CHAPTER 9

Title: MYSTERY OF BIGHIT HOSPITAL CHAPTER 9

Cast: Yoongi, Hoseok, Taehyung, Namjoon, Jimin, Jin, Jungkook

Lenght: Chapter Part

Rating: 15+

Author: Tae-V [Twitter KTH_V95]

.

CHAPTER 9

.

JIMIN POV

Tubuhku kaku seketika, tenggorokanku pun seolah tercekat dan tidak bisa bersuara.

Yook Sungjae!

Teman sekelasku dan Taehyung yang sama-sama menaiki bus dengan kami.

Teman sekelasku dan Taehyung yang meninggal pada kecelakaan akibat bus itu terbakar.

Tengah berdiri di hadapanku sambil menatapku tajam.

Wajahnya penuh luka yang mengeluarkan darah dan kulit wajahnya setengah hangus terbakar, sementara kulit tubuhnya sudah hampir seluruhnya hangus terbakar.

Aku berusaha berteriak, namun tidak ada suara yang keluar.

Tunggu sebentar..

Mengapa... Sungjae bisa ada disini?

Dan ketika berbagai rasa takut serta berbagai pertanyaan tengah bercampur aduk, sosok Sungjae yang berwujud mengerikan itu melayang semakin mendekat ke arahku.

Sungjae manatapku tajam, lalu membuka mulutnya dan terdengar suara yang mengerikan.

"Mengapa... Kau dan Taehyung bisa selamat?"

DEG!

Aku terus berusaha berteriak namun tetap tak ada suara yang keluar.

"Mengapa kalian berdua... Meninggalkan kami semua?" sahut Sungjae dengan anda mengerikan dan tatapan tajam.

Tangannya mulai terulur ke arah leherku.

"Aku.. Akan menjemputmu dan Taehyung... Agar bisa ikut dengan kami semua!" sahut Sungjae dengan tatapan penuh kebencian.

Seketika itu juga, tangan Sungjae mencekik leherku.

Aku tidak bisa bergerak, dan kini aku sesak nafas karena cekikan Sungjae yang begitu erat di leherku.

Aku tidak bisa berteriak, suaraku sama sekali tidak mau keluar dari tenggorokanku.

Hanya air mata yang bisa kukeluarkan dari kedua mataku ini.

Apa aku.. Akan mati seperti ini?

"Yook Sungjae, lepaskan tanganmu!" teriak sebuah suara yang sudah sangat tidak asing lagi bagiku.

Kim Taehyung.

Taehyung mungkin merasa aneh karena aku tidak juga keluar dari kamar mandi makanya ia mengintip ke dalam dan kurasa ia juga bisa melihat Sungjae karena ia bahkan bisa melihat sosok hantu yang tak bisa kulihat.

Sungjae langsung melepaskan cekikannya di leherku dan membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Taehyung.

Seketika itu juga aku terjatuh ke lantai kamar mandi. Lututku terasa sangat lemas, begitu juga tubuhku yang sangat lemas karena nyaris kehabisan nafas.

Samar-samar, aku masih bisa mendengar sekilas percakapan Taehyung dan Sungjae.

"Kau.. Bisa melihatku?" tanya Sungjae.

"Mengapa kau ada disini? Bukankah kau tidak dirawat di rumah sakit ini? Bukankah kau mati terbakar di dalam bus itu?" tanya Taehyung.

"Kau tahu rupanya? Lalu, mengapa kau dan Jimin bisa selamat sementara kami yang lainnya harus mati terbakar seperti itu?" sahut Sungjae.

Aku tidak lagi mendengar apa jawaban Taehyung, karena aku langsung tak sadarkan diri setelah mendengar ucapan Sungjae itu.

.

.

.

AUTHOR POV

Jimin membuka kedua matanya.

Sinar matahari pagi yang masuk ke dalam kamar 613 melalui celah sela-sela jendela mengenai wajah Jimin.

"Sudah pagi?" gumam Jimin sambil menggeliat, meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku.

KLEK!

Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka.

Taehyung berjalan keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah dan wajah yang terlihat sangat cerah.

Melihat ke arah kamar mandi, Jimin langsung nteringat kejadian semalam!

