Surprised CEO 35 - Kebenaran yang Terkuak

WRITTEN BY Shireishou

Mysha tak berkedip menatap wanita tinggi semampai yang berjalan ke arahnya. Pintu apartemen masih terbuka lebar, tapi Olivia memilih hanya berdiri di anak tangga teratas.
Mysha tahu, model papan atas itu tidak akan mau memasuki apartemen yang mungkin dinilainya kumuh. Selintas Mysha menoleh ke deretan jendela yang memantulkan bayangannya. Sial! Ia sama sekali tidak tampil maksimal. Rambutnya tak tertata sempurna dan riasannya juga sudah mulai luntur.

Tidak ada waktu untuk memperbaiki semuanya. Ia harus menguatkan hati untuk menghadapi makhluk yang sempat membuat Axel bergairah itu. Dengan dada bergemuruh lebih karena kesal, Mysha menghampiri Olivia.

"Jadi kamu wanita yang merayu Axel?" Olivia tersenyum sangat manis ketika mereka sudah berhadapan.
Semilir angin musim gugur yang cukup menggigit sama sekali tak menggoyahkan sikap anggun Olivia. Tampaknya dingin tak mengganggu meski Olivia mengenakan gaun yang memamerkan kaki jenjang indahnya.
Nyaris tak terlihat kecemburuan atau amarah di wajah Olivia. Namun, Mysha sadar betul wanita di hadapannya mengeluarkan aroma berbahaya. Mysha tak boleh gegabah. Setiap kata yang akan ia utarakan harus dipikirkan dengan kepala jernih. Ia tak boleh masuk dalam jebakan Olivia dan tampil sebagai wanita barbar yang haus darah karena emosi merusak ketenangannya.

"Anda salah." Mysha menjaga jarak dalam kalimatnya. "Axel-lah yang mendekati saya."

Mysha berusaha menjaga integritasnya. Ia tak boleh kalah tenang. Memang ia tak semenakjubkan Olivia yang mampu membuat siapa pun yang melintas menoleh sejenak. Namun, ia tak boleh gentar. Axel mencintainya, bukan Olivia, secantik apa pun model papan atas itu berdandan.

"Oh...." Olivia mengangkat alis kanannya yang tersulam sempurna. "Ternyata bukan cuma jelek. Kau juga bodoh sampai berkhayal hal yang mustahil."

Mysha merasakan hatinya mengerut dan nyeri. Namun, napas yang halus dan tenang tetap berhasil dipertahankannya. "Saya tidak butuh penilaian Anda. Lalu ada apa Anda sampai mendatangi saya?" Mysha berusaha tersenyum ramah. Namun, kemampuan aktingnya kalah jauh dibandingkan Olivia yang masih berdiri dengan jemawa.

"Hanya mau memberi peringatan." Olivia meletakkan tangannya ke pinggang. Tinggi badannya yang menjulang di atas Mysha mau tak mau memberi hawa intimidasi yang kental. "Menjauh dari Axel atau kau akan kubuat menyesal pernah mengenalku."

Mysha menarik napas berusaha menenangkan dirinya. Seenaknya saja wanita di hadapannya menyuruhnya menyingkir. Axel-lah yang pantang menyerah mendekatinya! Apa dunia tak akan memercayai fakta bahwa ada wanita dalam hidup Axel Delacroix yang tak mengejarnya lebih dulu? Oke ... Meski Mysha akui, hatinya tak bisa memungkiri daya pikat CEO tertampan di New York itu.

"Anda tidak perlu cemas. Saya tidak akan mengejar Axel."

Senyum Olivia melebar. Ia senang melihat Mysha tampaknya mengerti apa yang diucapkannya. Ternyata gadis bodoh di hadapannya tak sedungu penampilannya.

"Tapi, saya tidak bisa mencegah Axel memberikan cintanya pada saya." Mysha melengkungkan bibir tipisnya dengan sempurna. "Dan saya akan membalas perasaan tulus yang dia berikan dengan senang hati."

"Kau!" Olivia naik pitam, tangan kanannya langsung terangkat ke atas.
Mysha menyadari Olivia hendak melayangkan tamparan ke arahnya. Wanita berkacamata itu menggeser tubuhnya ke belakang. Tangan Olivia yang diayun sekuatnya memukul angin. Tubuh tinggi yang mengenakan stiletto 12 sentimeter itu kehilangan keseimbangan.

