#12 Pensi


Happy reading. Jangan lupa votenya juga ya ^^ 

****** 

Hari yang dinanti-nanti tiba, pensi SMA Galaxy. Rin, juga panitia lainnya tengah rapat kecil sebelum pembukaan pensi oleh kepala sekolah pukul 8 pagi nanti. Mereka mengenakan T-shirt khusus untuk panitia yang berwarna biru muda dengan sablon bertulisan 'crew' di punggungnya, juga berbagai logo sponsor tersemat di sana. Galih selaku ketua panitia yang juga menjabat sebagai sekretaris OSIS memimpin rapat. Mengingatkan dan memastikan semua sudah siap sesuai agenda, dia sudah membagi crew menjadi kelompok kecil dengan tugas masing-masing selama acara pensi berlangsung. Rin kebetulan ditempatkan di bagian informasi, membagikan selembaran rundown acara, menangani jika ada barang hilang, orang hilang dan sebagainya. Sedangkan Bagas dibagian tiket dan Melisa ikut bergabung dengan seksi acara, mengingat guest star yang cukup banyak, jadi dibutuhkan lebih banyak crew juga di sana.

Sebelum acara di buka, semua murid dikumpulkan di aula. Kepala sekolah memberi sambutan yang tak lupa selalu diselipi wejangan sebelum akhirnya membunyikan gong tanda pensi di mulai. Semua anak bersorak riang dan tak lama membubarkan diri, bersiap mengisi stan masing-masing. Setiap tahunnya pensi Galaxy selalu menampilkan tema berbeda, dan tahun ini mereka mengangkat tema bajak laut. Sepuluh meter dari gerbang utama terdapat gapura yang dijadikan gerbang masuk dimensi, begitulah Rin menyebutnya karena begitu melewati gapura yang terbuat dari tumpukan peti-peti kemas yang disusun rapi hasil dekor Rin, Bagas juga Melisa tersebut, nuansa bajak laut sangat kental sekali. Sepanjang jalan dari gapura dipasang bendera-bendera kecil dengan lambang tengkorak bertopi yang diikat dari pohon ke pohon. Stand-stand yang berdiri tengak menjual beraneka ragam makanan, pernak-pernik, kerajinan tangan buatan siswa-siswi Galaxy berjejer rapi dengan beragam dekorasi khas bajak laut. Tak jauh dari gapura juga terdapat photoboth khusus bagi para pengunjung yang ingin mengabadikan moment mereka, ada beragam aksesoris khas bajak laut yang sengaja disiapkan panitia untuk mempercantik foto, selain itu pengunjung juga bisa bercosplay layaknya bajak laut dengan menyewa costum di stand photoboth.

Pengunjung juga bisa beristirahat, sambil menikmati hiburan juga makanan yang mereka beli di area khusus yang letaknya menyerong dari panggung utama yang bediri kokoh di tengah area. Di area khusus inilah nuansa bajak laut sangat ditonjolkan, terdapat kapal layar berwarna hitam yang ukurannya lumayan besar. Kapal itu dibuat seolah sedang berlayar sungguhan di tengah laut, di sisinya terdapat jangkar raksasa yang terbuat dari limbah botol air mineral. Tempat duduk yang digunakan juga terbuat dari peti kemas buah yang sudah dicat berwarna hitam mengelilingi meja-meja. Itu baru area luar pensi, di dalam gedung area lantai satu juga terdapat pameran karya siswa-siswi SMA Galaxy, ruang auditorium yang digunakan sebagai panggung dua. Jika pangung utama untuk hiburan dari guest star, maka panggung dua menampilkan pertunjukan kesenian yang dilakukan siswa-siswi. SMA Galaxy selain terkenal dengan prestasi olimpiade juga terkenal dalam bidang seni, banyak diantara siswa-siswinya yang berkecimpung di dunia musik, tari bahkan teater, oleh karena itulah sekolah itu memiliki ruang auditorium sendiri.

