Wanted by CEO 19 - Gaun Membakar Gairah
WRITTEN BY Shireishou
Kepala Mysha masih bekerja sangat keras memikirkan apa yang harus ia lakukan. Undangan Michael sungguh membuatnya bimbang. Pergi ke pesta dengan pria berambut hitam itu, tentu akan sangat menyenangkan. Dia pria yang ceria, hangat, dan yang pasti tak akan membuatnya merasa dalam bahaya.
Mengalihkan perhatiannya sejenak, Mysha menyalakan laptop sembari terus berpikir.
Axel sudah mengundangnya lebih dulu. Menurut aturan first come, first served, sesiapa yang maju pertama, dia yang akan dilayani duluan.
Artinya, dirinya harus pergi dengan Axel. Titik.
Tapi pergi berdua ke pesta dengan Axel apakah tidak terlalu berbahaya? Mysha membayangkan Axel tengah merengkuh pinggulnya sembari berjalan ke dalam ruangan. Mysha akan merasakan aroma tubuh pria itu dalam jarak yang begitu dekat, suara baritonnya yang selalu memikat, juga lengan kokoh yang akan menyentuh tubuhnya tanpa ragu.
Lalu pertanyaan utamanya adalah, apa dirinya bisa menjaga pikirannya untuk tetap waras jika diperlakukan seperti itu?
Mysha memikirkan bagaimana dia bisa menyelipkan pisau swiss army, pada gaun malam? Apa perlu ia membawa pedang panjang di punggung seperti Wonder Woman?
"Mysh?"
Mysha tersentak dari lamunannya.
"Eh sorry. I can not go with you."
Senyum memudar secepat kilat dari wajah Michael. Tapi pria itu tetap tenang.
"Apa ada alasan khusus?"
Mysha tak bisa berbohong dari netra abu-abu yang menatapnya penuh rasa ingin tahu.
"Mr. Delacroix sudah mengundangku duluan." Mysha mencicit nyaris tak terdengar.
"Axel mengundangmu? Lalu kau terima?" Michael mengerutkan alis hitamnya kaget. Sejenak ia pikir salah dengar. Namun, melihat Mysha mengangguk, ia kehabisan kata-kata.
Ada rasa tak menyenangkan menggeliat di hati pria itu. Michael melepas kacamata sejenak dan membersihkannya dengan saputangan sutra dari saku sebelum mengenakannya kembali. Berharap pandangan fisik dan hatinya tidak tertutup kabut rasa kesal yang kini menggerus jiwa.
"Aku menerima ajakan ini sebagai perwakilan CLD. Bukan pribadi." Mysha berusaha menjelaskan.
Bisa dilihat Michael masih tak percaya penjelasannya. Namun, pria itu cukup bijaksana untuk tidak terus memaksa.
"Baiklah, aku mengerti. Aku akan datang ke pesta itu sebagai perwakilan firma hukumku ..." Michael mendebas. "... sendiri."
Mysha bisa mendengar Michael menekankan kata sendiri kuat-kuat. Itu cukup menyayat hatinya.
"Maaf."
Michael terperangah kala Mysha meminta maaf padanya. Ia sungguh tak bermaksud buruk. "No need to apologized." Michael buru-buru mengulurkan tangannya ke arah tangan Mysha di seberang meja.
"Aku hanya mengkhawatirkanmu."
Mysha merasakan kehangatan tangan Michael yang menggenggamnya lembut. Semua perlakuan itu membuatnya merasa lebih baik.
"Aku akan berhati-hati." Mysha berusaha tetap tenang. "Lagi pula, ini pesta di ruang publik. Apa yang harus dikhawatirkan?"
"Tapi ini Axel." Michael tak bisa menyembunyikan rasa tak sukanya. "Aku tak ingin kau menyesal."
Mysha merasakan hatinya sedikit tersinggung. Kenapa? Apa karena Michael sedikit merendahkan Axel di hadapannya? Mysha tak mengerti dan memilih tak mengatakan perasaannya.
"Terima kasih." Hanya itu yang akhirnya keluar dari mulut Mysha.
"Apa kau sudah siap dengan gaunnya?"
Mysha terbeliak. Benar juga! Ia bahkan belum memikirkan hal itu sama sekali. Apa dia sempat untuk mengambil gaunnya dari apartemen. Ah, miliknya hanya gaun malam biasa. Jangan-jangan Mysha bisa dinilai salah kostum dan memalukan CLD. Gawat!
"Mau kubantu mencarinya hari ini?"
"Tapi pekerjaanku?"
"Kurasa Axel akan lebih senang kau punya gaun saat bersanding dengannya daripada kau menyelesaikan pekerjaanmu." Michael menahan tawanya. "Lagi pula, Will pasti setuju. Di sana banyak orang hebat yang akan kau temui. Sebagai wakil CLD, kurasa kau perlu tampil maksimal."
