(Sepertinya Memang) EPILOG

Nadia mengucapkan selamat tinggal pada sang ayah lalu turun dari mobil. Dia emperbaiki letak tas punggung yang terburu-buru  dipakai sebelum memasuki gerbang sekolah.

Liburan sudah usai. Waktunya kembali ke kenyataan.

Sambil menyapa teman-temannya, Nadia mengingat hal-hal yang terjadi selama liburan. Perjalanannya mencari Kristal terasa seperti mimpi, tapi jejak-jejak perjalanan mereka masih tersisa. Laporan tentang aktifnya dua gunung populer di Indonesia di media massa membuktikan bahwa apa yang mereka alami bukan mimpi. Kedua orang tuanya tidak tahu apa yang terjadi tapi tetap memarahi mereka karena berbohong. Ayah Nadia ke Palembang untuk menjemputnya dan mereka sempat makan sekeluarga.

Nadia akhirnya memberi tahu keinginannya agar mereka masih bisa menghabiskan waktu bersama. Aidan berperan penting memberinya dorongan ketika Nadia ingin mengurungkan rencananya. Dia masih ingat wajah kedua orang tuanya yang menatapnya datar sebelum menjawab. Walau canggung, ayah dan ibunya setuju untuk berkumpul di masa liburan sekolah, setidaknya setahun satu kali. Dia juga berhasil meluruskan kesalahpahamannya dengan sang ayah. Pria itu menduga Nadia marah padanya karena telah bercerai, tapi Nadia menjelaskan bahwa dia hanya ingin ayahnya lebih banyak menghabiskan waktu dengannya.

Terdengar terlalu indah? Mungkin.

Nadia belajar bahwa komunikasi itu penting, walau untuk memulai dia membutuhkan semua keberaniannya. Beruntung orang tuanya mau mendengar, mungkin karena mereka masih merasa bersalah karena telah menyeret anak-anak dalam masalah mereka.

Nadia sadar, dia begitu beruntung memiliki orang tua yang masih menganggapnya. Walau mereka tidak mungkin kembali menjadi satu keluarga utuh, ayah dan ibunya bersedia kompromi. Mungkin perceraian ini yang terbaik bagi mereka karena jarak memberi mereka ruang untuk berbicara. Nadia tentu saja masih ingin memiliki keluarga yang bahagia tapi sepertinya untuk saat ini dia harus berdamai dengan keadaan yang tidak ideal.

Aidan juga bercerita tentang perjalanannya. Gadis itu ternyata adalah Aura, gadis angin dari legenda .... Nadia lupa, pokoknya legenda. Dia yang menyeret Aidan ke dalam petualangan ini, hampir sama dengan Keong dan Rian dalam kasus Nadia. Aidan menceritakan apa yang dia alami yang ternyata tidak kalah seru. Sayang dia tidak bisa menepati janjinya pada sang naga untuk menyembuhkan makhluk itu, karena Arga sudah mengembalikan semua tokoh dongeng. Padahal, Nadia juga ingin bertemu naga. Pasti keren sekali.

Gadis itu menaiki tangga menuju kelas barunya. Disambut dengan tepukan di pundak dan celetukan riang dari teman-temannya yang menanyakan kabar selama liburan.

Nadia bercerita bahwa dia ke Palembang untuk bersama dengan kakak dan ibunya, menyembunyikan fakta bahwa dia telah mempertaruhkan nyawa menyelamatkan dunia.

Lebay, tapi Nadia tidak bisa menyembunyikan rasa senang melihat teman-temannya masih hidup, bukan tersapu ombak atau meninggal karena gunung Krakatau meletus.

Satu-satunya hal yang membuat Nadia merasa sedih hanyalah Rian. Mereka berpisah tanpa sempat bertukar kata untuk terakhir kalinya. Walaupun waktu telah berlalu, Nadia tetap saja tidak bisa mengenyahkan pikirannya terhadap pemuda itu. Mungkin dia membutuhkan waktu lebih lama untuk melepaskan.

Mungkin.

Hubungannya dengan Indra juga baik. Mereka beberapa kali saling bertukar kabar selama liburan dan Nadia berhasil memperkenalkan pemuda itu pada Aidan. Bertiga, mereka merencanakan akan ke Jogja liburan berikutnya untuk saling bertemu. 

Nadia tersenyum sambil memasuki kelas dan meletakkan tas di tempat duduk. Dia sudah kelas tiga sekarang dan dia mendapati bahwa dia masih sekelas dengan Chris. Si ceking teman ngobrolnya sejak kelas satu. Entah mengapa mereka selalu berjodoh. 

"Cieee yang tasnya baru!" goda Nadia pada pemuda yang lagi asik bermain ponsel, menunjuk tas yang diletakkan di tempat favorit mereka, dua baris dari belakang tepat di tengah ruangan.

"Nggak, itu bukan tasku," sahut Chris mengangkat kepalanya dan memandang Nadia bingung. "Aku mau naruh di sana tapi udah keburu diambil orang. Akhirnya aku duduk di sini deh," tambahnya menggerutu karena dia terpaksa berpisah dengan partner in crime-nya.

"Kamu duduk di sini juga deh!" ajak Chris sambil menepuk kursi di sampingnya.

Nadia meletakkan tasnya di samping Chris sambil mengerutkan alis, bertanya-tanya siapa yang merebut tempat favoritnya. Dia mengedarkan pandang ke seluruh kelas sebelum matanya terantuk pada sosok yang baru memasuki ruangan dan berjalan ke arahnya.

"Rian?" bisik Nadia tidak percaya melihat pemuda itu melebarkan senyum ketika tiba di hadapannya.

"'Kan aku sudah bilang ada yang mau aku sampein ke kamu," ucap Rian sebelum menjulurkan kepalanya ke arah telinga Nadia.

Dia mengucapkan sesuatu yang membuat Nadia membelalakkan mata lalu memandang pemuda itu tidak percaya.

END

SELESAI! YAY!

Kira-kira apa yang dikatakan Rian ke Nadia?

Semoga epilog ini menjawab pertanyaan yang ada. Sebenarnya aku mau menunda sampai seminggu baru posting tapi aku kasihan 😂😂😂 jadinya kuposting sekarang.

Sekali lagi terima kasih telah menemani Nadia hingga akhir. Kemungkinan akan ada extra part, tapi lihat deh bisa kutulis kapan, ini aku sudah diterjang kerjaan karena aku spare waktu untuk menyelesaikan cerita ini 🙈

Sebelum berakhir aku mau minta masukan dari kalian yang sudah setia membaca.

Tolong share dong apa yang bisa kuperbaiki dari cerita ini. Supaya aku bisa revisi draft pertama ini.

Setiap saran kalian akan sangat membantuku 🤗 sekali lagi TERIMA KASIH SUDAH MENEMANI PERJALANAN NADIA.

SAMPAI JUMPA DI CERITA BERIKUTNYA 😊😊😊😊😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top