Olivia lupa ia berdiri di anak tangga teratas. Tubuhnya limbung ke arah kanan. Ia berusaha mencapai pegangan tangga, tapi refleksnya tak cukup cepat.

Mysha berusaha menyambar tangan Olivia, tapi wanita berambut pirang itu terlanjur terguling menyusuri lima anak tangga ke bawah.
Mysha bergegas menyusul turun ketika Olivia tertelungkup di atas trotoar gemetar memegangi perutnya.

Rintihan terdengar jelas. Olivia berusaha bangkit, tapi rasa sakit membuatnya kembali jatuh. Ia memgumpat, tapi tak banyak suara terdengar. Saat itulah ia melihat darah keluar dari tangan kanannya yang menghantam paving block dan juga tepian tangga.

"Da-daraaaah...." Suaranya mencicit. Tiba-tiba bola mata biru langit itu terbalik ke atas dan memutih. Olivia jatuh pingsan.

Mysha bergegas menelepon 911 berharap ambulan segera datang. Ia tak berani macam-macam pada wanita yang tengah hamil dan baru saja terjatuh dari tangga, meski tak begitu tinggi. Lebih baik serahkan pada ahlinya.

Sopir Olivia pun terlihat panik, tapi Mysha berusaha menjelaskan bahwa sebaiknya mereka menunggu tenaga medis datang daripada memperparah keadaan.

Mysha tak menyukai wanita yang terkapar di atas trotoar itu. Namun, ia tak bisa membiarkan ada model terkenal terjungkal di depan apartemennya. Bisa-bisa paparazi akan memelintir berita dan menjadikannya sebagai wanita beringas yang menyerang seorang model cantik. Mysha bergidik membayangkan nama baik CLD bisa tercemar karenanya.

Lagipula, kasihan bayi tak berdosa yang dikandung Olivia. Meski Mysha sangat berharap itu bukan anak dari Axel. Kecemasan langsung menyergap batinnya.

Untungnya ambulan datang lebih cepat dari dugaannya. Kini Olivia sudah mendapatkan perawatam pertama dan meluncur ke rumah sakit terdekat.

"Axel, aku butuh bantuanmu. Olivia jatuh dari tangga apartemenku." Mysha setengah terisak. Bagaimana pun nuraninya tak tega melihat bayi tak berdosa harus mengalami rasa sakit akibat kelakuan bodoh ibunya yang begitu ceroboh masih memakai sepatu setinggi itu di awal kehamilan.
Axel lebih mencemaskan Mysha yang terisak daripada Olivia. Ia mengutuk Olivia karena berani lancang mengganggu Mysha hingga ke apartemennya.

"Aku akan ke sana sekarang. Kau tenanglah. Kau tak bersalah!" Axel segera memutus sambungan telepon dan bergegas menyusul Mysha dan Olivia.

Di depan ruang IGD Mysha mondar-mandir tak keruan. Ia sudah mengabarkan pada petugas medis bahwa Olivia sedang hamil muda. Merka harus tahu fakta itu sehingga bisa melakukan penanganan terbaik bagi Olivia dan bayinya.

"Mysha?!"

Suara bariton khas yang sedari tadi dirindukan Mysha terdengar. Wanita itu menoleh dan langsung menghambur ke pelukan hangat Axel.

"Olivia terjatuh dengan sepatu stilleto. Ia pingsan." Mysha tersengal di dalam dekapan Axel. Bayangan bahwa headline koran besok akan membawa nama Mysha sebagai pelaku kejahatan yang akan menciderai nama baik CLD, membuatnya kalut. Ia tak ingin merepotkan siapa pun. Ia juga tak ingin terjadi apa-apa pada bayi tak berdosa itu. Semua pikiran buruk yang menerjang, membuatnya kalut.

Belaian lembut ke puncak kepala Mysha memberikan kenyamanan. "Olivia tidak akan apa-apa. Dia wanita kuat." Axel berbisik. "Lagipula ini bukan kesalahanmu. Dia yang ceroboh memakai stiletto padahal sedang hamil."

