan belum pernah ada yang menyentuh Angela. Sejujurnya ia tidak mempermasalahkan hal tersebut sebelumnya, karena ia sudah bertekad akan mendapatkan Angela kembali bagaimanapun keadaan Angela. Sayangnya, meski ia sangat ingin memiliki Angela untuk dirinya sendiri, tapi ia tidak bisa melakukannya sekarang.
Angela terlarang untuknya.
Ayahnya juga mungkin akan membunuhnya tanpa ragu-ragu jika mengetahui apa yang sudah ia lakukan pada Angela.
Tapi ia sudah berusaha...
Rayhan sudah berusaha menahan dirinya mati-matian dan ia sudah melakukannya dengan begitu menakjubkan selama beberapa hari ini. Ia juga sudah memberitahukan pada Angela tentang kebenciannya yang sudah lama hilang dan berusaha mendekati Angela pelan-pelan.
Hingga kata-kata yang pernah diucapkannya sebagai upaya untuk menutupi diri dari kawan-kawannya malah menghancurkan benang yang sudah dirajutnya kembali.
Ia sudah benar-benar berusaha...
Dan contohnya bisa dilihat pula saat ini juga.
Rayhan harus menahan matanya yang hampir melompat keluar saat melihat Angela menuruni tangga dengan mengenakan gaun paling 'irit' yang pernah dilihatnya. Gaun minim yang berwarna senada dengan warna kulitnya dan hanya menutupi bagian terpenting tubuh Angela. Selebihnya hanya jaring-jaring tipis dan membuat pria manapun yang melihatnya akan membayangkan yang tidak-tidak. Yang pertama kali dilakukan Rayhan adalah mengutuk si pembuat gaun. Yang kedua adalah memikirkan untuk apa Angela mengenakannya di saat ia akan pergi dengan pria yang sudah jelas-jelas menatap Angela dengan mesum tanpa perlu diprovokasi lebih lanjut.
"Oh, shit! Rasanya aku jadi bisa membayangkan apa yang ada di dalamnya." komentar Daniel tentang gaun Angela yang begitu terang-terangan di sampingnya membuatnya menggertakkan gigi.
Rayhan tergoda untuk menggali sebuah makam lagi di sebelah makam Budi.
"Tunggu dulu, Re." Daniel menggamit bahunya saat ia baru saja hendak berdiri dari kursi sofanya. Padahal ia baru saja berencana menyeret Angela ke atas dan membuat gadis itu berganti baju kembali. "Aku tahu apa yang kaupikirkan, tapi kuharap kau menenangkan diri terlebih dahulu."
Rayhan melihat kepergian Angela dengan pasrah dan berbalik menghadap Daniel.
"Kau perlu tahu kalau aku sudah menenangkan diri sejak tadi hingga aku sendiri pun tercengang dengan batas kesabaranku, Niel. Jadi apa nasehatmu kali ini?"
"Belum tentu Angela akan melakukan hal terburuk yang ada di pikiranmu. Kita tidak boleh berprasangka dan hanya bisa mengawasinya. Ia sudah bukan anak-anak lagi sekarang." cetus Daniel santai.
"Aku tidak tahu mengapa aku harus menuruti kata-katamu!"
"Tenang saja, kawan. Kita tetap keluar sesuai rencana kita malam ini. Kebetulan sekali tujuan mereka sama dengan kita, jadi kita bisa sekalian mengawasi."
Rayhan mengerutkan keningnya. "Kenapa kau bisa begitu yakin?"
Daniel hanya memperlihatkan kembali senyumnya yang memuakkan. "Percaya saja padaku. Angela sudah kuanggap adikku sendiri, Re. Jadi aku tidak keberatan membantumu. "
Dan Rayhan memang mempercayai kata-kata Daniel setengah jam kemudian, tapi dalam keadaan yang hampir terbakar amarah. Entah kenapa ia mau mengikuti saran Daniel untuk mengawasi Angela.
"Aku tidak menyangka kau bisa menolaknya selama ini, Re." Budi bergumam di sebelahnya sambil melongo menatap arah yang sama dengan Rayhan dan Daniel. Mereka bertiga memilih duduk di meja bar dan bukannya di ruangan langganan mereka seperti biasa sehingga Rayhan mesti melihat pemandangan live yang ada di depannya secara eksklusif.
"Rayhan memiliki selera yang agak unik jika menyangkut wanita, Bud. Sama seperti dirimu dan si gadis ular." sahut Daniel.