"Tapi aku tetap harus minta izin pada Mr. Delacroix," bisik Mysha. Ia sungguh tak enak kalau harus membolos demi mencari sebuah gaun. "Bagaimanapun juga, dia atasanku."
Yah ... memang pekerjaan hari ini tak begitu bajyak. Mysha melirik ke arah laptopnya yang sudah menyala. Ia hanya perlu merapikan beberapa berkas. Laporan keuangan pun baru akan tiba besok. Sebenarnya hari ini memang ia akan sedikit bersantai.
"Kalau itu maumu, akan kutemani. Aku tahu butik bagus di New York."
Mysha tak menjawab. Ia masih ragu apa ajakan Michael bisa membawa masalah ke depannya.
"Baiklah." Michael memutuskan mengganti taktiknya kala melihat Mysha masih memandangnya gamang. "Kutemani kau izin pada Axel dulu."
Mysha tak bisa membantah ketika akhirnya mereka berdua berjalan menuju ruangan CEO Crown Land Developer.
"No! I already order special gown for her."
Mysha tak bisa mendefiniskan debaran yang ia rasakan kala mendengar suara bariton Axel kala ia langsung menolak tawaran Michael.
Axel duduk di kursinya sementara Mysha dan Michael duduk di hadapannya.
Suasana terasa begitu mencekam. Mysha seolah berada dalam savana Afrika di mana dua singa jantan tengah memperebutkan wilayah kekuasaannya. Mungkin sebentar lagi dirinya akan tercabik nenjadi serpihan-serpihan kecil yang tersebar tertiup angin. Sial!
"Mysha akan bekerja setengah hari. Setelah itu, ia akan ikut bersamaku." Axel kembali menegaskan keinginannya.
Sorot mata biru Axel begitu menusuk. Namun, tatapan itu ditujukan untuk pria berkacamata di hadapannya. Pandangannya berubah seketika tatkala menatap Mysha.
"Are you oke with that?" Tatapan lembut penuh pengharapan bahwa Mysha tak menolak ajakannya.
Tanpa sadar Mysha mengangguk. "No problem at all, Sir."
"Nah Michael, kurasa tugasmu di sini sudah selesai." Axel mengangkat sedikit sudut bibirnya. Sinis, tapi tetap memesona di mata Mysha. "See you at party."
Michael menatap Mysha yang masih tak melepaskan pandangannya dari Axel. Menyebalkan. Pengacara itu sungguh tak ingin Mysha terjebak seperti wanita-wanita lain. Hanya sekali dipakai lalu dilupakan. Tak berharga, tak juga akan dikenang.
Lalu yang tersisa dari para wanita itu hanya sakit hati dari harapan yang membumbung tinggi lalu dihempas tanpa ada belas kasihan.
Michael bangkit dan berjalan ke arah Axel yang juga ikut berdiri seolah siap menyambutnya. Senyum merekah di wajah Michael. Sangat manis. Namun, sorot mata abu-abu cerah itu berkilat penuh ancaman.
Suaranya ditekan ke bawah saat berbisik lirih di telinga Axel.
"Jangan berani macam-macam pada Mysha. I swear you gonna pay if you hurt her!"
Michael kembali menegakkan tubuhnya dan menjauh dari Axel yang masih tak berekspesi.
"I'll remember that," jawab Axel acuh tak acuh. Ia sama sekali tak terpengaruh ancaman Michael. Pertahanan Mysha sudah hampir runtuh dan ia akan mendapatkan wanita itu seutuhnya.
Mysha membeku di posisinya. Ia bisa merasa hawa dingin menguar di sekelilingnya. Membuatnya tak bisa bergerak apalagi bicara.
Michael tersenyum penuh pengertian pada Mysha. Ia mendelati GM CLD itu. Lalu dengan gerakan halus, Michael mengangkat tangan Mysha dan mengecup punggung tangan wanita itu sebentar.
"See you soon." Ia mengerling sebelum mengembalikan tangan Mysha ke tempatnya sembari menepuk-nepuknya lembut. Meyakinkan wanita itu bahwa ia akan ada di sana untuk menjaganya meski mereka tidak datang bersamaan.
Seolah tak memedulikan tatapan membunuh Axel, Michael meninggalkan ruangan CEO Crown Land Developer itu dengan santai.
"Kau boleh kembali ke ruanganmu. Selesaikan semua pekerjaan, lalu kita bisa mempersiapkan segalanya untuk malam ini."
Mysha mengangguk gugup kemudian meninggalkan ruangan Axel dengan tergesa. Ia berusaha tak memikirkan apa yang akan terjadi malam nanti. Ia hanya ingin hari ini secepatnya berakhir.
