Betrayed by CEO 28 - Kecupan tak Terduga

WRITTEN BY Shireishou

Kejujuran mungkin terasa pahit. Namun, bukankah itu adalah jalan untuk melangkah ke depan tanpa sandungan?

Mysha menatap layar ponselnya yang masih juga gelap. Tidak ada tanda-tanda Axel mencoba menghubunginya. Baru kali ini Mysha merasakan sesuatu yang tak bisa ia pahami. Keinginan untuk bicara, berbagi, dan bahkan sekadar melihat sosok Axel Delacroix.

Kepala Mysha dipenuhi pikiran buruk. Apa ia melakukan sesuatu yang menyinggung Axel hingga pria itu tak lagi memedulikannya? Apa Axel kini telah menemukan wanita lain yang lebih baik sehingga Mysha sudah tak lagi berarti baginya?

Ah ... Mysha merasa dirinya patah hati bahkan sebelum ia menyadari telah jatuh cinta.

Suara denting menyentak wanita itu. Dengan tergesa disambarnya ponsel yang cukup canggih itu mendekat.

"Kujemput pukul tujuh besok."

Dahi Mysha mengerut. Hanya pesan singkat dari Axel yang mampir ke ponselnya. Padahal biasanya pria itu akan menelepon dan memperdengarkan suara baritonnya yang tetap memukau bahkan dari seberang saluran telepon.

Pikiran wanita itu benar-benar mengudara ke berbagai arah. Bukan tentang bagaimana ia bisa merasakan sensasi bergelenyar di sekujur tubuh dalam dekapan Axel. Juga bukan tentang bagaimana ia bisa menghabiskan malam bersama lekuk tubuh sempurna dambaan setiap wanita.

Mysha hanya memikirkan apa yang terjadi pada Axel hingga ia terkesan berbeda. Kurang dari 24 jam mereka tak bertemu, tetapi Mysha sudah bisa merasakan keganjilan.

Apa ini yang disebut intuisi wanita? Mereka bilang, firasat wanita tidak pernah salah. Apa itu artinya Axel hanya berpura-pura serius padanya?
Namun, setiap kali Mysha mencari celah kebohongan pada tatapan Axel beberapa waktu lalu, hanya debaran keyakinan yang memenuhi rongga dada.

Axel tidak berbohong. Setidaknya hati kecilnya berkata seperti itu.

Mysha menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Tarikan napas panjang yang terdengar adalah tanda ia butuh menenangkan diri. Toh ia tak pernah menjalin hubungan serius dengan seseorang kecuali.... Ah ... Mysha kembali mengenyahkan bayangan anak laki-laki itu dari benaknya. Ia tak ingin mengingatnya. Perpisahan itu terlalu menyakitkan baginya hingga mampu membuat seorang bocah tujuh tahun mengunci semua kenangan rapat-rapat dan melupakannya.

Pupil keemasan itu menghilang ketika Mysha nemejamkan mata. Ia berharap semua pikiran buruk di kepalanya hanyalah ilusi sementara. Sedikit banyak Mysha berharap Axel benar-benar menepati janjinya.

Axel tiba tepat pukul tujuh pagi. Gerakannya begitu elegan ketika mengangsurkan tangan ke arah Mysha yang baru menuruni tangga di depan apartemennya.

Meskipun begitu, Mysha tak melihat binar hangat yang sempat Axel berikan kepadanya. Sosok di hadapannya terlihat begitu dingin. Meski tubuhnya berada di sisi, membukakan pintu mobil, dan menyetir di sebelahnya, Mysha merasa seperti seorang diri.

Axel menutup mulutnya rapat-rapat. Tak sepatah kata pun terucap sepanjang perjalanan. Bahkan sekadar obrolan basa-basi ringan seperti menanyakan apa ia sudah sarapan dan minun kopi pun Axel tak mau.

Beberapa kali GM baru CLD itu membuka topik dan hanya ditanggapi dengan gumaman yang tidak jelas.