"Kumohon jangan sebut namanya lagi, Niel." Budi meringis.
"Bagaimana, Re? Kau sudah tenang sekarang bukan? Ternyata mereka berdua hanya bercakap-cakap." Daniel duduk di sebelahnya sambil meneguk minuman. Ia juga ikut menatap Angela dan Justin yang sedang duduk di sebuah meja agak jauh dari mereka.
"Begitulah." Rayhan menjawab singkat sambil berpura-pura santai padahal ia sudah berusaha keras agar tubuhnya tetap menempel ke kursi bar yang sedang didudukinya.
Angela memang sedang bercakap-cakap dengan Justin. Rayhan juga menyaksikannya. Tidak ada yang salah dengan itu. Sampai Justin menarik Angela ke lantai dansa dan memeluk sambil mengangkat Angela.
Rayhan hampir tersedak minumannya.
Tubuh Angela menempel ke tubuh Justin dengan cara yang paling tidak bisa dibayangkannya. Justin bahkan memegang pinggang dan bokong Angela dengan leluasa tanpa disadari oleh Angela. Angela juga menampakkan senyum bahagia pada Justin padahal selama kepulangannya belum pernah sekalipun Rayhan melihat Angela tersenyum dengan tulus ikhlas.
Dan yang paling membuat Rayhan mengalami gempa bumi di dadanya adalah kejadian setelahnya. Saat Angela mencium Justin. Bukan Justin yang mencium Angela tetapi Angela sendiri yang berinisiatif untuk mencium pemuda itu dengan perlahan dan begitu menyiksa Rayhan yang melihatnya.
Baiklah! Sudah cukup! Ia akan menghentikan ini semua.
"Tunggu, Re! Mau kemana kau?" Daniel kembali menghentikan dirinya saat turun dari kursi bar.
"Apa?! Kau sudah bisa menebak apa yang akan kulakukan, Niel. Kau boleh mengejekku mati-matian setelah ini dan aku tidak peduli." Rayhan mulai tidak tahan lagi pada Daniel yang selalu menahannya sejak tadi dan tidak melakukan sesuatu.
"Aku tidak ingin membayar ganti rugi pada klub ini lagi, Re!" Daniel meringis.
"Aku tidak mungkin menyuruhmu membayar akibat dari perbuatanku sendiri, Niel!! Kau sudah tahu itu! Kenapa kau masih mencegahku?!" bentak Rayhan.
"Karena akan sangat berbeda ceritanya jika kau menyerang anak dari pemilik klub ini."
Rayhan terdiam dan mencerna kata-kata Daniel untuk sesaat.
"Kau pasti bergurau..." Rayhan tertawa dengan agak terpaksa. Dan ia tersadar bahwa Daniel tidak bergurau setelah beberapa saat Daniel hanya diam dan menatapnya penuh arti.
Sial! Rayhan baru bisa memecahkan teka-teki yang sudah membuatnya kebingungan selama empat tahun lamanya. Tentang mengapa uang yang ia pakai untuk membeli Angela tiba-tiba bisa kembali ada di rekeningnya. Ia sempat bertanya kepada kantor klub itu dan mereka semua mengatakan tidak tahu apa-apa seakan sengaja mempersulitnya mendapatkan jawaban.
Ternyata Angela dan kekasihnya itu sudah sukses mempermainkannya. Anak-anak nakal!
"Bersabarlah lebih keras lagi, Re." Daniel menariknya kembali menuju kursi. "Sebaiknya kau minum saja dan tidak usah melihat apa yang mereka lakukan. Biar aku saja yang menggantikanmu. Kau tidak tahan cobaan."
Memangnya Daniel pikir siapa yang pertama kali mengutarakan ide bodoh tentang mengawasi Angela secara diam-diam padanya? Seharusnya Rayhan selalu ingat akan kata-kata yang selalu ia sebut dalam pikirannya bahwa keingintahuan kadang menimbulkan bencana.
___________________
Dan sekarang bencana itu mulai muncul di depannya.
Kesabaran serta akalnya hilang entah kemana hingga ia menelan sumpahnya sendiri bertahun-tahun lalu untuk tidak memasuki kamar Angela lagi. Angela bisa saja belum pulang tapi entah kenapa begitu membuka pintu, Rayhan langsung menemukan gadis itu ada di sana. Begitu cantik dan masih mengenakan gaun sialannya.
Ia sudah memasuki kamar Angela dan ia tahu bahwa itu berarti ia baru saja melewati gerbang neraka.
