28. Execution .

LUNA

Ceritanya Theo memang sulit dipercaya, tapi dia memang muncul diiringi cahaya terang dan kemudian meledak tiba-tiba. Dipikir lagi, itu memang tidak masuk akal. Aku terlalu bersyukur dengan keberadaannya, hingga lupa menyelidiki asal-usulnya.

Dan aku merindukannya.

Seseorang mengetuk pintu kamar. Aku meneriakkan kata 'masuk', berpikir kalau itu Arlo atau Alicia. Namun, yang muncul ternyata Theo.

Aku berlari ke arahnya, memberinya pelukan erat. Kurasakan tangannya balas mengusap kepalaku.

"Kau ke mana saja?"

Theo tersenyum. Betapa aku juga merindukan lesung pipi itu.

"Tempat Reginald. Memperbaiki jamku."

Jam? Maksudnya mesin waktunya?

Theo ... akan pulang?

"Dan lihat aku bawa apa." Theo menunjukkan kantong plastik di tangannya. "Kopi."

Kami duduk di atas karpet yang ada di kamarku.

"Itu ... maaf." Aku melipat lengan di atas meja rendah di hadapanku. "Aku tahu kau bermaksud baik, tapi aku benar-benar harus melakukan ini."

Theo tidak mengatakan apa pun.

"Tolong mengerti."

Tenggorokanku terasa kering hanya setelah mengucapkan beberapa kalimat, buru-buru kuseruput kopi milikku hingga tandas.

"Luna, kau tahu aku peduli padamu, kan? Kita belum lama kenal, tapi bagiku kau sangat penting."

Jantungku berdebar cepat dan wajahku mulai memanas.

Theo, aku juga merasakan hal yang sama.

"Pasti tidak enak menanggung semua dendam itu sendirian." Theo menunduk memandangi kopi miliknya, matanya menghindari mataku. "Aku ... ingin membebaskanmu, Luna. Membuatmu lepas dari semua ini."

Theo mengangkat wajah dan menatapku dengan matanya yangㅡentah kenapaㅡ berkaca-kaca.

"Maafkan aku."

Saat itulah aku merasakan ada yang aneh dengan tubuhku. Kepalaku pusing mendadak, dadaku sesak dan seperti ada yang mencengkeram jantungku. Kucoba menarik napas dalam-dalam, tapi seolah tidak ada oksigen yang berhasil mencapai paru-paruku.

Pandanganku memburam. Di depanku Theo kembali bicara, kali ini lebih lirih.

"Sampai jumpa, Luna."

Tubuhnya dilingkupi cahaya terang. Disaat yang bersamaan, kepalaku tergolek lemah di atas meja.

Dan nasihat itu kembali terngiang.

Manusia itu berbahaya.

Jangan percaya siapa pun.

Update borongan ㅠ.ㅠ

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top