Mysha berjuang keras memaklumi tindakan Axel. Toh pada awalnya Axel juga bukan pria yang gemar berkata-kata. Namun, tak menapik pikiran buruk kembali berkelebat.

"Apa ada yang salah?" Mysha bertanya ragu-ragu ketika mereka tiba di parkiran VIP CLD. Selintas Mysha bisa melihat Axel terkejut lalu ekspresi itu kembali tenang seperti biasa.

"Nothing. Ayo kita turun."

Mysha pun hanya bisa mengeluarkan debasan yang cukup keras kala Axel keluar dari mobil untuk membukakan pintu.

Wanita itu akui tak ada yang lebih menganggu daripada berjalan beriringan dengan seseorang, sementara kehadirannya hanya terasa seperti robot tanpa jiwa.

Mysha berusaha menenggelamkan dirinya pada pekerjaan. Memikirkan Axel hanya membuat produktivitasnya menurun dan ia tak mau begini terus.

Meski tak bisa dipungkiri ajakan Axel makan siang tetap membuat jantungnya tak bisa bersikap biasa.

"Apa kau sedang tidak enak badan?" Mysha mengubah pertanyaannya.

"I'm fine."

Mysha tak merasakan jawaban Axel adalah kebenaran. Sorot mata biru yang biasanya begitu tajam, kini seolah tertutup kabut. Pandangannya tak selalu fokus. Terkadang Axel seperti melamun. Mengerutkan kening lalu menarik napas panjang seolah meyakinkan dirinya semua akan baik-baik saja.

Ada sesuatu yang pria itu sembunyikan dari Mysha. Wanita itu bisa merasakannya.

Mysha ingin menjeritkan bahwa pria di hadapannya sama sekali tidak baik-baik saja. Namun, ia menahan diri.

Makan siang pun berlalu seolah hanyalah penggugur kewajiban bahwa Axel Delacroix harus makan siang dengan Mysha Natasha. Namun tak sedikit pun Mysha merasakan kehangatan.

Apa ia terlalu menuntut?

Sempat terlihat beberapa kali Axel melirik ke arah ponselnya lalu mematikannya. Sangat aneh.

Begitu pula ketika Axel mengantarnya kembali ke apartemen. Hanya keheningan yang menemani keduanya. Mysha semakin merasa tidak nyaman.

Berapa kali pun Mysha berusaha mengenyahkan Axel dari kepalanya, justru semakin merasuk aneka probabilitas mengapa pria itu berubah.

Mysha merendam diri dalam air hangat di bathtub apartemennya. Aroma zaitun cukup sukses membuatnya rileks.

Sungguh, ia tak memahami bagaimana Axel bisa berubah begitu cepat. Dari Axel yang hangat dan memberikan banyak perhatian kecil padanya, hingga menjadi Axel yang pikirannya sama sekali tidak hadir meski tubuh pria itu ada di dekatnya.

Mysha membiarkan rambut keperakannya basah kala ia makin merendahkan kepala ke dalam air hangat. Ia membuat sekujur tubuhnya merasakan sensasi lembut dari tekanan air tenang.

Dirinya memang sempat meragukan Axel dengan semua trade mark yang disematkan kepadanya. Belum lagi peringatan Michael mau tak mau membuatnya waswas. Namun, keberhasilan Axel meyakinkan bahwa pria itu hanya akan hadir untuknya, mampu membuat Mysha melambung.

Apakah rasa bahagia ini hanya ilusi?
Apakah sebenarnya Axel hanya ingin eksistensinya diakui? Sehingga saat Mysha mengakui pentingnya keberadaan Axel Delacroix dalam hidupnya, maka pria itu akan meninggalkannya.

Mysha membenamkan seluruh tubuhnya ke dalam air. Menyumbat semua napas dan pikirannya untuk sementara.

