Ambitious CEO 12 - Gairah, Hasrat, dan Harapan
WRITTEN BY AstieChan
Begitu menutup pintu apartemen, Mysha merebahkan diri ke atas kasur empuk miliknya. Perlahan jarinya menyusuri lagi jejak bibir Michael di keningnya. Semburat hangat menjalar di pipinya, membuat pipi tirus itu merona.
Demi Tuhan! Mysha sudah bukan gadis remaja, tetapi sikapnya seperti remaja yang sedang kasmaran saja. Michael hanya mencium keningnya. Ciuman sekilas layaknya ciuman selamat malam, tak seharusnya Mysha bersikap berlebihan.
Apakah ia menyukai Michael?
Ide itu kembali menari-nari di kepala Mysha. Michael memang manis, hangat, perhatian, mapan, dan juga tampan. Benar-benar calon menantu idaman, ia yakin ibunya pasti akan langsung menyukai pria itu. Michael tipe pria yang bergerak perlahan, setahap demi setahap hingga Mysha merasa nyaman berada di sisinya.
Mysha biasanya tak pernah membanding-bandingkan seseorang, tapi mengingat kejadian di ruang Mr. Davis tadi tak ayal ia merasa sedang diperebutkan oleh dua pria paling keren di dunianya. Axel punya daya tarik maskulin yang mampu membuat wanita mana pun tergila-gila. Meskipun ia suka menggebu-gebu, bahkan kadang terlalu memaksakan keinginannya, namun di sisi Axel, Mysha selalu merasa tertantang. Jantungnya selalu berdentum lebih cepat ketika berada di dekat pria itu bahkan ketika baru memikirkannya.
Lantas siapa sebenarnya pria yang dicintainya? Pria yang memberinya kenyamanan atau tantangan?
"Tidak, jangan berharap dulu. Bisa jadi semua ini hanya perasaanku saja," gumam Mysha.
Lebih baik ia fokus saja dengan pekerjaan barunya.
"DAMN!" Axel memaki kebodohannya.
Setelah selesai bicara dengan William dan membereskan dokumen-dokumen penting yang diperlukan di Bangkok, Axel buru-buru mengendarai mobilnya. Tentu saja ia tak langsung kembali ke apartemen-nya. Entah apa yang sedang dipikirkan, tiba-tiba ia sudah berada di parkiran apartemen Mysha.
Buat apa malam-malam ia pergi ke apartemen Mysha?! Memintanya menjelaskan detail profit analysis planning jelas hanyalah kamuflase. Axel sedang tidak mood untuk melampiaskan hasratnya dengan wanita lain. Ia mulai bosan dengan tipikal wanita di sekelilingnya yang dengan senang hati melemparkan diri mereka kepadanya. Mysha berbeda. Gadis berambut keperakan itu berani menolaknya, bahkan menamparnya. Meskipun Axel dengan jelas melihat gairah membara di mata gadis itu, tapi Mysha mampu memegang kendali dirinya. Dan itulah yang membuat egonya tertantang untuk menaklukkan Mysha.
Sayang timing Axel tiba di sana benar-benar tidak tepat. Mood yang sudah jatuh akibat pertengkaran di kantor dengan Michael, kini terjun bebas. Axel mengepalkan tangannya, berusaha meredam amarah yang bergejolak di hatinya. Dengan kasar ia membanting pintu mobil hitam metalik dengan interior yang futuristis. Sekuntum mawar yang terikat pada sebatang cokelat yang seharusnya akan diberikan kepada Mysha dilemparkan sembarangan.
Seorang pria tampan berambut hitam tampak tersenyum bahagia mengendarai mobilnya dengan perlahan. Ia sama sekali tidak menyadari jika dirinya sedang menjadi target sasaran. Baru satu blok meninggalkan jalan apartemen Mysha, sebuah mobil hitam metalik meluncur kencang mengejarnya. Michael menekan rem dalam-dalam dan membanting setir ke kiri. Mobil hitam itu memotong jalurnya, memaksanya menghentikan mobil. Ia sangat mengenali pemilik mobil itu.
