(Kayanya bukan) PROLOG
Dia benci mendapat visi, apalagi bila visi itu datang lewat mimpi. Katakan selamat tinggal pada tidur nyenyak berkualitas yang konon bisa menghaluskan kulit. Jangankan tidur, bisa bangun dengan normal saja sudah syukur-syukur.
Malam ini adalah salah satunya, bila tidak mau dibilang sebagai yang terburuk selama setahun ini. Nadia mendapati dia berada di kehampaan. Sekelilingnya gelap gulita, dia bahkan tidak bisa melihat kedua tangannya. Kabar baiknya, dia sudah terbiasa. Sejak kecil, Nadia sering mendapat penglihatan baik itu dari masa lalu, kini atau dari masa depan. Gadis remaja itu ingat, awal-awal dia mendapatkannya, dia memaksa sang ibu untuk menemani tidur dengan lampu kamar menyala. Dia masih bisa mendengar keluhan wanita itu karena beliau kesulitan memejamkan mata dalam keadaan terang. Orang tuanya juga tidak percaya pada cerita yang dia lontarkan, membuat Nadia akhirnya bungkam, menutup rahasianya rapat dan berusaha terlihat seperti anak normal.
Nadia menunggu dalam gelap, bertanya-tanya apa lagi yang akan dia lihat kali ini. Kejadian besar atau kecil secara acak datang kepadanya. Dia pernah meramalkan kecelakaan beruntun, pernah pula melihat kelakuan teman sebangkunya yang mencuri uang kas sekolah. Tidak semua hal bisa dia cegah. Nadia pun belajar untuk tidak terlalu membebani dirinya dengan keinginan untuk menyelamatkan semua orang.
Tiba-tiba muncul suara samar-samar. Awalnya sangat pelan hingga Nadia harus berusaha mendengar tapi semakin jelas hingga dia mendengar kata-kata.
"... tinggal bersama Eyang."
Nadia mengerutkan alis. Suara itu suara seorang anak laki-laki dan asing. Namun sebelum dia berpikir lebih lanjut, suara lain terdengar. Langkah kaki yang berat seperti seorang bertubuh besar berjalan ke arahnya dari belakang, disusul dengan tawa menggelegar yang membuat bulu kuduk berdiri.
Nadia menoleh dan tapi yang dia lihat hanya kegelapan. Jantungnya berpacu dalam rongga dada. Dia tidak tahu siapa yang tertawa, dia hanya tahu bahwa tawa itu membawa teror. Rasa panik muncul walau dia tahu kalau dalam mimpi dia tidak dapat disakiti. Tangannya mulai berkeringat. Adrenalin memenuhi pembuluh darahnya, sensasi yang dia rasakan ketika tubuhnya bersiaga.
Ketika dia menoleh ke depan, dia melihat sekelebat wajah asing. Seorang anak kecil berusia tidak lebih dari sepuluh tahun ditarik pergi oleh seorang pria setengah baya. Nadia bertatapan dengan mata hitam anak itu, mendapati ketakutan serta kesedihan terpancar di sana.
Siapa?
Nadia bertanya-tanya dalam hati, berusaha fokus untuk terus melihat ke arah bayangan yang mengabur. Namun sebelum dia mendapat jawaban, muncul sebuah suara lain yang familiar.
"...dia!"
Nadia terkesiap, mencari arah suara.
"Nadia!"
Mata gadis itu terbelalak. Suara itu terdengar putus asa dan menyadari hal itu membuat hawa dingin merayapi dada. Firasat buruk.
"TOLONG AKU!"
Nadia membuka mata, melihat ke langit-langit kamar dengan mata nyalang. Jantungnya berdetak kencang berlawanan dengan suasana sunyi. Suara jarum jam yang terdengar kemudian sama sekali tidak membantu untuk membuatnya tenang.
Itu adalah suara dari Aidan, saudara kembarnya, dan dia sedang dalam masalah.
Salam kenal dari Nadia :D heueheheh
Silakan bagi yang kepo sama rupanya XD
Ini aku bikin pake picscrew di internet :D
Kalau yang ini digambar sama Elbara hueheheheh belum nemu faceclaim yg pas. Kalo ada masukan silakan huehehehe
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top