Arrogant CEO 14 - Harga Diri yang Terluka
Mysha tertegun melihat benda yang ada di tangannya. Dalam kotak beledu indah, napasnya tercekat, tidak menyangka akan mendapat benda tersebut.
"I-ini untukku?" tanya Mysha, tangannya gemetar menyentuh garis halus anting emas berukiran rumit khas Thailand. Ada giok berbentuk ular melingkar di tengahnya.
Ego Axel melambung dalam dirinya, membuat ujung bibir berkedut menahan senyum. Taktiknya kali ini berhasil. Tidak ada wanita yang tidak menyukai perhiasan, bunga dan coklat, termasuk Mysha, yang selama ini sulit ditaklukkan. Pria itu dapat melihat sorot kagum dan gembira di mata emas Mysha, dalam hati merekam baik-baik ekspresi wanita yang selama beberapa hari terakhir memenuhi pikirannya. Kali ini dia pasti berhasil.
Axel tidak menjawab. Dia hanya mendorong kotak itu lebih dalam ke genggaman Mysha, tetap mempertahankan wajah dinginnya. Namun tiba-tiba dia tersentak ketika Mysha mendorong kembali kotak merah dengan ukiran perak yang menunjukkan pengrajin pembuatnya.
"Aku tidak bisa menerimanya," ucap wanita itu membuat bahu Axel turun, sedikit.
Apa lagi ini?
Axel mengumpat dalam hati. Alis tebalnya bertaut kesal.
"Aku tidak menerima penolakan," balas Axel dingin dan tajam, menatap intens ke dalam mata emas milik Mysha.
Lagipula ini sudah kedua kalinya kamu menolakku!
Gelengan kepala wanita itu makin kuat, membuat antingnya ikut bergerak. "Tidak," jawab Mysha tegas, nada sama yang didengar Axel ketika dia berusaha memojokkan wanita itu di kantor. "Aku tidak akan menerimanya. Benda ini terlalu mahal sebagai hadiah dari atasan ke bawahan."
Axel menggeram. Lagi-lagi Mysha menunjukkan reaksi berbeda dari semua wanita yang pernah dikencaninya. Mereka biasanya menjerit senang dan mencium bibir Axel sebelum melanjutkan kegiatan di atas ranjang.
"Aku tidak peduli. Benda itu sudah kuberikan kepadamu, kalau kamu tidak suka, buang saja!" ancam Axel pantang mundur.
Ada rasa gamang di wajah Mysha. Sepertinya dia tahu kalau benda itu terbuat dari emas delapan belas karat. Hanya sesaat, sebelum matanya kembali fokus. Dia mengambil kotak itu dan meletakkannya di tangan Axel sebelum melangkah pergi. Axel terdiam sesaat sebelum mengejar dan menarik tangan Mysha yang hendak membuka pintu city car berwarna putih.
"Lepaskan!"
Jeritan Mysha membuat perhatian beberapa pejalan kaki terarah pada mereka. Beberapa sedang menggenggam telepon seluler, Axel terpaksa menuruti mau Mysha sebelum ada yang melaporkan mereka ke polisi.
"Mengapa kamu menolaknya?" geram Axel, menahan amarah. Napasnya naik turun di balik jas yang membalut tubuhnya.
Mysha terdiam dan memandang ke dalam mata biru Axel. Tatapan tajam, menyelidik dan membuat Axel jengah karena seakan masuk ke kedalaman jiwa. Namun ego pria itu membuat dia membalas Mysha sama sengitnya.
"Karena tidak semua wanita bisa kamu beli dengan uang," jawab Mysha mengangkat dagunya tinggi dengan harga diri penuh.
Axel terdiam mendengar kata-kata itu meluncur dari seorang wanita yang pernah dia anggap tidak berarti. Sederhana, namun menusuk, menggoyahkan semua prinsip dan pengetahuan tentang makhluk yang selama ini menjadi pemuas kebutuhannya. Dalam keterdiaman Axel, Mysha mengambil kesempatan untuk masuk ke dalam mobil dan segera menghilang dari hadapannya, meninggalkan Axel termangu sambil memegang kotak beledu berwarna merah.
Mysha melemparkan dirinya ke atas kursi kerja nyaman dan menyandarkan punggung di sana sambil merilekskan diri. Wanita berumur dua puluh delapan tahun itu merasa kakinya gemetar, bahkan setelah menyetir selama tiga puluh menit menembus keramaian New York. Dia mengingat kembali apa yang sudah dilakukan tadi pagi dan merasa sesak. Lagi-lagi dia berulah di hadapan Axel, atasannya, dengan menolak pemberian pria itu.
Sambil menopang kepala dengan kedua tangan di atas meja, Mysha memijat keningnya yang terasa pening. Mungkin seharusnya dia menerima saja, anting itu paling sedikit bernilai ratusan dolar. Bentuknya yang eksotik bisa membuat Mysha merasa sudah menjejakkan kaki di negeri Gajah Putih.
Tidak!
Mysha menggelengkan kepala. Dia tidak suka tatapan Axel yang terkesan merendahkannya, merasa yakin bahwa tidak ada wanita yang sanggup menolak pesona CEO tampan tersebut ....
Tubuh Mysha meremang. Axel memang memiliki aura yang membuat siapa pun wanita ingin melemparkan diri dalam pelukan kokohnya, menyerahkan tubuh seutuhnya pada pria itu. Tidak terkecuali dirinya, Mysha mengingat dalam hati. Mati-matian dia harus menahan hasratnya agar tidak terlihat lemah dan mudah diserang. Jantung Mysha berdetak kencang, dia tidak yakin bisa bertahan bila mereka berada di sebuah ruangan tertutup hanya berdua dan Axel mulai menciumnya panas ....