Dengan kesal Michael membuka pintu, menghampiri pemilik mobil hitam yang kini berdiri tepat di depan mobilnya.
"What are you DOING?!"
"Jauhi MYSHA!" ucapnya tegas sambil menunjuk ke dada Michael.
Michael menepis lengan kokoh yang berada di depan dadanya, tersenyum menatap mata biru sang penyerang yang berkilat marah.
"Bagaimana jika aku tak mau?! Justru kau yang seharusnya menjauhi dia," kata Michael tak mau kalah. "Mengapa kau mengejarnya? Dia bukan tipemu, bukan?" Michael mengingatkan reaksi Axel saat ia menyerahkan CV Mysha dulu.
"Bukan urusanmu! Sejak kapan kau mencampuri urusanku, Mike?!"
"Dengar, Axel, aku tak pernah mencampuri urusanmu. Namun jika menyangkut soal Mysha maka kau harus berurusan denganku. Sebaiknya kau berhati-hati. Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa!" Dengan tenang Michael memperingatkan CEO yang sudah menjadi temannya sejak kuliah itu.
"Aku tak pernah takut, Mike. Meskipun harus bersaing denganmu, kupastikan Mysha akan jadi milikku!" kata Axel sebelum meninggalkan Michael dan kembali ke mobilnya.
Michael telah melupakan kejadian semalam. Bagus, CEO yang membuatnya naik pitam tak sedang berada di kantor hari ini. Ia melangkah ke dalam ruangan General Manager. Mysha tampak sedang serius mengerjakan laporan di laptopnya.
"Sudah waktunya makan siang," kata Michael membuyarkan Mysha dari konsentrasinya.
Wanita berkacamata itu mendongak dan tersenyum. "Sebentar lagi, ya. Aku sedang mempelajari keluhan dari salah satu klien kita. Aku dijadwalkan meeting dengan mereka after lunch."
"Bukankah itu tugas Axel?" tanya Michael.
"Ya, kau benar Michael. Tapi Axel sedang dalam perjalanan ke Bangkok. Semalam ia menghubungiku untuk take over pekerjaan-pekerjaan yang harus kutangani selama ia pergi, ini salah satunya," jelas Mysha.
"Baiklah, bagaimana kalau kita delivery service saja? Jadi kita bisa makan siang sambil kau mempelajarinya," usul Michael.
Sebenarnya Michael merasa ini adalah bagian dari permainan Axel untuk menggagalkan rencana makan siangnya dengan Mysha. Namun demi perkembangan karier Mysha dan kelangsungan bisnis CLD ia mengalah.
"Good idea. Oh Michael, kau sungguh pengertian. Maafkan aku."
"Tak apa-apa, tapi kau harus menggantinya lain waktu dan kau juga yang akan mentraktirku," balas Michael.
Mysha tersenyum lebar menyetujui syarat yang diajukan Michael.
Axel biasanya selalu senang melakukan perjalanan bisnis ke negara-negara Asia. Menikmati kultur, cuaca, dan pemandangan yang berbeda dari negerinya membuat pikirannya tenang sejenak dari rutinitas kesibukan di New York. Posisinya sebagai CEO perusahaan properti besar di Negeri Paman Sam membuatnya dihormati oleh para pengusaha dan rekan bisnisnya di manca negara. Hiburan yang mereka tawarkan dalam pembicaraan sebuah kesepakatan, selalu memanjakan dan mengistimewakannya. Mulai dari penjemputan, makanan, traveling singkat, juga wanita yang siap membakar hasrat dan gairahnya.
Namun perjalanan kali ini terasa merantainya. Semua bayangan kesenangannya hilang gara-gara pengacara sialan dan direktur yang membelanya.
Pekerjaan tetap pekerjaan. Suka atau tidak, Axel tetap akan menyelesaikannya dengan profesional. Tak ada yang meragukan kemampuan dan kinerjanya itu.
