5

Setelah menempuh perjalanan udara hampir dua jam dari Jogjakarta, akhirnya Adit dan temannya Prasetya menapakkan kaki di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sepinggan, Balikpapan. keduanya melangkah agak tergesa karena perusahaan telah mengutus seorang supir untuk menjemput keduanya. Mereka melihat seorang laki-laki paruh baya, sama seperti petunjuk dari staf HRD yang tadi memberitahu ciri-ciri orang yang akan menjemput mereka.

"Pak Rasyid?" tanya Aditya dan laki-laki paruh baya itu mengangguk.

"Iya, saya, Bapak-bapak ini kan yang pegawai baru?" tanya Pak Rasid dengan sopan.

"Iya, Pak, betul," sahut Adit," Maaf Pak, kami ingin sholat subuh dulu, bisa kan Bapak nunggu sebentar?" 

Laki-laki paruh baya itu tersenyum sambil mengangguk.

***

"Wah ya lumayan juga mess karyawannya Dit, cukup luas untuk dua orang," ujar Pras setelah mereka sampai di mess karyawan yang selanjutnya akan mereka tempati selama bekerja di perusahaan pengolahan ikan sebagai supervisor di cabang Balikpapan.

"Ya pastilah tempat kita nyaman, lah kerjaan kita banyak, kan agar kita nyaman aja kalo misalnya kerjaan kita bawa ke sini, cabang Balikpapan ini ada beberapa tempat yang harus kita awasi Pras, kerjaan kita tidak ringan di sini," ujat Adit, yang melangkah menuju kamar satunya lagi.

Pras hanya menatap punggung temannya yang menghilang ke kamar sebelah, ia tak pernah mengerti mengapa Adit selalu terlihat sedih, ia terlihat sering melamun jika semua tugas kantor telah selesai dan lebih senang menyendiri.

***

Sebulan sudah Adit dan Pras berada di tempat baru, suasana kerja yang nyaman membuat Adit mulai bisa tersenyum dan sedikit demi sedikit membuka diri pada Pras. Pras hanya melihat keengganan Adit saat ada beberapa karyawati yang mencoba mendekatinya, yang Pras tahu Adit hanya mengatakan jika wanita yang ia cintai menikah dengan laki-laki lain, dan untuk saat ini belum terpikir untuk memulai dengan yang lain.

Ada wanita yang sejak Adit berada di kantor baru itu seperti mencoba mendekati Adit dan Adit selalu menghindar. Anak salah satu karyawan di perusahaan tempat Adit bekerja, pernah bertemu sekali di kantor saat mengantarkan dokumen milik bapaknya yang ketinggalan, sejak itu seolah ada saja alasan untuk ke kantor. Bapak dari wanita yang bernama Nita, sepertinya juga menyukai Adit yang pendiam. segala cara Adit lakukan agar tak bertemu dengan Nita. 

Adit tak ingin memulai lagi, ia masih menyembuhkan hatinya, dan hingga beberapa hari berlalu Nita belum juga bisa berkenalan dengan Adit. Adit selalu memasang wajah dingin dan berusaha untuk tidak berpapasan langsung.

***

Malam itu Adit baru saja sampai di meesnya, ia merebahkan badan setelah penat seharian bergelut dengan pekerjaannya. Baru saja memejamkan mata, ponselnya berdering dan mengagetkannya, ia raih ponselnya karena berada tak jauh dari jangkauannya, ia lihat nama ibunya tertera di sana, ia dekatkan ponsel ke telinganya.

Halo Ibu 

Assalamu'alaikum le

Wa'alaikum salam Ibu

Wes mau tidur to?

Iya Bu ini sudah di kasur

Le pulang yo sebentar

Ada apa? lah Adit loh baru sebulan kerja Bu

Ibu punya calon untuk kamu, cantik, in shaa Allah sholeha dan

Nggak Bu

Leee bener loh ini ibu nyari buat kamu, kayak ibu nyarikan Setya dulu

Mboten Bu

Lah terus kamu nggak mau nikah?