Sejak open gate pukul 09.00 WIB, pengujung sudah mulai ramai dari berbagai kalangan. Karena diadakan di hari Sabtu, banyak juga warga yang tinggal tak jauh dari SMA Galaxy mengajak anak-anaknya berkunjung. Di stand informasi, Rin sudah banyak menerima benda hilang, mulai dari sapu tangan, jepit rambut, jam tangan, handphone sampai dompet. Suaranya sampai serak mengumumkan benda-benda hilang tersebut agar bertemu kembali dengan pemiliknya.

Cklik

Suara kamera megalihkan perhatian Rin yang sedang kipas-kipas kerena kegerahan. Gatra berdiri tak jauh dari posisi Rin yang duduk sendirian di stand, dengan kamera DSRL mengantung di lehernya.

"Teman lo yang lain mana?" tanya Gatra.

"Lagi istirahat kak. Kenapa? Kakak kehilangan sesuatu, ya?"

"Oh enggak, gue Cuma mau dokumentasiin kalian aja." Ucap Gatra. Pandangannya terarah ke keranjang kecil di atas meja. "Banyak juga ya barang hilangnya. Btw, lo udah keliling-keliling belum?"

"Iya gitu deh kak. Belum, jatah istirahat aku masih tiga puluh menit lagi."

"Oh gitu. Eh, Airin kan nama lo? Gue lagi nyari Kei, lo lihat dia gak?"

"Aku belum lihat dari tadi."

"Nanti kalau dia ke sini, bilang ke dia jangan bikin gara-gara. Gue ngubungin handphone dia gak aktif, yaudah gue pergi dulu. Jangan lupa kasih tahu!" pesan Gatra sebelum pergi meninggalkan Rin yang kebingungan. Dari kata-katanya, Gatra yakin sekali Kei akan datang menemui Rin. Pesan Gatra juga aneh, 'jangan bikin gara-gara' Rin jadi sempat berpikir kalau Gatra ada keturunan Cenayang. Lagipula orang bodoh mana yang mau bikin gara-gara dengan Kei? Yang ada orang itu bonyok duluan. Hah... karena kata-kata Gatra barusan, Rin jadi teringat pengeroyokan Kevin lagi. Saat itu Kei juga Kevin benar-benar menakutkan!

"Kevin kah... cowok itu benar datang gak ya? Semoga aja tidak!" lirih Rin.

Di tengah kesendiriannya, tatapan Rin memandang lurus ke arah kerumunan pengunjung yang semakin siang semakin ramai. Pandangannya terkunci pada gadis kecil yang tertawa riang bersama orang tuanya sambil bergandengan tangan. Kalau orang tuanya masih ada di dunia ini, mungkin mereka akan datang juga. Ah! Mengingatnya saja mata Rin mulai panas, terakhir kali ia menangis teringat orang tuanya Dito tiba-tiba muncul dengan wajah cemasnya. Sejak saat itu juga ia berjanji tidak akan menangisi orang tuanya lagi, ia tidak ingin orang tuanya bersedih dan jiwanya tak tenang di alam sana, ia juga tak ingin membuat oang disekitarnya cemas, tapi nyatanya Rin tak kuasa juga menahannya. Ia merindukan orang tuanya, pelukan hangat ibunya, senyum menenangkan ayahnya, gurauan mereka, Rin rindu. Sangat rindu.

"Hoi!" seru seseorang membuat Rin mendongakkan wajahnya. Karena gerakan yang tiba-tiba, air mata yang berusaha ditahannya sejak tadi jatuh juga.

"K-Kei... " gumam Rin.

Ah! Ia tertangkap basah menangis lagi, terlebih orang itu Kei. Raut wajah cowok itu kaget bercampur bingung, dahinya mengerut tanda tak suka. Dengan sekali sapuan lembut, Kei menghapus jejak air mata di pipi Rin dengan ibu jarinya. Ia sedikit merunduk menyamakan tubuhnya, wajah mereka berhadapan satu sama lain, tatapan Kei yang berubah lembut menatap tepat ke dalam mata Rin. Entah mengapa ditatap seperti itu malah membuat Rin makin terisak, air mata yang tadinya hanya jatuh setetes kini mengalir deras. Rasa sesak yang ditahannya sekian lama ia tumpahkan semua dan Kei hanya diam menutupi Rin dengan tubuhnya dari pandangan orang-orang.