Axel tak kehilangan akal. Ia tahu benar tanpa kehadirannya di kantor, Michael akan berupaya mendekati Mysha. Ia tidak akan memberi teman yang kini menjadi saingannya itu kesempatan. CEO dengan kecerdasan tinggi itu melimpahkan tugas-tugasnya selama ia pergi kepada General Manager. Mysha sudah pasti akan sibuk, dan ia akan punya alasan untuk terus menghubunginya.
Pukul 12.15, Axel melirik arloji di tangannya yang belum disesuaikan dengan waktu setempat. Axel tak tahu dirinya berada di mana, satu-satunya yang bisa ia lihat dari jendela pesawat adalah lautan awan. Saat ini tentu waktunya Mysha makan siang, dan dari yang kemarin ia dengar di koridor apartemen wanita itu Michael akan mengajaknya makan siang.
"Rasakan kau, Mike, jangan harap aku akan membiarkanmu bersenang-senang," gumam Axel menyunggingkan senyum licik.
Axel mengambil ponsel dan menghubungi Mysha dengan panggilan video. Pada deringan ketiga, tampak wajah manis Mysha di layar ponselnya. Gadis dua puluh delapan tahun itu terlihat meletakkan burger di mejanya. Mysha memesan burger delivery, berarti mereka tak jadi makan siang bersama, pikir Axel senang.
Saat Mysha menggeser posisinya, untuk memperlihatkan data pada layar laptopnya kepada Axel, tampak pula Michael yang sedang asyik memenuhi mulutnya dengan combo cheese burger.
Sial, Michael tampaknya benar-benar ingin bersaing dengannya! Pikir Axel kesal. Jika begini, ia tak bisa meninggalkan kantor terlalu lama.
"Apa kau sudah mempelajarinya? Ya, terlihat ada yang ganjil di situ. Coba kautanya dengan bagian engineer dan minta mereka memberikan SOP-nya. Setelah itu bandingkan dengan keluhan yang mereka ajukan. Ya, pokoknya sebisa mungkin bertahan. Jika memang kita harus membayar kompensasi atau apa pun yang mereka minta, jangan turuti semuanya. Berikan sesedikit mungkin," jelas Axel.
Mysha terus menanyakan beberapa hal yang belum dipahaminya.
"Menurut jadwal, aku akan tiba besok jam 11.20 waktu Bangkok. Aku akan langsung menuju kantor Ruksha Real Estate untuk bertemu dengan Mr. Vijitpongpun. Kuharap kau tak keberatan jika kita akan melakukan teleconference, mengingat di New York saat itu mungkin sekitar tengah malam," ucap Axel, lebih merupakan perintah daripada permintaan.
"Aku mengerti, Sir. Tak masalah," jawab Mysha.
"Jika kau perlu lembur semalaman di kantor untuk melakukan teleconference, aku dengan senang hati akan menemani, Mysh." Michael tiba-tiba nimbrung ke dalam percakapan, membuat Axel semakin kesal.
"Tak perlu, Mike. Mysha bisa melakukan teleconference dari apartemennya," sergah Axel cepat.
"Kalau begitu aku juga bisa menemani di apartemenmu," balas Michael menggoda Axel.
"Sudahlah, Mike, aku tak sedang bicara padamu," jawab Axel jengkel.
Michael sialan! Dia terus saja memanfaatkan ketidakberadaanku di kantor. Tunggu saja, aku akan memberinya kejutan besar, pikir Axel penuh strategi.
Halo! Ketemu lagi denganku ^^ OH! Percayalah aku sendiri juga menantikan kelanjutan cerita ini hahahaha
Stay tune! Untuk melihat persaingan Axel dan Michael yang makin seru XD
Kira-kira Axel bakal ngapain buat menarik perhatian Mysha?
Maaf kalau aku masih menjawab komen secara sporadis :'D yang urgent akan langsung kubalas tapi sisanya aku terpaksa mencari waktu.
Sampai jumpa selasa yah XD
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top