"Ya, Taehyung ah! Apa yang terjadi semalam?" tanya Jimin. "Aku... Tidak bermimpi kan semalam? Kau melihatnya kan? Sungjae..."

Taehyung menganggukan kepalanya sambil menatap ke arah Jimin. Handuknya masih tergantung di lehernya. "Majjayo."

"Whoaaa.. Kalau kau baru selesai mandi seperti itu, kau terlihat sangat keren, Taehyung ah!" sahut Jimin. "Kau terlihat.. Uhmmm.. Sexy? Hahaha~" sahut Jimin sambil tertawa kecil.

"Dasar mesum!" gerutu Taehyung sambil berjalan menuju kasurnya untuk merapikan handuknya dan menyisir rambut basahnya.

Jimin memperhatikan Taehyung yang sedang menyisir rambutnya.

Tentu saja, Taehyung bisa melihat Jimin dari pantulan cermin kecil di hadapannya itu, karena kasur mereka berseberangan.

"Kau... Tidak takut?" tanya Taehyung.

"Tentu saja aku takut, imma! Kau kan tahu betapa penakutnya aku. Cih!" gerutu Jimin.

"Dahengiya.. Untung aku cepat-cepat mengintip ke dalam sana. Bagaimana jika aku terlambat sedikit saja? Aigoo... Mengapa kau tidak berteriak?" tanya Taehyung, masih sambil merapikan rambutnya.

"Setiap melihat hantu-hantu mengerikan itu, tenggorokanku seperti tercekat. Aku tidak bisa bersuara, bahkan tubuhku juga tak bisa kugerakkan." sahut Jimin.

"Terkadang, aku juga seperti itu.." sahut Taehyung. "Tapi terkadang, aku bahkan bisa berbicara dengan mereka."

Taehyung menoleh ke kursi kosong yang berada di samping kasurnya, lalu tersenyum.

"Mengapa kau tersenyum ke kursi itu?" Jimin memiringkan kepalanya. "Aneh..."

"Ada Taesoon disana. Sedang duduk manis dan tersenyum menatapku." sahut Taehyung sambil mendudukan tubuhnya di atas kasurnya.

"Mwoya? Taesoon?" Jimin terbelalak.

"Ah, majja! Aku lupa menceritakan padamu." sahut Taehyung. "Selama ini ternyata Taesoon selalu berada disampingku. Hanya saja aku tidak bisa melihat sosoknya. Makanya, aku mulai suka dengan kemampuanku yang tiba-tiba bisa melihat para hantu itu. Karena kini aku jadi bisa sering melihat keberadaan Taesoon disampingku."

"Jinjja?" Jimin semakin terbelalak. "Arwah Taesoon, dongsaengmu itu, selalu berada disampingmu selama ini?"

Taehyung menganggukan kepalanya. "Karena ia tidak ingin meninggalkanku seperti eomma dan appa."

"Aigoo... Kau pasti sangat bahagia sekarang, Kim Taehyung." sahut Jimin.

"Tentu saja! Hehehe.." sahut Taehyung sambil menatap Taesoon dan tersenyum.

"Jangan menoleh ke arahnya, aku jadi aneh melihatmu." sahut Jimin.

Taehyung tertawa mendengar ucapan Jimin, begitu juga Taesoon.

"Tunggu dulu. Mengenai Sungjae... Mengapa ia bisa ada disini? Apa yang kalian bicarakan semalam?" tanya Jimin.

Taehyung terdiam sejenak, lalu berkata, "Ia bilang ia ingin mengajak kita bersamanya dan teman-teman yang lain. Mereka merasa tidak adil hanya kita yang selamat."

"Waeyo?" sahut Jimin. "Bukankah seharusnya mereka bergentayangan di hutan sana? Mengapa bisa sampai ke rumah sakit ini?"

Taehyung mengangkat kedua bahunya. "Molla... Toh, Taesoon juga bisa mengikutiku padahal ia meninggal jauh dari sini..."

"Benar juga katamu.. Tapi sejujurnya.. Entah kenapa aku merasa ada yang janggal..." sahut Jimin.

"Aku juga berpikiran seperti itu..." sahut Taehyung. "Seolah... Ada yang aneh dengan rumah sakit ini.."

