End of the Falling Light
"Ada orang yang mengatakan bahwa bila kita memohon sesuatu saat terjadi hujan meteor di musim gugur, maka permohonan tersebut pasti akan terkabul. Kita bisa memohon apapun, kecuali mengembalikan orang yang sudah meninggal. Apa kau percaya dengan hal itu, Takuya?"
Itulah perkataan terakhir Mamizu kepada Takuya tepat sehari sebelum ia meninggal karena penyakit kronisnya. Hingga saat ini, perkataannya itu selalu terngiang-ngiang di telinga Takuya.
Semasa hidupnya, Mamizu selalu ditemani Takuya selama ia dirawat di rumah sakit. Setiap pulang sekolah, Takuya pasti selalu menjenguk Mamizu.
Takuya dan Mamizu bukanlah sepasang kekasih. Tetapi mereka berdua sudah menyadari perasaan mereka satu sama lain.
***
Sore hari di musim gugur, Takuya sedang berdiri tepat di hadapan sebuah batu nisan yang bertuliskan nama 'Mamizu Watarase'. Ia merasa sangat terpukul atas kepergian Mamizu.
Tiba-tiba, Takuya melihat hujan meteor dari kejauhan.
Permohonan apa yang harus aku buat? Semuanya sudah tidak ada artinya lagi sejak kau tiada.
"Kalau kau sudah tidak ada lagi di sisiku, akan lebih baik bila dunia hancur saja, Mamizu" bisik Takuya sambil menundukkan kepalanya.
Tiba-tiba, sebuah meteor jatuh tepat di hadapan Takuya dan mengenainya.
Dalam sekejap, ia pun kehilangan kesadarannya.
***
Plak!
Seseorang gadis menampar sebelah pipi Takuya.
"Jangan buat permohonan seperti itu, Takuya!"
Mata Takuya terbelalak ketika melihat sosok Mamizu berdiri tepat di hadapannya.
"M...Mamizu?"
Mamizu hanya membalasnya dengan senyuman. Lalu ia menoleh kearah sebuah meteor yang jatuh dari kejauhan.
"Lihat, itu adalah meteor terakhir yang jatuh. Itu artinya kau masih bisa membuat permohonan. Cepat! Kembalikan dunia seperti semula!"
"Aku tidak mau"
"Eh?"
Tiba-tiba, Takuya memeluk tubuh Mamizu dengan sangat erat.
"Aku tidak mau! Aku hanya ingin hidup bersamamu!" seru Takuya sambil menangis.
"..."
"Kalau kau sedih seperti itu, aku juga akan ikut sedih, Takuya"
Takuya pun melepaskan pelukannya dari Mamizu.
"Bagaimana aku tidak merasa sedih? Aku tidak bisa bertemu lagi denganmu! Kenapa kau harus pergi, Mamizu?!"
Mamizu pun langsung memegangi kedua pipi Takuya.
"Aku tahu aku ini sudah meninggal. Tapi, aku akan selalu hidup di hatimu"
"T...tapi-"
Tiba-tiba, Mamizu mencium bibir Takuya. Dalam sekejap, Takuya pun merasa sedikit tenang.
Tak lama kemudian, Mamizu pun melepaskan ciumannya.
"Kumohon, percayalah padaku, Takuya. Kita bisa bertemu dimanapun dan kapanpun sekarang. Aku janji aku akan selalu datang ke dalam mimpimu setiap malam. Aku juga akan selalu menunjukkan wajahku di dalam pikiranmu setiap saat. Dan yang terpenting, aku akan selalu hidup di hatimu"
"..."
"Jadi, kau mau 'kan membuat permohonan tadi?"
Dengan berat hati, Takuya pun memohon agar dunia kembali seperti semula.
Tiba-tiba, tubuh Mamizu bersinar sangat terang.
"Mamizu? Ada apa ini?"
"Maafkan aku. Sepertinya waktuku sudah habis. Terima kasih karena sudah mengabulkan permintaanku tadi, Takuya"
"T...tunggu, Mamizu!"
"MAMIZUUU!!!" teriak Takuya.
Semakin lama, sinar dari tubuh Mamizu tersebut semakin bersinar terang hingga melenyapkan tubuh Mamizu secara perlahan.
***
Takuya membuka matanya perlahan. Rupanya ia sedang terbaring lemah di atas sebuah kasur rumah sakit.
Semuanya telah kembali normal. Namun, ia tidak bisa bertemu lagi dengan Mamizu.
"Mamizu" ucapnya sambil meneteskan air mata.
Aku tidak sempat mengatakan padamu bahwa aku sangat mencintaimu.
Selamat tinggal, Mamizu...
-Tamat-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top