Speechless CEO 42 - Fragmen Kenangan
WRITTEN BY AstieChan
WRITTEN BY AstieChan
WRITTEN BY AstieChan
WRITTEN BY AstieChan
⬆⬆⬆⬆⬆⬆⬆⬆
AUTHOR BAB INI!!! Jangan sampai ada yang tanya ini plagiat siapa
William memperhatikan Mysha yang semakin dalam menatap foto masa kecil mereka. Apakah gadis itu masih ingat dengan boneka beruang pemberian Will di hari ulang tahunnya yang ke-5. Boneka yang dibeli Will dari hasil tabungannya. Apakah dia masih suka menonton Yankees?
Mysha masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sekali lagi ditatapnya foto itu. Gadis berusia 28 tahun itu memandang lekat-lekat foto anak laki-laki yang berdiri di sampingnya. Jika diperhatikan, wajah anak laki-laki itu sangat mirip dengan William.
Mysha mengangkat wajahnya, ditatapnya direktur CLD dan foto di tangannya bergantian. Mereka memang orang yang sama, hanya saja lelaki yang di foto itu tubuhnya jauh lebih kurus dan kecil. Lagi pula anak itu tersenyum. Senyum yang begitu hangat dengan sorot mata dan wajah yang juga terlihat bahagia. Ah ... jika anak itu memang William, mengapa sama sekali tak tersisa senyum hangatnya? Ke mana senyuman itu hingga kini hanya wajah datar saja yang selalu ditampakkannya?
"Kau sama sekali tidak ingat, Sayang?" Thea bertanya lagi ketika dilihatnya Mysha diam terlalu lama. Wanita berusia akhir lima puluhan yang masih berparas cantik itu seakan mendesak Mysha untuk mengingat masa lalunya.
Mysha mengerjap. Ia berusaha menggali ingatan masa kecilnya. Lintasan kenangan berkelebat di pikirannya, tetapi hanya samar, seperti potongan-potongan peristiwa yang sayangnya tak ia mengerti. Baseball, boneka beruang, bunga daisy.
Bibirnya tersenyum tipis kala sekelebat bayangan anak lelaki yang mirip dengan di foto itu mengecup keningnya sambil memberikan bunga daisy dan mengusap air matanya. Apa sebenarnya hubungan dia dan William? Kening gadis berkacamata itu mengernyit. Bayangan itu justru membuat kepalanya terasa berdentum-dentum.
Axel berdebar-debar menunggu jawaban tunangannya. Apa sebenarnya hubungan Mysha dengan keluarga Davis? Di foto itu terlihat jelas kedekatan William dengan Mysha kecil. Ada rasa kesal menyusup di hatinya. Mungkinkah dia cemburu? Demi Tuhan, itu hanya masa lalu, lagi pula Mysha pun masih sangat kecil.
Mysha memijit keningnya, lantas menggeleng. Memaksa ingatannya bekerja justru membuat migrainnya kambuh.
"I'm so sorry, aku sama sekali tidak ingat," ucap Mysha muram. Ia sungguh menyesal melihat kilat kecewa di mata Thea.
"Apa aku terlambat?!" sapa seorang pria bersuara ramah mengalihkan perhatian Thea dari Mysha.
"Ah, ini dia pengacara hebat kita. Tak pernah ada kata terlambat untukmu, Mike. Kemarilah!" sambut Nyonya rumah tak kalah ramah.
Michael memberikan sebuket bunga lily kepada Thea Davis sebelum memeluk wanita itu. "Apa kabar, Thea? Look at you! You're more beautiful than last time I see."
Wanita anggun dalam balutan gaun merah itu terkekeh. Binar bahagia tampak jelas di wajahnya. "Oh, Mike, bunganya indah sekali! Thank you. Kau sungguh pandai merayu, bilang kangen tapi tak pernah mengunjungi wanita tua ini."
"Maafkan aku, Thea. Kau kan tahu sendiri bagaimana kesibukan di CLD. Selain itu aku juga harus mengurus firma hukum." Michael berkata lirih, menampakkan raut penyesalan.
"Tak heran kau terlihat kurus. Apa kau sudah makan? Akan kuminta kepala pelayan untuk menyiapkan makanan lagi untukmu."
Michael menolak dengan halus tawaran Thea Davis. Kemudian menyapa Mr. Davis Sr. lantas dengan lihai bergabung masuk ke dalam obrolan Axel dan William.
Axel berusaha tak acuh dengan kedatangan Michael. CEO itu tak ingin memancing pertengkaran. Sudah cukup ia diabaikan oleh nyonya rumah yang mungkin memang tidak berniat mengundangnya secara pribadi ke acara ini. Jangan sampai ia membuat Mysha merasa rikuh karena telah mengajaknya. Siapa pun akan langsung merasakan perbedaan perlakuan Thea Davis terhadap Michael dan dirinya.
Mr. Davis Sr. cenderung diam. Ia memperhatikan keadaan di sekelilingnya. Sesekali menimpali obrolan petinggi CLD di era sesudahnya dengan mengetikkan beberapa saran di layar kursi rodanya.