Bunyi ketukan pintu membuat wanita itu terlonjak.
"Siapa?" tanya Mysha paranoid, sambil merapikan diri.
"Aku." Sebuah suara hangat membuat senyum Mysha mengembang.
"Masuk saja, Michael. Tidak terkunci."
Michael muncul dari balik pintu sambil membawa dua cangkir kopi dan meletakkannya di hadapan Mysha. Seketika rasa penat yang membelenggu hilang begitu saja ketika mencium aroma harum yang menjadi teman setia kala menyelesaikan pekerjaan. Setelah ucapan terima kasih, obrolan ringan pun mengalir, menggeser pikiran Mysha sepenuhnya dari masalah Axel.
Axel menghantam meja kantornya keras-keras, membuat buku-buku jarinya berdenyut sakit.
"BRENGSEK!!!" jeritnya tanpa berusaha ditahan. Untung saja ruangan itu berlapis kedap suara yang membuat teriakannya teredam. Mungkin hanya Claudia sang sekretaris yang mendengar, tapi persetan! Axel butuh mengeluarkan amarahnya.
Dipukulnya meja dari kayu ek itu beberapa kali hingga barang-barang di atasnya jatuh berserakan. Dia butuh heavy bag-nya tapi jelas tidak mungkin dia kembali ke rumah sekarang. Dalam waktu satu jam, akan ada pertemuan dengan Direktur dari Walker Enterprises untuk membahas kerja sama membangun ikon terbaru di kota Dubai dan dia harus mempersiapkan presentasi. Tapi bagaimana Axel bisa fokus mengerjakan tugasnya bila kepalanya hanya berisi Mysha!
Bayangan bagaimana Mysha menolak pemberiannya terputar berulang kali di kepala. Bagaimana wanita itu menampar pipinya dan bagaimana dia bisa tertawa lepas di hadapan Michael ....
Axel meradang. Ada rasa sakit yang tidak dia pahami ketika melihat tawa Mysha yang ditujukan pada Michael. Dia ingin senyum lebar penuh ketulusan itu menjadi miliknya seorang. Bukan hanya senyum, tapi seluruh keberadaan wanita itu harus jatuh ke dalam pelukannya.
Pukulan sekali lagi mendarat di atas meja kayu. Bersyukur benda itu memiliki kualitas baik, jika tidak, pasti sudah hancur berkeping-keping. Axel harus melakukan sesuatu sebelum semuanya terlambat, tapi masalahnya baru kali ini dia menemukan jalan buntu ketika dia berhadapan dengan wanita. Coklat, bunga, dan permata tidak berpengaruh pada keteguhan Mysha. Sikap arogan yang membuatnya digilai, kini menjadi bumerang. Kencan pun tidak membawa hasil yang memuaskan dalam hubungan mereka berdua. Kehabisan akal, Axel duduk pada sofa empuk berwarna coklat tua, mengamati ruang kantornya yang kini berantakan dengan kertas berserakan dan hiasan meja bertumbangan. Perkataan Mysha kembali bergema.
"Tidak semua wanita dapat kamu beli dengan uang!"
Masalahnya, selama ini Axel selalu bisa membeli siapa pun dengan lembaran hijau atau dengan kilau berlian. Mengacak rambutnya frustrasi, Axel memutuskan untuk merapikan berkas-berkasnya dan berusaha fokus pada meeting yang akan dimulai lima puluh menit lagi.
Pria berambut pirang itu menarik napas dalam, menenangkan diri. Sambil menata kertas dan dokumen, dia juga mengatur emosinya. Jangan sampai masalah ini mengganggu kinerjanya sebagai ujung tombak CLD untuk memenangkan proyek. Walau amarah dan frustrasi masih menggelegak, Axel menutup mata dan menarik napas dalam, menggantikan bayangan mata Mysha yang berbinar melihat hadiahnya dengan laporan profitabilitas yang sudah dia pelajari. Tapi kenapa sulit sekali? Bayangan Mysha sedang tertawa seakan melekat di balik kelopak matanya.
Dering telepon berbunyi, membuat Axel terpaksa menghentikan meditasi singkatnya. Sekali lagi mengambil napas, dia mengangkat telepon dengan nada terkendali.
"Ada apa?"
"Sudah siap dengan materi meeting jam sembilan?" Suara datar yang tidak terpengaruh dengan kekalutan Axel terdengar. "Yang harus kita yakinkan adalah Nathanael Walker, salah satu orang paling kaya di dunia."
"Aku tahu." Axel berhasil memfokuskan diri pada materi meeting, walaupun binar mata emas Mysha masih kerap menghantuinya.
"Aku tunggu kamu dua puluh menit lagi di ruanganku dengan materi lengkap tapi sebelum itu, aku mau bicara."
"Tentang?"
"Michael dan Mysha."
Axel terdiam. Semua mantra ekonomi yang berputar di kepalanya lenyap seketika.
Hahahaha! Ada nama yang sengaja kumasukkan di sana Nathanael Walker atau Nael Walker. Bagi pembaca cerita Reminiscentiam pasti tahu siapa dia hahahaha dan iya Walker Enterprises lebih gede daripada CLD secara lebih lama berdiri //kedip
Makin seru nih persaingan antara Axel dan Michael! Mana suaranya
#TeamAxel
#TeamMichael
#TeamNael (?)
Kasih Axel saran dong buat menangin hati Mysha XD dia lagi frustrasi tuh!
Tetap dukung CEO project dengan voment ya XD
See you at Saturday!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top