#5 Sial
"Gila tu cewek, pantesan aja pukulannya sakit banget. Dia mukul gua pake stempel, perih banget ssshh!" kesal Kei melihat jidat malangnya di handphone.
"Masih untung dia cuma mukul jidat lo, bukan jagoan lo!" Gatra terbahak-bahak, jarang ia melihat Kei meringis kesakitan karena dipukul perempuan. Baginya ini momen langka dan harus diabadikan. Cklek!
"Lo photo gue Gat?"
" Iya, mau gue simpen buat koleksi, Beb. Sekalian mau gue tunjukin ke Joe muka kesakitan lo itu." goda Gatra
"Iih... jahat kamu beb, foto aku itu lagi jelek!" Gatra sontak menatap geli ke arah Kei, mendengarnya bicara seperti itu justru membuat bulu kuduknya merinding. "Jijik lo! geli gue dengernya." Dan mereka berdua kini saling tertawa.
Mereka berada di ruang tamu rumah Kei. Rumah besar dengan arsitektur bergaya Yunani dengan tiang-tiang besar penyanggahnya. Menurut Gatra, rumah itu terlalu besar hingga bisa menampung dua keluarga sekaligus. Tapi malah ditinggali Kei seorang diri. Dimana keluarganya?
Sebenarnya keluarga Kei tinggal bersamanya di rumah itu. Ayah, Ibu dan dua kakak laki-laki. Tapi apa masih bisa disebut keluarga jika bertatap muka saja jarang? buat apa punya rumah besar tapi kosong? di rumah itu sehari-harinya hanya ada Kei dan para pembantu. Ayah dan kakak sulungnya sibuk bekerja di perusahaan keluarganya, Ibunya sibuk mengurus butik dan kakaknya yang satu lagi sedang kuliah di luar negeri. Kadang Gatra juga menginap disana hanya sekedar menemani sahabatnya yang kesepian itu.
"Jadi, siapa nama cewek yang lo ceritain barusan?" tanya Gatra penasaran, karena sangat jarang sahabatnya itu menyinggung seorang gadis apalagi sampai membuatnya gemas seperti ini setelah kejadian dua tahun lalu.
"Entahlah gua lupa, Ririn, Karin atau apalah gua gak peduli. Lagian gak mungkin kita bisa ketemu lagi kan? penting amat gue inget namanya." Kei orang yang keras kepala dan terkadang tidak singkron antara mulut dan ekspresi wajahnya. Mulutnya berkata-kata seperti tadi tapi wajahnya tersipu, terlihat jelas dari gerakannya yang memalingkan wajah tiba-tiba dan telinganya mulai memerah. Dan Gatra sangat tahu itu, berteman hampir lima tahun membuatnya hapal sifat sahabatnya itu. Dasar Kei! jelas-jelas lo tertarik sama tuh cewek. "Haah.. sesuka hati lo dah Kei. Eh! itu paperbag isinya apaan?"
"Ini punya cewek itu, dia tinggalin tadi di klinik." jelas Kei yang kemudian membongkar isi paperbag. Disana berisi barang-barang Kei yang kemarin dikenakannya. Sneakers, kaos yang lengannya sobek, celana jeans, dan jam tangan gucci miliknya. Semuanya di bungkus plastik bening terpisah dan bersih. "Ini sih punya gue, utuh, bersih, wangi pula gat! nih lo cium deh. Padahal kaos udah sobek gini mah dibuang aja, gak mungkin gue pake lagi kan? dasar cewek aneh." Kei... Kei, sungguh Gatra tak habis pikir melihat tingkahnya yang asik menciumi 'kaos sobek yang katanya tidak akan ia kenakan lagi' itu dengan mata yang berbinar, semakin terlihat jelas bahwa ia tertarik dengan gadis yang sedari tadi dibicarakannya.
Wangi bunga mawar menjalari penciuman Kei, membuat keheningan dan rasa nyaman. Diam-diam di dalam hati Kei mengharapkan pertemuannya lagi dengan gadis tadi. Matanya terpejam, berusaha melepas lelah dan rasa sakit di kepalanya, kejadian kemarin kembali berputar bagai roll film di ingatannya.
"PAYUNG!" teriaknya seketika membuat Gatra sedikit kaget. "Gue lupa balikin payung cewek itu. Gue taruh dimana sih tadi?" ucapnya mulai mencari.
"Maksud lo ini?" ucap Gatra yang sedari tadi penasaran dengan benda berwarna merah di dashbor mobilnya yang ia yakini bukan milik sahabatnya itu, dan ternyata benar.
"Oh sama lo Gat, thanks ya." sambil mengambil alih payungnya dengan wajah sumringah penuh kelegaan.
"Jadi, kenapa lo bisa bonyok gini!?" ucap Gatra serius. Kei menghela napas, sebenarnya dia malas membahas hal yang sudah lalu. Tapi sifat sahabatnya itu yang tidak akan pulang sebelum mendapatkan yang ia mau akan lebih menyusahkan.
flashback
Kei sedang menonton tv di ruang keluarga rumahnya dengan sebungkus keripik kentang di tangan saat handphonenya bergetar.
Drrt.. drrt..
1 pesan diterima.
From : Gatra
Gua tunggu lo di taman dekat sekolah, cepetan!
To : Gatra
Ngapain? gua males keluar rumah.
"Yaelah itu anak sok misterius banget gak dibales. Nyusahin aja hujan-hujan gini." kesal Kei, namun cowok itu tetap pergi juga menemui sahabatnya. Dengan uang seadanya dikantong ia pergi menggunakan taksi. Kei terlalu malas untuk mengambil dompetnya di kamar yang kebetulan di lantai dua dan juga terlalu malas membawa kendaraan pribadi karena hujan. Toh nanti dia bisa pulang dengan Gatra kan?
Sesampainya di taman, ia mulai mencari Gatra berkeliling tapi tak juga ketemu. Di hubungi yang jawab malah mbak-mbak operator. Kesal. Kei pun memilih pulang. "Rese tuh si Gatra, awas aja ntar kalo ketemu. Lapar pula, yaelah uangnya tinggal dua puluh ribu, mana cukup gua makan di cafe. Gak ada pedagang kaki lima lagi disini." gerutunya. Kei pun berjalan tanpa arah dengan perut keroncongan, entah sudah berapa jauh ia melangkah sampai segerombolan orang mencegatnya.
"Hoo... lihat siapa yang ada disini. Kei Nugraha, kayaknya hari ini hari keberuntungan gue." Ucap cowok berseragam SMA yang kemejanya keluar tidak dikancing dengan kaos putih tipis, memperlihatkan tato tersembunyi di pundak hingga lehernya. "Ngapain lo sendirian di wilayah gue. Mana ajudan lo itu hah?!" bentak cowok tadi saat berhadapan dengan Kei yang dibalas dengan tatapan datar.
"Bukan urusan lo. Minggir!" perintah Kei, ia terlalu malas berurusan dengan hal yang gak penting. Apalagi dengan kondisi lapar seperti ini.
"Songong baget nih anak merintah lo Lex, gak sadar tempat dia." ucap salah satu teman cowok tadi yang dipanggilnya Lex.
"Yaudah kita buat dia sadar aja kalo gitu!" sambung yang lain. Tanpa menunggu, mereka bertiga pun mulai menerjang ke arah Kei dan cowok dengan tato yang dipanggil Lex hanya menonton di tempatnya.
Mereka berkelahi tiga lawan satu, tapi itu bukan masalah besar bagi Kei yang sabuk hitam karate untuk mengalahkannya. Dan benar saja, dalam sekejap mereka bertiga terkapar di aspal yang becek. Melihat ketiga temannya dikalahkan, Alex menjadi kesal dan menyerang Kei. Mereka berduel, diantara keduanya sama-sama kuat. Jika Kei sabuk hitam karate, maka Alex sabuk hitam taekwondo. Mereka mengeluarkan teknik bela diri masing-masing, di tengah hujan pun masih tidak ada yang mau mengalah. Kei memukul rahang Alex saat ia lengah, membuatnya sedikit limbung kemudian menendang perutnya hingga ia tersungkur memuntahkan darah. Tapi Alex tidak diam saja, ia berhasil menendang wajah Kei yang tampan hingga bibirnya sobek dan kepala berkunang-kunang. Kesempatan itu tidak ia sia-siakan, Alex menyuruh temannya yang sudah pulih untuk meringkus Kei, kedua tangannya dipegang erat dan Kei pun terkunci sempurna. Tenaga sudah hampir habis, kepala pusing dan kedinginan membuat Kei tak mampu lagi melawan ia sudah diambag batas. Alex terus memukuli Kei di wajah dan perutnya, darah segar mengalir dari pelipis mata dan mulut. Puas dengan kekesalannya, Alex melancarkan tendangan terakhirnya ke arah kepala Kei hingga tubuhnya menghantam tembok. Lagi, darah mengalir dari kepalanya dan kawanan Alex dengan wajah angkuh pergi meninggalkan korbannya yang tak berdaya.
"Mampus lo! ini belum seberapa dibandingkan yang lo perbuat ke gue dulu. Dan gue akan pastiin lo gak akan bahagia Kei! " ucapnya sebelum pergi.
Kei mengerang, tubuhnya kesakitan dan dinginnya hujan serasa bagai jarum yang menusuk tulang-tulangnya. Tapi Kei berusaha berdiri dan berjalan tertatih sambil memegangi tembok. Jarak pandangnya hanya sebatas satu meter, pemandangan sekelilingnya mengabur sebelum akhirnya semua menjadi gelap dan.. BRUUK! ia pun terkapar tak sadarkan diri.
°°°°°
"Alex? licik banget tuh anak tiga lawan satu. Gua harus bikin perhitungan balik ke dia! bakal gue cari sampe ketemu tuh anak." dengan mata yang berapi-api setelah mendengar penjelasan Kei, Gatra sontak berdiri dan bergegas pergi.
PLUK
sendal jepit Kei melayang mengenai kepala Gatra, menghentikan langkah cowok itu. "Lo apa-apaan sih Kei, kepala gua tuh difitrahin! seenaknya aja lo tempong pake sendal bau lo itu." Gak tau apa orang lagi kesel malah diisengin, pake cengengesan pula bukannya minta maaf.
" Mau kemana lo, hah? gak usah macem-macem mending lo temenin gua aja disini, bantuin gua ngerjain tugas sekolah." ucap Kei santai.
Hah.. memang dasar orang gak peka, gak bisa baca situasi. Orang lagi membara disuruh bantu ngerjain tugas. Gatra hanya menghela napas meredam emosinya dan berbalik menuju sofa tempat duduknya tadi. Bagaimana pun kejadian yang menimpa Kei juga ulahnya karena salah kirim pesan dan dia harus bertanggung jawab. "Jadi besok lo mau sekolah dengan muka bonyok gitu?" tanyanya.
Yang ditanya hanya mengangkat bahu sambil nyengir yang disambung dengan rintihan. Biar bonyok, tapi Kei lebih memilih sekolah. Terlalu lama di rumah membuatnya bosan setengah mati.
"Halo Joe, ke rumah Kei sekarang!" ucap Gatra pada orang di telpon.
"...."
"Yeh si dodol, ngerjain tugas!"
"...."
"Ya, sesuai jadwal. Kita akan kembali."
"...."
"Oke gua tunggu." ucapnya mengakhiri pembicaraan.
°°°°°
"Halo.. sorry kalo nunggu lama updatenya"
"Kayak ada yang nungguin aja thor" celetuk Gatra
Yee ni anak bukan dukung authornya!
"Pasti ada kok," waah dokter Alan emang the best lah "satu atau dua orang paling gak!" lanjutnya
Hiks.. kata-katamu dok.
"ehm.. ya buat siapa aja deh yang lagi nunggu. Nunggu jodoh, thr, nunggu semua deh pokoknya"
"Kan.. authornya aja gaje gitu!" ejek Gatra
huft.. sabar, awas aja saya doain jomblo terus kamu Gat! huh 😒
"vote dan commentnya jangan lupa yah jika berkenan, gak usah dengerin Gatra thor" dokter Alan, thanks ya 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top