Lagi. Kei lagi-lagi melihat kerapuhan gadis di hadapannya ini, entah kali ini apa sebabnya. Kei jadi teringat Rin yang juga menangis dalam tidurnya, memanggil-manggil kedua orang tuanya.

"Mungkinkah..." batin Kei.

"Airin. Sekarang kamu bisa gantian is ... tirahat!" ucap salah satu siswi, teman satu crew Rin yang baru datang dan langsung menyingkir menjauh ketika dilihatnya Kei yang berdiri dengan tatapan matanya yang sarat akan ketidaksukaan.

"Hei! itu kak Kei, bukan?"

"Ia. Tatapannya seram banget, jangan-jangan dia ngebully Rin."

"Semoga dia baik-baik aja ya."

"Baik gimana? Liat bahunya bergetar gitu kayak orang nangis." Bisik-bisik dua siswi tadi yang masih bisa didengar Kei.

"Hoy!" ucap Kei tiba-tiba, keduanya langsung terlonjak kanget. Kei mengalihkan pandangannya pada Rin yang masih menunduk. "Mau sampai kapan di sini? Lo bikin orang-orang salah paham sama gue."

Rin langsung bangkit berdiri, diusap air matanya kasar. Dengan suaranya yang lebih terdengar seperti cicitan, ia pamit pada kedua temannya tanpa menoleh dan langsung beranjak pergi dengan Kei yang mengikutinya dari belakang. Kedua siswi tadi pun hanya bisa menatap iba pada Rin, merasa kasihan karena menjadi objek bullyan Kei.

Rin berjalan dengan langkah besar-besar sambil menutupi sebagian wajahnya dengan telapak tangan, ia malu karena terlihat lemah, belum lagi ia sudah membuat orang-orang salah paham pada Kei. Meski seantero sekolah tahu citra buruk Kei, tapi ia tidak sedang dibully seperti dugaan kedua temannya tadi.

"Rin! Hoy Rin..." Mendengar namanya dipanggil, Rin pun berhenti melangkah.

"Tsk. Dasar ya cewek, abis nangis-nangis di bahu orang malah nyelonong seenaknya." Ucap Kei mengejek. Mendengar hal itu Rin jadi kesal, ia berbalik menghadap Kei dengan matanya yang kini sembab.

"Aku gak nangis di bahu kamu ya, jangan sembarangan ngomong!" Kesalnya.

Kei terbahak. Gadis di hadapannya ini memang benar-benar, Kei gak habis pikir jadinya. Baru beberapa menit yang lalu Rin menangis tersedu-sedu seperti gadis rapuh yang butuh perlindungan darinya, dan sekarang gadis itu mencak-mencak macam kakaknya Ipin Upin yang terkenal galak.

"A-Apa yang lucu?" tanya Rin, wajahnya memerah.

"Lo yang lucu, gemas banget sih!" ucap Kei dan mencubit kedua pipi Rin refleks. Kei tidak sadar akibat perlakuanya barusan wajah Rin makin merah macam tomat ranum, namun buru-buru ia menetralkan lagi wajahnya.

"Nah sekarang, lo temani gue keliling. Gak ada penolakan, ini perintah!" tegas Kei begitu melihat Rin membuka mulutnya hendak menolak. Akhirnya gadis itu hanya mengangguk.

"Kei, kamu gak nanya kenapa aku barusan nangis?" gumam Rin. Kei menghentikan langkahnya, membuat Rin mendongak menunggu responnya.

"Terkadang ada hal yang gak harus kita tahu alasannya, bukan? Ada kalanya kita hanya perlu seseorang disisi kita tanpa banyak bertanya dan gue gak akan nanya sebab lo nangis kecuali emang lo sendiri yang mau cerita." Jawab Kei.

"Terima kasih."

"Sama-sama."

******


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top