Di hadapannya berdiri Angela yang baru saja Rayhan saksikan sendiri menciumi pria yang pernah dikatakan tidak ia cintai.
Dan tanpa sadar kata-kata yang paling kejam itu terucap lagi dari bibirnya sebelum menyentuh bibir Angela.
"Kau benar-benar wanita jalang, Angela."
Angela yang baru saja menaikkan sebelah lututnya ke tempat tidur belum tersadar dengan keadaan yang terjadi sehingga saat Rayhan mendadak menciumnya ia kehilangan keseimbangan dan punggungnya mendarat di tempat tidur.
Ia merasa marah mendengar kata-kata 'wanita jalang' tadi sekaligus merasa pening karena ciuman kakaknya. Ciuman yang paling ia hindari dan juga tidak bisa ditolaknya secara bersamaan. Betapa mengherankan bahwa ciuman romantisnya dengan Justin begitu berbeda efeknya dari ciuman yang didapatkannya sekarang meski penuh paksaan dan kasar. Angela benci mengetahui bahwa denyut nadinya menjadi semakin cepat dan jari-jari kakinya bahkan melengkung karena merasakan kenikmatan dari ciumannya saat ini.
Tapi Angela masih memiliki sedikit kesadaran dan segera mendorong kakaknya. "Kau sudah gila, Kak! Apa kau sadar apa yang sedang kaulakukan ini?! Keluarlah sekarang atau aku akan berteriak!" desis Angela sambil mengatur napasnya.
Rayhan mendengar ancaman Angela dan terdiam sejenak sebelum menjawab. "Berteriaklah kalau begitu. Aku tidak peduli Papa akan menghajarku. Aku tidak akan berhenti, Angela."
"Kau!!" Angela menampar Rayhan dan mendorongnya sekuat tenaga hingga ia bisa melepaskan diri dan segera berlari menuju pintu. Tapi baru saja ia turun dari tempat tidurnya sepasang tangan memeluk pinggangnya dari belakang dan menariknya sehingga ia terjatuh ke tempat tidur kembali.
Angela meronta-ronta. Ia menjambak Rayhan, menendangnya, memukulnya, mencakarnya dan yang terakhir mengigit tangannya sekuat tenaga kembali.
Rayhan tahu semua ini akan terjadi.
Yang dihadapinya bukan gadis lemah yang tidak akan melawannya. Yang dihadapinya adalah Angela, gadis yang sama yang juga pernah memberikan bekas luka pada tangan kanannya empat tahun silam. Dan kini Angela mengulangnya kembali hingga Rayhan merasakan sakit yang menyengat itu pada lengan kirinya. Tapi ia tidak akan melepaskan Angela lagi dan menyurukkan wajahnya ke punggung gadis itu sambil mengerang menahan sakit.
Perlahan-lahan ia merasakan gigitan Angela terlepas dengan sendirinya. Rayhan mengangkat wajahnya dari punggung Angela dan melihat mata Angela berkaca-kaca meski wajahnya tampak penuh kebencian.
"Berhentilah membuatku terpaksa melukaimu terus." Angela terisak pelan tanpa menatapnya. Pandangannya menerawang ke depan.
Rayhan tidak pernah melihat Angela menangis saat ia mengucapkan hal-hal kejam padanya, ia juga tidak menangis saat kehilangan kehormatannya. Tapi Angela saat ini menangis hanya karena telah melukainya? Jika dipikirkan mereka berdua memang selalu saling melukai. Rayhan melukai Angela dengan kata-kata dan Angela melukainya dengan bukti nyata.
"Apa yang kauinginkan, Kak?" Angela mengucapkannya selembut beledu. "Tidak cukupkah semua yang telah kulakukan? Aku sudah berusaha menjadi apa yang kauinginkan. Aku sudah pergi jauh darimu. Aku sudah berusaha melupakanmu, aku juga mencari..."
"Aku menginginkanmu, Angela." Rayhan akhirnya mengucapkannya sambil menempelkan keningnya pada rambut Angela.
Kakaknya menginginkannya...
Angela pasti sangat bahagia jika mendengar kata-kata itu bertahun-tahun yang lalu saat ia masih belum bisa mengendalikan tingkahnya. Tapi ia bukan Angela yang naif seperti dulu lagi. Ia hampir terlena mendengar kata-kata itu saat ini tapi ia tidak bisa lagi mempercayai ketulusan ucapan kakaknya seperti dahulu.