Hari berlalu dengan tak banyak perubahan berarti. Bahkan ketika Axel memergoki Michael tengah membawakan kopi untuk Mysha pun ia tak banyak protes. Dan itu membuat Mysha makin terpuruk pada kemungkinan terburuk.

Axel sudah memiliki wanita yang baru.

Kamis malam di apartemen mewah milik Axel, pria bertubuh atletis itu kembali menghabiskan waktu untuk menghajar heavy bag miliknya. Kali ini Olivia yang memenuhi kepalanya.

Brengsek!

Bagaimana mungkin wanita itu terus-menerus menerornya. Setiap kali ia bersama Mysha, Olivia selalu berusaha menghubunginya. Ah bukan. Wanita sialan itu memang selalu menghubunginya tanpa kenal waktu. Axel tak bisa sembarangan mematikan ponselnya karena bisa saja ada panggilan bisnis sewaktu-waktu.

Sungguh ia menyesal memberikan nomor ponsel aslinya pada Olivia. Padahal biasanya ia hanya memberikan nomor sekunder pada wanita-wanita lain.

"Damn!" Axel melayangkan hantaman terakhirnya.

Setiap kali Olivia berusaha menelepon, setiap itu pula konsentrasinya buyar. Axel tak berani bicara apa pun. Bagaimana jika ia sampai salah bicara lalu Mysha mengetahui semuanya. Wanita itu terlihat mulai mencurigai dirinya.

Empat hari rasanya seperti di neraka. Hatinya tak pernah tenang dan selalu kalut setiap kali nomor Olivia muncul di layar ponselnya. Bahkan untuk berjaga-jaga, Axel mengubah nama Olivia menjadi Oliver. Yah, siapa tahu Mysha tiba-tiba melihat layar ponselnya dan Axel berharap tidak akan ada kecurigaan.

Bagaimana jika Mysha kemudian membencinya saat ia ketahuan berdusta? Apa yang akan Axel lakukan jika Mysha sampai menjauhinya?

Axel mengepalkan tanganya kuat-kuat. Inikah yang disebut dengan takut akan kehilangan?

Mysha mengerutkan kening karena Axel tak juga mengajaknya untuk makan siang bersama Jumat siang ini. Padahal sudah hampir seminggu mereka selalu menghabiskan makan siang bersama meski konsentrasi Axel masih berada di benua lain.

Akhirnya Mysha berusaha tak terlalu memikirkan ajakan makan siang yang hilang. Ia memutuskan akan makan di kantin kantor saja. Toh tidak ada Axel yang akan menyedot 100% perhatian karyawan lain—selain makanan di kantin kantor jelas bukan level pria itu.

Baru saja ia hendak turun ke basemen dengan tangga darurat dari lobi, saat itulah pandangannya tertumbuk pada sesosok pria yang dirindukannya tengah berdiri di hadapan seorang wanita yang luar biasa cantik.

Rambut pirang panjangnya dibiarkan tergerai. Mata biru yang menatap Axel penuh cinta membuatnya terlihat berkilauan.

"Kenapa kau ke sini?!" Axel menahan suaranya. Lobi di saat jam makan siang memang cenderung sepi. Hanya ada petugas keamanan yang berjaga di pintu depan. Bahkan penerima tamu pun tengah menikmati santap siang mereka entah di mana.

Wanita berambut pirang itu tersenyum sangat memesona.

"I miss you." Ia bergerak dan langsung mendaratkan kecupan di bibir Axel.

Mysha merasakan tusukan yang menghunjam jantungnya. Wajahnya terasa panas dan ia pun berbalik berlari menjauh. Membiarkan bulir air mata melayang jatuh seiring langkahnya yang semakin tergesa.

Halo semuanya!

Terima kasih sudah mendukung Night with CEO hingga mendapat 500rb view! Whaaaa! Tetap dukung Axel mendapatkan Mysha dengan vote dan komen! Hahahahah

Sampai jumpa besok untuk update berikutnya ^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top