22. Best Friend's Lunch
Aku dan Resti ke teknik sipil tiga puluh menit sebelum janjian agar kuliahku jam satu nanti tidak terlambat. Nouval langsung menjemput kami di parkiran motor. Wajahnya menjadi lebih ceria tatkala bertemu dengan Resti dan seperti biasa gadis itu memasang wajah cuek dan datar walaupun aku tahu di balik sikap dinginnya, Resti memiliki perasaan yang sama seperti Nouval.
"Ri, kamu nggak apa-apa?" tanya Nouval saat kami berjalan menyusuri koridor menuju kantin mie ayam.
"Nouval yang bebal aja tahu kalau kamu sakit, Ri," sahut Resti ikut menimpali.
Nouval menatapku saksama lalu beralih menatap Resti. "Ria sakit, Beb?"
"Tanya ke Ria. Tadi pagi aja dia cuma makan satu sendok."
"Kamu berlebihan, Res. Kayaknya nggak satu sendok deh. Aku makan tiga atau lima sendok kok."
"Kamu sakit apa, Ri? Perlu kita antar ke medical center atau rumah sakit? Hari ini kebetulan aku bawa mobil."
Aku tertawa. Seperti biasa satu-satunya yang Nouval tawarkan kepadaku adalah menjadi sopir pribadi. "Makasih Val tapi aku baik-baik saja. Kalian terlalu cemas."
"Tapi muka kamu pucat, Ri. Nggak seperti biasanya," ucap Nouval mencemaskan.
"Aku sudah lapar, nih!" seruku agar sepasang kekasih ini tidak mencemaskan keadaanku.
Kedua sahabatku tersebut memiliki sifat yang amat overprotective terhadapku.
"Ya, aku juga. Tadi pagi belum sempat sarapan gara-gara deadline mengumpulkan praktikum."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top