Tidak lagi....
Lagipula kakaknya menginginkannya bukan karena cinta padanya. Ini hanya sekedar nafsu...Dan Angela mengharapkan lebih dari itu pada seseorang yang akan menghabiskan seluruh hidup bersama dirinya.
"Kau ingat aku pernah mengatakan tidak akan ada yang kedua kali untuk kita?" Angela menggeliat karena merasakan ciuman di tengkuknya.
"Aku mengingatnya dengan jelas, Angela." Rayhan berbisik di telinganya.
"Dan aku tidak berubah pikiran." lanjut Angela sambil menangkap tangan kakaknya yang mulai menjelajahi bagian depan tubuhnya. Rayhan terhenti.
"Silahkan saja, Angela." Rayhan membalik tubuh Angela dan memerangkap tangannya. "Aku tidak peduli apa yang akan kaulakukan. Kau boleh berusaha berteriak atau membunuhku jika kau mau. Tapi aku bersumpah malam ini aku akan mendapatkanmu."
"Aku tidak akan menjadi pengecut dengan berteriak tapi aku akan melawanmu, Kak." Angela memicingkan matanya.
"Aku tahu..." Rayhan menurunkan wajahnya mendekati Angela. Angela memalingkan wajahnya. "Kau pernah mengatakan percintaan pertama kita sangat menyedihkan bukan, Angela? Akan kubuat kau mengatakan sebaliknya kali ini."
"Tidak akan!!" Angela hampir berteriak karena panik. Kakaknya tidak mengetahui bahwa hal tersebut adalah ketakutan terbesar Angela. Ia tidak ingin merasakannya. Tidak!
Rayhan menatap gaun yang dipakai Angela.
Sial. Bagaimana cara membukanya?
Ia melepaskan tangan Angela dan mulai meraba-raba mencari pengait, resleting atau benda apapun yang sengaja dibuat untuk menyiksa pria yang ingin membukanya.
"Tidak menemukannya?" di wajah Angela tiba-tiba tersungging senyum penuh kemenangan.
"Buka, Angela!" bentaknya.
"In your wish!" seringai Angela.
Rayhan tidak bisa menahan kekesalannya lebih lama lagi. "Fine! Kau yang membuatku memilih cara ini." Rayhan merobek gaun Angela yang memang sangat tipis sehingga membuat usahanya begitu mudah. Angela tidak memakai bra di balik gaunnya sehingga yang melekat pada dirinya hanya tinggal celana dalamnya. Ia ternganga menatap pekerjaan Rayhan. "Kau!!"
"Lagipula aku tidak menyukainya. Aku lega mengetahui kau tidak akan memakainya lagi."
"Brengsek!!" Angela menyerangnya hingga Rayhan terjungkal dan mereka jatuh ke lantai dengan posisi Angela berada di atas tubuh Rayhan. Rayhan mengerang kesakitan karena tulang-tulang punggungnya membentur lantai ditambah lagi berat tubuh Angela di atasnya. Untunglah lantai itu dilapisi karpet sehingga benturannya tidak terlalu keras.
Angela memanfaatkan kesempatan itu sebagai peluang untuk berlari. Ia segera merangkak dan mencoba berdiri. Rencananya ia akan keluar menuju kamar lain dan mengunci dirinya di sana hingga pagi. Belum sampai dua langkah ia berlari, Rayhan sudah memeluknya kembali dan mendaratkannya di tempat tidur dengan kasar.
Rasanya tidak begitu menyakitkan...Hanya saja Angela hampir putus asa karenanya...
Ia membalik tubuhnya dan mendapati Rayhan membungkuk di atasnya dengan kemarahan tertahan. "Kumohon Angela. Berhentilah membuatku menyakiti dirimu juga!"
Angela menatapnya lekat-lekat sambil mencoba mengatur napasnya yang tersengal-sengal. "Bukankah itu yang kauinginkan selama ini?! Menyakitiku."
Rayhan menatapnya sambil terdiam. Ia memandang wajah Angela dengan begitu intens sehingga Angela merasa rona panas mulai mengalir di sepanjang tubuhnya hingga wajahnya. Ia tidak pernah bisa tahan jika kakaknya menatapnya seperti ini. Ia tidak ingin kakaknya bisa membaca bahwa ia gagal melupakannya dan masih mencintai kakaknya itu dengan begitu menyedihkan.