Tidak untuk saat ini, Adit belum ingin

Lah ya karena ingat Aisyah to?

Jangan sebut naman itu Bu, Adit nggak ingin sakit

Makanya nikaho leee, ini beneran ayu dan sholeha

Nggak Bu

Alah Dit, kamu kok Nggak kasihan ibu to, capek-capek carikan kok ditolak, pulang yo le

Nggak Bu jangan paksa Adit

Lah kamu nggak kasihan sama Ibu?

Ibu juga nggak kasihan sama Adit? Apa Ibu menjamin wanita itu seperti Aisyah? Adit ingin seperti Mas Setya Bu yang mendapat istri sempurna, kalo ternyata tidak seperti Aisyah apa ibu mau bertanggung jawab atas kelangsungan kebahagiaan pernikahan Adit?

Astaghfirullah leeee, istighfar Nak, semua orang tua ingin anaknya bahagia, Ibu mana tahu jika Aisyah itu wanita yang kau cintai, Masmu sudah cukup menderita dan banyak berkorban untuk kita, tak salah kan jika dia mendapatkan yang terbaik Nak?

Iya dan Adit hanya sebagai penonton kebahagiaan mereka Bu

Astaghfirullaaah, bawa ngaji le biar tenang hatimu, assalamu'alaikum

Wa'alaikum salaaam

Adit merebahkan badannya, menutup matanya dan merasakan dadanya yang tiba-tiba perih.

***

Sementara nun jauh di sana, Bu Partinah, ibunda Adit menangis, sedih karena Adit merasa diperlakukan tak adil. Tidak ada orang tua yang membeda-bedakan anaknya, semua orang tua ingin anak-anaknya bahagia. Tak lama Bu Partinah merasa dadanya sakit seketika dan sempat memanggil Rani yang lewat di depan kamarnya.

Bu Partinah sempat bercerita terbata-bata, Rani memeluk ibunya agar sabar karena Adit tentu masih menyimpan sakit di hatinya. Rani menunggui ibunya hingga tertidur dan ia melangkah ke kamarnya setelah ibunya dirasa telah tertidur dengan nyenyak.

***

Subuh Rani bangun, ia segera sholat. tak lama kemudian menuju dapur, hendak membuat susu hangat, Rani melihat kamar ibunya yang sedikit terbuka, ia melangkah dan membuka pintu, namun tak melihat ibunya di kasur, berkali-kali Rani memanggil namun tak ada jawaban. Segera ia melangkah ke kamar mandi yang ada di kamar ibunya. Rani terpekik kaget saat melihat ibunya telah terkapar di kamar mandi. Namun kesadarannya mengingatkan Rani untuk segera berlari ke kamar pembantu dan meminta tolong agar membantunya mengangkat tubuh ibunya. Setya segera ia hubungi setelah ibunya terbaring di kasur.

***

Suara tangisan Rania membuat susana semakin kacau, sesampainya di rumah Setya segera membawa ibunya yang sudah lemas dan memejamkan mata ke rumah sakit, sesampainya di IRD segera ditangani oleh perawat dan dokter jaga, namun sungguh mengagetkan karena ibu Partinah dinyatakan meninggal.

Teriakan histeris Rania membuat suasana semakin menyedihkan,  Aisyah yang memeluk adik iparnya untuk menenangkan membuat Setya tak juga beranjak dari sisi jenazah ibunya.

Ia pandangi wanita tegar yang telah membesarkannya dengan cinta. Selalu berusaha membahagiakannya hingga bersusah payah mencarikan jodoh untuknya.

Perlahan air mata Setya menetes, meski dalam hati sempat bertanya-tanya ada apa dengan ibunya.

Wanita yang hampir tak memiliki penyakit serius, terakhir ia sempat berbicara dengan ibunya yang rutin checkup 6 bulan sekali, semuanya baik-baik saja. Dan hasil tadi dokter menyatakan ibunya meninggal karena serangan jantung. Sungguh mengherankan, ada apa?

Setya segera menelpon Aditya agar segera pulang karena ibunya akan segera dimakamkan.

***

7 Mei 2020 (15.59)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top