"Apa kau sudah siap?" Axel tiba-tiba sudah masuk ke ruangannya. Mysha tanpa sadar menekan semua keyboard laptopnya karena kaget.
Axel menahan geli melihat tingkah Mysha yang terlihat sangat konyol.
"Yes, Sir." Mysha bergegas memencet tombol undo sebelum menyimpan dokumen dan mematikan komputernya.
Axel sama sekali tidak berusaha menyentuh Mysha. Ia hanya berjalan gagah di sisi wanita itu. Meskipun begitu, Mysha gugup luar-dalam.
Jika Axel bertindak memaksa, rasanya Mysha akan lebih mudah mengembalikan kendali dirinya. Tapi ini? Axel begitu tenang dan seolah tak memedulikannya. Hanya berjalan, membukakan pintu mobil, menutupnya kembali sebeum akhirnya melajukan mobilnya ke tempat yang dimaksud.
Mengerikan! Sangat mengerikan!
Sebuah butik yang cukup besar terlihat begitu elegan. Gaun-gaun indah terpasang dalam manekin-manekin tinggi menjulang. Mysha berusaha untuk tidak menganga terlalu lama. Sebagai wanita yang besar di pedesaan, ia nyaris tidak pernah melihat gaun-gaun itu kecuali dalam iklan atau foto-foto majalah.
Axel baru saja hendak membukakan pintu untuk Mysha ketika seorang parmuniaga wanita melakukan hal yang sama lebih cepat beberapa detik.
"Selamat datang Mr. Delacroix. Gaun yang Anda pesan sudah siap."
"Thank you."
Mysha langsung memikirkan banyak hal. Gaun macam apa yang dipilih Axel untuknya? Berapa harganya? Siapa yang akan membayar? Yaa ... Tampaknya pertanyaan terakhir adalah yang paling krusial.
Sang pramuniaga mengantarkan mereka ke sebuah area. Ada manekin wanita dengan tubuh berlekuk sangat indah. Di atasnya terpasang sebuah gaun yang luar biasa indahnya.
"Ini gaunnya, Mr. Delacroix." Pramuniaga itu mempersilakan keduanya untuk melihat-lihat.
Selintas Mysha bisa melihat pandangan iri dari pramuniaga itu terhadapnya. Siapa yang tidak iri bisa diantar ke sebuah butik dan dipilihkan baju oleh orang-yang mungkin-paling tampan di New York. Orang pasti mengira kalau mereka adalah dua sejoli yang tengah memadu kasih penuh kemesraan.
Ah, tapi bukan itu yang harus Mysha pikirkan sekarang. Ia harus memutuskan apa yang akan ia lakukan pada gaun di hadapannya.
Gaun keperakan itu terlihat sangat mewah. Meski tanpa ada hiasan apa pun, walakin kainnya memancarkan kilauan memukau. Persis seperti perak yang disulam menjadi kain.
Jika dikenakan di tempat yang sedikit gelap, mungkin ia akan seperti kerlip bintang di langit yang gelap. Ekor gaun yang cukup panjang menambah keagungan siapa pun yang kelak memakainya.
Mysha masih berusaha keras mengingat ia benar-benar harus nenutup mulutnya. Gaun ini begitu indah.
Namun, yang menjadi perhatian Mysha adalah bagian atasnya yang terbuka lebar. Belahan dadanya berbentuk huruf V dan cukup rendah. Bagian bahu hanya ditahan tali perak tipis yang lentur.
Belum lagi bagian punggungnya yang tidak ditutup apa-apa kecuali dua utas tali perak yang saling bersilang. Itu artinya, Mysha akan memamerkan punggung mulusnya hingga pinggul.
Apa yang akan Axel lakukan jika pria itu melihatnya berpakaian seperti ini?
Bagaimana jika Axel merengkuh pinggulnya dan mengajaknya berdansa? Sentuhan tanpa batas yang akan langsung menyentuh kulit punggungnya. Apa dirinya akan bisa sadar dan menjaga integritasnya meski pasti sekujur tubuhnya mendamba untuk dekapan yang lebih erat lagi?
Tanpa sadar Mysha merona merah.
NYAHAHAHAHA! Kira-kira Mysha bakal pake gaunnya kagak ya? And reaksinya Axel kek gimana?
Oh ya, mau kasih tau kalau besok chapternya di private :D silakan follow dulu supaya bisa membaca ^^ atau ikuti cara di FAQ 2
Maaf blm bisa balas-balas komen :'( lagi ga fit akhir-akhir ini :'(
Tetap dukung CEO Project dengan vote dan komen XD ehhehehe
See you tomorrow!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top