"Aku lebih ingin melakukan ini padamu." Rayhan menyentuhkan bibirnya dengan perlahan pada bibir Angela dan mulai menciumnya.
Angela menutup matanya, membungkam mulutnya dan mencoba sekuat tenaga untuk tidak membalas ciuman tersebut. Beberapa saat kakaknya mencoba membuatnya merespon, mencoba membuka mulutnya tapi Angela tetap teguh pada pendiriannya. Ia merasa lega setelah kakaknya tidak meneruskan usaha tersebut pada bibirnya. Kelihatannya ia menyerah.
Dan sekali lagi Angela harus menelan kembali ucapannya karena ternyata kakaknya mulai turun menciumi tubuhnya.
"Aku lebih ingin menyentuhmu, Angela. Seluruh bagian tubuhmu." kakaknya menciumi lehernya lalu mulai turun menyusuri bahunya. Angela merasakan gelenyar aneh mulai menjalar di sekujur tubuhnya. Berhentilah merasakannya Angela! Berhentilah! Ia sampai bisa mendengar hati kecilnya yang memberontak.
Angela hampir terkesiap saat ia merasakan belaian pada payudaranya. Ia memang tidak ingin melihatnya tapi menutup mata memang merupakan kesalahan karena Angela semakin merasakan apa yang sedang dilakukan pada indra perabanya. Ia merasakan dengan jelas bagaimana puncak payudaranya mengeras saat bibir kakaknya menyentuhnya.
Tangan Angela refleks terangkat dan berusaha menjauhkan kakaknya dari tubuhnya, tetapi kakaknya menangkap kedua tangan tersebut dan menguncinya di samping tubuh Angela. Angela terpaksa merasakan kembali siksaan yang beruntun tersebut. Kakaknya mengisap payudaranya, menjilat puncaknya yang mengeras hingga tangan Angela mencengkeram sprei ranjang, berusaha untuk mempertahankan kendali dirinya. Ia sudah berusaha sekuat tenaga untuk menepis hal ini, berusaha setengah mati untuk tidak merasakannya, akan tetapi ia tidak bisa membohongi diri...Rasanya begitu menggoda hingga ia membuka mata sambil terengah-engah. Ia menginginkan lebih hingga hanya diam saja saat kakaknya melepas kain terakhir yang masih melekat di tubuhnya.
Rayhan melihatnya...inti kewanitaan Angela yang begitu jelas terpampang di depannya. Begitu bersih dan terawat yang mungkin akibat dari tuntutan profesi Angela. Angela belum sepenuhnya pulih pada kenyataan dan Rayhan tidak akan melepaskan kesempatan itu sebaik-baiknya. Ia segera menurunkan wajahnya di sana, melebarkan kaki Angela dan perlahan-lahan mengelus pinggiran celah itu dengan kedua ibu jarinya. Ia membukanya dan menjilatinya perlahan. Menelusuri bagian dalamnya dengan lidahnya mulai dari bawah hingga menemukan bagian yang paling sensitif. Ia berhasil membuat Angela menginginkannya setelah mendengar desahan pertama yang keluar dari bibir Angela.
Angela tidak bisa menahan dirinya lagi.
Ia begitu malu sekaligus merasa nikmat di waktu yang bersamaan saat mengetahui apa yang dilakukan kakaknya pada bagian tubuhnya yang paling pribadi. Sial...itu memang benar-benar nikmat sehingga ia tidak sadar telah mengeluarkan desahan itu.
Dan kini ia merasakan sesuatu yang berbeda mengisi dirinya. Ia sudah amat basah sehingga kakaknya tentu bisa memasukinya dengan begitu mudah. Oh, tidak...kakaknya telah berhasil mendapatkannya kembali.
"Kumohon jangan mencium pria lain lagi, Angela. Aku tidak sanggup melihatnya." Rayhan menangkup wajah Angela dan menciumnya kembali dengan sangat manis. Pada akhirnya ciuman itulah yang membuat Angela menuju ke puncak kenikmatan terdahsyat. Sesuatu yang paling ditakutinya. Angela mengangkat kedua tangannya, bukan untuk menampar atau melawan Rayhan tapi untuk bergelayut padanya, menarik Rayhan mendekat dan membalas ciumannya tanpa perlu diprovokasi.
***
Oh iya, ada titipan salam dari Budi. Makasi atas kiriman gelas gelas dan piring cantik katanya. Budi merasa terhibur dengan perhatian para valakers dan golokers setelah ia putus dari gadis ular.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top