Mysha mempererat pelukannya. Jika biasanya pikiran wanita itu bisa melanglang buana tanpa batas jika menyentuh otot terlatih di balik jas Axel, kali ini semua seolah terkunci rapat.

Yang ada di benaknya apakah yang akan terjadi jika Olivia sampai keguguran? Secara tidak langsung, dirinyalah penyebab bayi itu sampai meninggal. Jika saja ia lebih memilih diam dan membiarkan pukulan Olivia mengenai pipinya, mungkin semua akan lebih baik. Paparazi tak akan bisa membuatnya menjadi pelaku kejahatan dan mungkin justru Olivia yang akan dipersalahkan.

"Seandainya ia kubiarkan menamparku, mungkin tidak akan begini jadinya."

Axel terbelalak. Dijauhkannya tubuh Mysha sejenak. Tangan kokohnya sedikit gemetar kala membelai pipi pucat mysha. Amarah menggeliat jelas menyusuri perut dan naik ke kepalanya.

"Wanita jalang itu berani berusaha menamparmu?" Axel tak bisa menyembunyikan getaran kemurkaan yang terdengar dalam setiap kata yang didesiskan.

Mysha menggeleng pelan. "Aku menghindar, karenanya, dia ... dia...." Mysha tak mampu meneruskan kata-katanya.

Axel langsung menariknya kembali dalam dekapan. Mysha terlalu baik. Bahkan yang dikhawatirkan wanita yang gemetar di dalam pelukannya adalah bayi haram yang entah milik siapa. Rahang Axel mengeras seiring janjinya untuk menyelesaikan masalah dengan Olivia secepatnya. Kalau perlu ia akan membuat wanita jalang itu menyesal pernah dilahirkan ke dunia.

"Keluarga miss Olivia Crawfods"
Mysha langsung menoleh dan melepaskan pelukannya. Langkahnya tergesa mendekati dokter wanita yang keluar dari ruang IGD.

"Saya Mysha Natasha, yang membawanya ke sini. Bagaimana janinnya? Apa semua baik?" Mysha menggenggam tangan Axel gugup. Seolah jika ia tak memegang sesuatu, ia akan runtuh. Mysha memang tak menyukai Olivia mengganggu hubungannya dengan Axel. Tapi bayi itu! Janin dikandungan wanita itu tak meminta ada di sana. Ia tak berdosa jika harus menanggung kebodohan orang-orang dewasa di sekitarnya. Keegoisan mereka.

"Nah itu yang hendak saya tanyakan."
Ada jeda sejenak.

"Miss Crawford tidak hamil."
Bagai disambar petir, Mysha terhuyung ke belakang. Axel dengan sigap menangkap tubuh limbung perempuan itu.

"Maksud Anda?!"

Dokter wanita itu sedikit tersentak mendengar hardikan Axel yang meski berusaha diredam, tetap terdengar mengerikan.

"Saya sudah melakukan USG karena miss Natasha tadi mengatakan bahwa miss Crawford hamil." Dokter wanita itu berusaha menjelaskan duduk perkaranya dengan gamblang. "Tidak ada tanda-tanda penebalan rahim. Tidak juga ada pendarahan. Tes darah juga tidak mengindikasikan kehamilan."

Dokter itu memandang Mysha seolah berusaha meyakinkan bahwa Olivia benar-benar tidak mengandung. "Secara umum, kondisi miss Crawford baik-baik saja kecuali beberapa memar yang akan sembuh seminggu lagi."

Tanpa sadar jemari Axel mengepal keras. Wanita jalang itu berani menipunya. Pantas saja ia masih berani memesan wine, mengenakan stiletto tinggi, juga hal yang tidak akan dilakukan wanita hamil pada umumnya. Ternyata semua hanya sandiwara.

Berengsek!

EH EH?!!! ADA APA DENGAN WATTPAD?!!!

Rank dari semua cerita CEO Project LENYAP!!! Padahal kemarin Shirei baru aja dapet rank 1 romance :'< Duh semoga cepet beres dong!

Tolong vomentnya supaya cerita kami bisa kembali masuk rank :'<

Update: udah beres! Yay! Wattpadnya lagi galau keknya

Btw kalo kalian mau baca tinpik cakep bikin baper bisa ke

Punyanya AryNilandari ^^
Hope u like it!!!

*Aneh, ga bisa tag belia writing marathonnya :<

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top