.

.

.

Tak terasa sudah dua minggu lebih Taehyung dan Jimin berada di Bighit Hospital.

Selama dua minggu yang telah berjalan itu, Taehyung semakin sering melihat penampakan yang mengerikan, sementara Jimin juga sesekali masih sering diganggu oleh hantu-hantu mengerikan itu.

Namun anehnya, setelah mereka diganggu oleh sosok Sungjae malam itu, mereka berdua sering bermimpi buruk. Mimpi akan kejadian kecelakaan yang menimpa mereka. Dan mereka akn terbangun dengan kondisi penuh dengan keringat dingin.

Dan tentu saja, hantu bernama Jin itu juga seringkali muncul di hadapan Taehyung untuk meminta Taehyung mencarikan informasi mengenai kematiannya.

.

.

.

"Akhirnya aku shift pagi lagi~ Hehehe..." sahut Hoseok pagi itu dengan senyuman cerah di wajahnya.

"Kau terlihat sangat bersemangat pagi ini, Jung Hoseok." sahut Yoongi yang sedang sarapan bersama Hoseok di kantin rumah sakit.

"Siapa juga yang tidak bahagia? Setelah seminggu penuh aku dihantui sosok-sosok mengerikan yang tidak tahu diri itu, akhirnya aku masuk pagi minggu ini~" sahut Hoseok.

Yoongi menatap Hoseok.

"Waeyo, hyeong?" tanya Hoseok.

"Apa mereka.. Sangat mengerikan?" tanya Yoongi.

"Kau harus bertemu mereka agar kau tidak mengejekku lagi! Cih..." gerutu Hoseok.

"Semengerikan itukah?" tanya Yoongi.

Hoseok menganggukan kepalanya.

"Aku juga sering diganggu kalau pulang malam. Di parkiran mobil. Tapi aku tidak pernah takut." sahut Yoongi.

Hoseok memicingkan matanya, menatap Yoongi. "Kurasa kau tidak punya rasa takut, hyeong..."

Yoongi tersenyum. "Sementara kau, memiliki sangat sangat banyak rasa takut. Hehehe.."

"Yaishhhhh..." gerutu Hoseok.

Tiba-tiba saja terdengar suara dari belakang mereka.

"Pagi, kalian..."

Hoseok menoleh ke arah suara itu.

"Uh? Namjoon ah! Kau kenapa ada disini lagi? Bukankah Jumat lalu kau sudah boleh pulang?" tanya Hoseok.

"Majjayo. Kau kenapa lagi?" tanya Yoongi sambil menatap Namjoon.

"Semalam aku pingsan lagi ketika menghadiri acara jamuan makan malam dengan appa. Makanya aku segera dilarikan kesini semalam." sahut Namjoon sambil menarik kursi dan duduk di meja itu bersama Hoseok dan Yoongi.

"Aigoo... Anemiamu semakin parah kurasa.." sahut Yoongi.

"Sudah sejak kecil aku begini." sahut Namjoon. "Aku sudah terbiasa dengan bau rumah sakit."

Hoseok menganggukan kepalanya. "Tenang saja, Kim Namjoon! Selama ada aku disini, aku akan merawatmu sebaik mungkin! Hehehe~"

Namjoon tersenyum. "Kau tahu? Salah satu hal yang sangat kusukai di rumah sakit ini sejak dua tahun yang lalu adalah senyuman ceria di wajahmu itu."

"Jinjja?" Hoseok terbelalak.

Namjoon menganggukan kepalanya. "Senyumanmu seperti cerahnya matahari pagi bagiku, Hoseok ah.. Gumawo, jinjja.. Karena selalu menyemangatiku."

"Aigoo.. Pembicaraan kalian membuatku mual.." sahut Yoongi.

Namjoon dan Hoseok tertawa melihat ekspresi mual di wajah Yoongi.

.

.

.

Baru saja Jungkook masuk ke dalam perpustakaan itu untuk memulai pekerjaannya, suara langkah kaki yang agak berat tiba-tiba terdengar dari rak buku paling ujung belakang.

DUG... DUG...

Jungkook menghela nafas.