Thea memberikan perhatiannya kepada Michael. Mysha yang sedari tadi menjadi sasaran wanita keibuan itu merasa lega dengan kehadiran pengacara ramah itu.
"Oh, Mike, mengapa tak ada yang memberitahuku GM baru di CLD adalah Mysha? Kau dan Will sama saja. Kalian sepertinya sudah tak menganggapku. Apa menurut kalian aku terlalu tua untuk dimintai pendapat?" Thea Davis kembali mengungkit topik mengenai Mysha Natasha.
Mike terperangah mendengar pertanyaan wanita yang sudah dianggap sebagai ibunya sendiri. Mengapa tiba-tiba Thea begitu tertarik pada urusan CLD, ataukah ia tertarik pada GM CLD? Pengacara itu menatap William yang hanya mengangkat bahu.
"Bukan begitu, Thea. Kupikir kau tidak akan tertarik pada urusan bisnis CLD," elak Michael seraya menampakkan senyum termanisnya. "Aku janji, lain kali kami akan memberitahukanmu tentang apa pun yang terjadi di dalam CLD."
"Tapi apa kau tau, dia adalah Mysha kecil kami? Mysha yang fotonya pernah kutunjukkan padamu. Tapi sayangnya dia tidak ingat masa kecilnya," adu Thea. Wanita itu sepertinya tak akan berhenti sebelum mendapat apa yang diinginkannya.
Oh, jadi itu sebabnya. Ternyata masa lalu yang membuat Thea begitu tertarik pada Mysha. Michael terperanjat mendengar pengakuan Thean. Namun, ekspresinya kembali ramah hanya dalam hitungan detik. Dia harus lebih berhati-hati dalam menjawab pertanyaan istri pendiri CLD.
"Benarkah? Wah, sempitnya dunia ini!" ujar Michael. "Hmm, mungkin Mysha masih terlalu kecil ketika itu, jadi dia belum bisa mengingat dengan baik. Aku saja sudah lupa siapa nama guruku waktu kelas satu SD." Michael mengungkapkan argumentasinya. Membujuk Thea agar tak lagi mendesak Mysha.
Akhirnya acara jamuan Thanksgiving itu selesai, Axel merasa seolah-olah beban berat terangkat dari tubuhnya. Oh, acara keluarga seperti itu memang tidak terlalu cocok untuknya. Keluarganya tidak pernah merayakan Thanksgiving, mereka biasanya hanya berkumpul saat Natal. Lagi pula keluarganya jelas berbeda dengan keluarga Davis.
Axel segera pulang ke apartemennya setelah mengantar Mysha. CEO itu segera membuka tuxedo-nya yang basah. Akhir-akhir ini tubuhnya sering berkeringat di malam hari. Padahal ini sudah mulai memasuki awal musim dingin.
Pria bertubuh kekar itu tak tahan untuk menggunakan bench press untuk melatih otot lengannya sekaligus mencari ketenangan untuk berpikir. Olahraga selalu membuat pikirannya lebih bugar.
Thea Davis yang begitu tertarik pada Mysha begitu menyita pikirannya. Apalagi ternyata Mysha adalah anak teman keluarga Davis. Sejauh apa hubungan Mysha kecil dengan William? Apakah mungkin Thea Davis ingin menjodohkan Mysha dengan William?
Wanita berusia akhir lima puluhan itu bahkan terang-terangan menunjukkan sikap tidak suka ketiiamWilliam memberitahukannya bahwa Axel dan Mysha sudah bertunangan. Padahal sebelum malam ini Mrs. Davis selalu memperlakukannya dengan sopan. Entah dia suka atau tidak, yang jelas Axel belum pernah diabaikan seperti tadi.
Pria berusia awal tiga puluhan itu merasa lelah. Segera ia menghentikan latihannya, meski ternyata baru setengah jam ia melakukan bench press. Namun begitu pikirannya terasa segar kembali. Ia bahkan tersenyum dengan ide cemerlang yang melintas di otaknya.
Axel harus segera bertindak. Jangan sampai rencananya menikahi Mysha terhalang.
Pria bermata biru itu segera menekan layar ponselnya. Suara sapaan terdengar di seberang.
"Ya, apa Anda bisa mempersiapkan pernikahan dalam dua bulan dari sekarang? Tentu. Berapa pun biayanya."
Saat mendengar jawaban dari lawan bicaranya, senyum Axel kembali merekah.
Halooo! Ketemu lagi! Maaf chapter ini hanya sedikit karena yg nulis lagi sibuk mengurus masa depan bangsa (beneran ini)
NIGHT WITH CEO TEMBUS #3 ROMANCE!!! Yay!!! Makasih buat dukungannya! Dan ada kabar gembira lain, CEO SUDAH DILAMAR MAYOR!
HAHHAHAHA!!
Nantikan kabar2 selanjutnya :3
Dan wattpad lagi trouble, sorry blm bisa balas komen karena keburu emosi duluan. Tjih!
See you monday!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top