2. It's BF but not Boyfriend

Komentar pedas itu bagai petir yang menyambar di siang bolong. Kak Ethan benar-benar menganggapku anak kecil. Memang benar usiaku jauh di bawahnya, bahkan usianya sepuluh tahun lebih tua daripada usiaku. Tapi, mendengar Kak Ethan secara tidak sengaja mencemooh perasaanku padanya, benar-benar memancing emosiku.

“Kak Ethan nggak percaya sama perasaan Daria ke Kakak?” tanyaku menuntut.

“Iya, iya. Kakak percaya.” Kak Ethan menjawabnya setengah hati. Kak Ethan lalu mengalihkan topik pembicaraan agar tidak terjebak dalam obrolan konyol yang mungkin menurutnya tidak penting. “Katanya tadi bantuin Kakak mengepak. Kok jadi ngobrol gini.”

Aku menghela napas panjang lalu melanjutkan mengepak barang-barang yang hendak dibawa Kak Ethan.

Aku memilih diam sambil berusaha menahan gejolak emosi yang tengah meletup-letup seperti letupan air yang mendidih. Aku menggenggam tanganku sendiri, bertekad kuat.

Aku harus memikirkan cara untuk membalikkan kata-kata Kak Ethan dan membuatnya jatuh cinta kepadaku.

Selama aku memikirkan strategi bagaimana membuatnya jatuh cinta, aku juga mengirimkan sinyal perang. Perang dingin itu berlangsung cukup lama. Secara sengaja aku selalu memasang wajah merengut dan jutek setiap kali bertemu Kak Ethan meskipun keberangkatannya ke negeri kanguru tinggal tujuh hari lagi.

Aku bersikap konyol seperti ini mungkin karena dia akan pergi dan tidak lagi tinggal serumah denganku, atau mungkin karena ini adalah kesempatan terakhirku untuk menyatakan perasaan yang selama lima tahun ini kusimpan rapat-rapat?

Entahlah, aku tidak tahu dan terlalu malas memikirkannya lebih dalam. Hanya saja yang terpenting aku ingin jujur pada diriku sendiri. Aku tidak ingin menyesal tidak menyatakan perasaanku sebelum kepergiannya, selain itu yang lebih penting dan mendesak, aku mendengar rumor dosen-dosen seringkali menikah di tengah studinya atau tidak lama setelah pendidikan berakhir.

Mengingat usiaku yang masih cukup muda dibandingkan Kak Ethan, peluangku untuk menikahi Kak Ethan sangat kecil dan hampir mustahil kecuali Kak Ethan mau menungguku—yang lebih tidak mungkin lagi. Oleh karena itu, aku harus berjuang mati-matian untuk mendapatkan Kak Ethan tujuh hari ini!

Aku menghabiskan seharian memikirkan strategi bagaimana memikat Kak Ethan secepat mungkin dan konyolnya saat aku bertanya pada Kak Ulfa, kakak kelas yang juga merupakan tetangga dan tempat curhatku, dia menyuruhku menonton sebuah film yang katanya penuh dengan ide bagaimana memikat seorang pria.

“Film apaan ini Kak?” tanyaku penasaran, membolak-balikkan kaset DVD yang tidak memiliki judul dan gambar apa pun pada sampulnya.

Sepertinya Kak Ulfa men-copy film ini dari temannya, bukan membeli kaset bajakan seperti biasa. Kak Ulfa memang tipe orang yang cukup unik untuk remaja yang hidup di generasi millenia yang lebih memilih menonton film bajakan secara on-line ataupun mengunduhnya, daripada mengeluarkan uang untuk membeli kaset DVD bajakan di mall. 

“Sudah lihat saja, setelah lihat kamu pasti dapat banyak ide bagaimana menggoda Kak Ethan,” ucap Kak Ulfa dengan tersenyum simpul.

“Beneran?”

Kak Ulfa mengangguk pasti dan tetap dengan senyum penuh arti. Aku sedikit waspada dengan senyum Kak Ulfa yang sangat mencurigakan tetapi aku tidak bisa mundur lagi. Aku harus mencari cara untuk memikat Kak Ethan secepat kilat.

Aku menatap Kak Ulfa bingung saat Kak Ulfa melewatkan pembukaan film, dia langsung menuju bagian inti dan menghentikannya sebentar.

“ULFA, BANTU MAMA CUCI PIRING!” teriak Tante Diana, ibunda Kak Ulfa, dari lantai bawah.

“Ri, kamu lihat sendiri, ya! Aku ke bawah dulu, jangan dilewatkan atau aku nggak akan bantu kamu lagi kalau kamu ada masalah!” ancam Kak Ulfa lalu sekali lagi tersenyum penuh arti.

“Ok….” Aku mengangguk dalam dan melanjutkan film setelah Kak Ulfa menutup pintu kamarnya.

Aku baru memahami arti senyuman Kak Ulfa yang mencurigakan setelah melihat beberapa adegan film yang seharusnya tidak pernah kutonton. Film yang membuatku tidak bisa tidur semalaman karena perasaan bersalah, jijik dan perasaan yang sulit untuk kujelaskan.

Kak Ulfa sengaja mengerjaiku dengan memberiku blue film karena kesal aku mengganggunya selama beberapa hari.

Dia lelah dengan segala curahan hatiku mengenai Kak Ethan, sementara dia sedang break dengan kekasihnya yang sedang sibuk dengan ujian akhir sekolah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top