"Ini baru hari Senin... Baru saja aku akan memulai minggu ini..." gumam Jungkook.

DUG.. DUG...

"Geumanhae, jebal. Aku lelah dengan ulah kalian." gerutu Jungkook.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan kuku di meja yang ada di tengah perpustakaan.

TUK! TUK! TUK!

Jungkook menatap seluruh sudut perpustakaan.

Kosong.

Hanya ada dirinya seorang di dalam sana.

Udara dingin mulai terasa di leher Jungkook.

"Aku mohon... Biarkan aku mengawali minggu ini dengan tenang, jebal..." sahut Jungkook dengan ekspresi memelas di wajahnya, entah kepada siapa ia berbicara.

Suasana menjadi hening seketika.

Jungkook menghela nafas lega.

Setelah meletakkan tasnya di dalam laci mejanya paling bawah, Jungkook berdiri untuk membuka jaketnya.

Namun, ketika ia berdiri, ada sesosok hantu yang ternyata sedang berdiri tepat di depan mejanya.

Sesosok hantu pria. Kedua bola matanya berwarna merah. Wajahnya hangus terbakar, sampai beberapa tulang tengkoraknya terlihat menongol di balik kulitnya yang hangus terbakar itu.

Dan tubuhnya melayang tanpa kedua tangan. Sementara kaki dan pakaiannya juga hangus terbakar.

"KYAAAAAAAAAAAAAAAA!" Jungkook refleks berteriak dan terduduk di atas kursinya. "Pergi! Jangan ganggu aku, kumohon!"

Hantu itu menyeringai dan semakin mendekat ke arah Jungkook.

Tiba-tiba saja hantu itu menghilang ketika terdengar suara pintu perpustakaan terbuka.

"Jungkook ah! Kau kenapa? Kau baik-baik saja?" tanya sebuah suara.

Jungkook menoleh ke arah suara itu berasal.

Hoseok berjalan masuk ke dalam perpustakaan itu.

"Kau kenapa? Aku mendengarmu berteriak barusan!" sahut Hoseok sambil berjalan agak cepat menghampiri Jungkook.

Wajah Jungkook terlihat agak pucat karena terkejut.

"Kau.. Diganggu lagi?" tanya Hoseok. "Oleh mereka?"

Jungkook menganggukan pelan kepalanya.

"Aigoo! Ini kan masih pagi!" sahut Hoseok. "Berani-beraninya para hantu sialan itu muncul di pagi begini!"

"Mengapa kau bisa da disini, hyeong?" tanya Jungkook.

"Aku berencana meminjam beberapa buku untuk dibaca Namjoon di kamarnya. Ia dirawat lagi disini." sahut Hoseok.

"Untung saja kau kesini, hyeong.." sahut Jungkook. "Hantunya sangat mengerikan barusan."

"Hantu itu... Terbakar hangus juga? Sosoknya?" tanya Hoseok.

Jungkook menganggukan kepalanya. "Majjayo.. Dan sangat mengerikan. Kedua tangannya buntung."

"Yaishhh!" pekik Hoseok. "Untung saja bukan aku yang melihatnya!"

.

.

.

TAEHYUNG POV

Ketika aku baru saja hendak tidur siang, terdengar suara seseorang berjalan masuk masuk ke dalam kamarku dan Jimin.

"Selamat siang, kalian berdua. Aku akan mengecek kondisi tubuh kalian sebentar ya~" sahut Hoseok ganhosa dengan nada ceria, seperti biasanya.

Aku langsung menatap ke arahnya.

Untunglah, hanya satu orang perawat yang masuk kali ini.

Ia mengecek kondisi Jimin terlebih dulu.

"Tubuhmu masih agak demam, Jimin hwanja.. Apa kau masih sering merasa pusing?" tanya Hoseok ganhosa.

Jimin menganggukan kepalanya. "Majjayo, ganhosa. Aku masih sering merasa pusing dan terkadang suhu tubuhku naik seperti ini. Apa aku baik-baik saja?"

"Bagaimana luka jahitan di kepalamu? Masih terasa sakit?" tanya Hoseok ganhosa.

Jimin menganggukan kepalanya. "Masih sering terasa nyeri."

"Kau masih butuh istirahat, hwanjanim. