# 3 Tanpa jejak
Pagi menjelang.. pukul 06.00 dokter Alan sudah memeriksa pasiennya sebelum berganti shift dengan dokter lain. Kei masih tampak tertidur pulas di ranjangnya, selang infus masih terpasang dengan isinya yang sudah hampir habis. Merasakan suara disekitarnya membuat Kei sedikit bergeming dan kelopak matanya membuka perlahan.
"Slamat pagi Kei, bagaimana tidurmu?" sapa dokter Alan tersenyum ramah, meski rawut wajahnya terlihat kelelahan dengan kantung mata menghitam.
"Baikー" jawab Kei singkat "apa saya udah bisa pulang Pak dokter?"
Dokter Alan mengerutkan dahinya, menatap Kei dengan tatapan tersinggung. Dipanggil Pak oleh dua anak SMA, apa mereka gak sadar jika dokter Alan itu masih muda dan tampan? Ia tahu 'Pak' hanya sebutan untuk menghormati orang lain yang lebih tua, hanya saja kenapa bukan Kak atau Mas dokter mungkin khusus dirinya. "Secara teknis sih sudah, kau bisa pulang hari ini. Tapi kau harus habiskan cairan infus itu dulu dan makan." jelas dokter
"Dan juga Kei.. Saya ini masih muda, tampan dan single. Apa panggilan Pak dokter sangat cocok untuk saya?"
"Ya, kenapa tidak. Lagipula masih gantengan juga saya dok. haha" tawa Kei sukses membuatnya mendapatkan tatapan sengit dari dokter Alan. "Dasar ABG kekinian!" umpatnya.
"Oiya Kei, ini payungnya Airin. Kalau kamu ketemu dia, tolong kembalikan padanya ya." jelas dokter sambil lalu.
Kei terpaku menatap payung di tangan kirinya itu, payung merah dengan motif hati disalah satu sisinya, gagangnya berwarna merah muda dan ada tulisan kecil disana 'Airin D.P' ditulis diatas potongan kertas yang disolasi. Alis Kei terpaut, sudut bibirnya sedikit terangkat melihat tulisan itu.
"Kayak anak TK aja. Pft"
°°°°°
Pukul 05.30 Rin masih tertidur di kasur nyamannya, bermimpi indah berbaring di padang rumput yang luas dengan angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya, nyaman dan damai. Hingga burung gagak tiba-tiba hinggap dan mematuk hidungnya, membuatnya berteriak kesakitan.
Aaauu.. sakiit..
Seketika Rin pun terbangun dan refleks memegang hidungnya. Mimpinya terasa nyata, bahkan sakitnya masih ia rasakan saat bangun.
"Bangun putri tidur, atau kamu pasti telat ke sekolah!" bentak seorang gadis cantik di samping tempat tidur Rin. Gadis yang selisih lima tahun di atas usia Rin, Kak Rara. Begitu Rin memanggil mahasiswi semester 5 teman satu kosannya itu.
"Yaampun kak, jadi kakak burung gagak yang matuk hidung aku?" ucap Rin masih memegangi hidungnya yang merah akibat dipencet Rara.
"Hah? gagak? jangan ngaco deh. Udah sana cepet mandi udah hampir jam 06.00 tuh." perintah Kak Rara.
Rin terlonjak mendengar ucapan Rara dan menatap jam dinding disisi ruang, pukul 06.00 lalu ia mengecek jam wakernya yang tidak berbunyi. Pantas saja wakernya mati, jarumnya berhenti berdetak pukul 04.10. Tanpa komando Rin pun meluncur ke kamar mandi bersiap ke sekolah.
°°°°°
Pukul 06.30 Rin berhasil sampai sekolah tepat waktu, bukan dengan bis yang biasa ia tumpangi tapi dengan ojek, yang artinya ia harus rela mengeluarkan uang lebih karena memang ongkos ojek lebih mahal. Rin menarik napas lega begitu sampai di kelasnya dan belum ada guru yang datang.
"Fiuh.. hampir aja." ucap Rin begitu duduk di bangkunya
"Tumben hari Selasa telat dateng, itu rambut kenapa berantakan banget sih?" baru juga duduk, Chacha sudah mengintrogasinya. Menatap Rin dari ujung kepala sampai ujung kaki seakan dia upik abu yang tersesat ke pesta dansa kerajaan.
Chacha itu fashionable, melihat Rin dengan rambut berantakan membuat tangannya gatal ingin menatanya. Jadilah Chacha membuka salon dadakan di kelas.
"Wakerku mati Cha, jadi aku keasyikan mimpi deh. hehe"
"Oh― syukur deh kalo cuma itu, aku kira kamu ketemu vampire ganteng terus dijadiin istrinya. Nah selesai!"
Rin tertawa, Chacha terlalu banyak menonton film. Walau sebenarnya bukan cuma itu sebabnya, tapi Rin tidak mungkin bilang kalau kemarin ia menemukan mayat―eh, orang pingsan lebih tepatnya dan sekarang orang itu ada di klinik.
"Ah! klinik.." pekiknya
"Kenapa sama klinik Rin?"
"Mau jenguk teman di klinik Cha."
Tak lama kemudian pembelajaran dimulai. Mulai dari matematika, bahasa Inggris dan dilanjutkan dengan kimia sampai bel istirahat berbunyi tepat pukul 12.00 siang.
Lagi. Rin hari ini ke kantin dengan lesu menunggu pesanannya datang, memikirkan pengeluaran ekstranya hari ini mulai dari ojek dan sekarang makan di kantin. Entah gaji part timenya cukup hingga akhir bulan apa tidak? bukannya pelit, tapi hemat namanya juga anak kos.
"Rin, lesu banget sih. Dimana-mana tuh ya, kalo orang mau makan tuh senang. Eh ini malah kebalikannya." kata Dito salah satu teman dekat Rin yang sama-sama ekskul voli yang juga sepupu Chacha.
"Paling mikirin pengeluaran bulanan yang kreditnya lebih gede dari debit." sambung Chacha
Jleb.. tebakannya benar.
hufftt...
"Yaudah sih Rin gak usah dipikirin, kalo misalnya lo butuh bantuan keuangan tinggal bilang sama kita. Pasti dibantu kok, kayak sama siapa aja lo." ucap Dito dan diangguki Chacha tanda setuju. Rin tersenyum mengerti dan menyantap makanannya. Beruntungnya dia punya teman yang menerimanya apa adanya dan rela menolongnya.
"By the way, kalian udah ngeliat Trio?" tanya Chacha mengganti topik pembicaraan. Rin menggeleng, Dito menghela napas jengah. "Gue heran sama kalian cewek-cewek, udah jelas badboy tapi malah dicariin. Gue yang ganteng dan baik hati ini malah dianggurin. Aneh!"
°°°°°
Di klinik, Kei sedang makan siang dengan ogah-ogahan. Makanan di klinik rasanya hambar, tapi karena perutnya lapar habis juga itu makanan. Setengah hari di klinik sungguh membosankan, hanya tidur, jalan mondar-mandir. Sesekali Kei ngobrol dengan suster, menggoda lebih tepatnya atau duduk di taman kecil di bagian belakang klinik.
"Sus, habis ini saya bisa langsung pulang kan?" tanya Kei pada suster yang megecek kondisinya.
"Maaf tapi kamu belum boleh pulang sebelum dokter Alan datang dan mengizinkannya."
"Memang dia datang jam berapa?"
"Jam 4 sore." jawab suster singkat dan sedikit jutek, ia tidak suka gaya bicara Kei yang seenaknya memanggil dokter Alan degan sebutan 'dia'.
"Ouh... Bagus banget!"
Merasa bosan, Kei memilih berjalan menyusuri lorong kecil menuju ruang tunggu, disana terdapat telpon umum dan ia menelpon seseorang disana.
°°°°°
Hari sudah mulai sore, sebagian kelas sudah mulai kosong begitu juga kelas Rin. Dia sendiri sudah duduk manis di mobil Chacha. Ya, ini inisiatif Chacha yang ingin mengantar Rin pulang. Karena ia tahu temannya itu sedang krisis keuangan, jadi hanya hal ini yang bisa ia lakukan untuk menolong, itu pun harus dengan memaksa Rin dulu.
"Cha, boleh gak anter aku ke klinik aja?"
"Oh, kamu mau jenguk temanmu itu ya? kenapa gak pulang dulu aja ganti baju, taruh tas. Baru deh ke klinik." saran Chacha. Rin pun mengangguk setuju.
Hanya butuh waktu 30 menit untuk sampai ke kosan Rin jika jalanan lancar. Setelah sampai Rin bergegas mengganti pakaian dan 10menit kemudian mereka sudah meluncur menuju klinik. Jarak ke klinik hanya beberapa blok sebenarnya, tapi kalau jalan kaki ya lumayan juga capeknya. Terbayang tidak, bagaimana Rin terseok-seok sambil membopong laki-laki yang dua kali lipat tubuhnya, ditengah hujan pada malam itu? dokter Alan saja tak percaya, apalagi Rin. Entah dapat kekuatan darimana ia pada saat itu.
"Cha, makasih ya udah mau nganterin. Aku jadi ngerepotin kamu deh." ucap Rin setelah turun dari mobil.
"Apaan sih Rin? kamu tuh lebay banget deh, namanya juga sahabat tuh harus saling tolong menolong. Mulai besok kita pulang bareng terus ya, setidaknya sampai keuangan kamu membaiklah."
"Ta―"
"Ssstt... gak ada tapi-tapian, titik. Udah sore, aku pamit dulu ya. Sampai jumpa besok, jalan pak kita pulang!" putus Chacha seenakya. Rin melambai menatap mobil Chacha yang mulai melaju. Dengan senyuman lebar Rin memasuki klinik dan langsung menuju kamar rawat tempat 'teman baru' nya dirawat. Mata Rin terbelalak kaget saat membuka pintu kamar namun tidak ada siapapun disana, segera ia tanyakan kepada suster. Tapi jawaban dari suster lebih mengagetkannya lagi.
"Maaf mbak, teman mbak menghilang. Kami sudah mencarinya dari tadi tapi belum juga ketemu."
"APA? HILANG? KOK BISA?!"
Gawat, jangan-jangan 'Budi' diculik mafia yang mukulin dia! gimana nih?!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top