15. SOS Signal
Aku menghela napas bosan sembari memainkan remot untuk mengganti channel televisi. Tidak ada satu pun tanyangan—yang kebanyakan berisi gosip selebritis—menarik perhatianku. Lebih baik aku mematikan televisi dan mengerjakan sesuatu sebelum Kak Ethan datang dan menanyakan kepastian pernikahan kami. Aku membuka pintu dan terkesiap kaget melihat Kak Ethan yang tiba-tiba berdiri di depan pintu kamar.
"Ri, tentang—"
"Kak, punya kertas A4, nggak?!" tanyaku, segera menyela ucapan Kak Ethan dengan cepat.
"Eh, ya... Ada di kamar."
Aku mengulum senyum untuk menyembunyikan kepanikan. "Boleh minta kertasnya, Kak? Aku ada PR kalkulus dan besok dikumpulin."
"Ok," ucap Kak Ethan sambil mengangguk.
Aku mengikuti Kak Ethan memasuki kamarnya. Suasana kamar Kak Ethan sama sekali tidak berubah, selalu rapi dan sederhana, sampai mataku berpusat pada tempat tidur Kak Ethan yang kini berukuran besar dan bukan single bed lagi. Sejak kapan ranjang Kak Ethan berubah? Jangan-jangan Kak Ethan mengganti ranjangnya untuk—"Butuh berapa?"
Pertanyaan itu menyadarkanku dari lamunan dan buru-buru aku segera mengalihkan perhatian dari ranjangnya tetapi sayang Kak Ethan telah menangkap basah ke mana arah pandangku. Kak Ethan hanya mengulum senyum dan pipiku pun mulai menghangat.
"Li—lima lembar, Kak," ucapku lalu mengambil kertas itu dengan cepat dan melangkah pergi setelah mengucapkan terima kasih.
Aku segera menutup pintu kamar dan berkutat dengan tugas kalkulus setelah mendapatkan foto pertanyaan di buku kalkulus dari Resti yang kebetulan satu TPB denganku.
Terdengar suara ketukan di pintu kamar dan saat aku melirik jam pada ponsel, rupanya aku telah menghabiskan waktu selama dua jam.
"Boleh masuk?" tanya Kak Ethan saat aku membuka pintu dan mengangguk sebelum mempersilakannya masuk ke kamar. "Banyak tugasnya?"
"Iya, lumayan. Kemarin sudah ngerjain tapi ketinggalan di rumah jadi sekarang ngerjain lagi."
Kak Ethan duduk di tempat tidurku tanpa canggung dan entah kenapa saat melihatnya duduk di tempat tidurku, jantungku menjadi tidak keruan. Sebelum aku memikirkan hal-hal aneh, Kak Ethan menarik kembali perhatianku dari fantasi liar. "Gimana kuliah kamu, lancar?"
"I—Iya, lancar tapi banyak tugas jadi sering begadang. Eh, Kak, aku ngerjain lagi, ya?" tanyaku, yang entah kenapa merasakan suasana canggung.
Kak Ethan mengangguk dan aku melarikan diri ke soal-soal kalkulus.
"Kamu sudah selesai, Ri?" tanya Kak Ethan setelah aku menggeliat karena lega telah menyelesaikan seluruh soal.
Aku terdiam sejenak untuk berpikir. Kak Ethan pasti ingin mendiskusikan pernikahan. Aku harus mencari cara agar terbebas dari situasi aneh ini. "Kurang sedikit lagi. Hmm, Ria ke toilet dulu, Kak."
Aku segera menyambar ponsel, berlari ke dalam toilet. Bukannya buang air kecil, aku malah mengeluarkan ponsel dan segera membuka aplikasi line dan mengetikkan sinyal SOS untuk seseorang.
Kak... bantu aku!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top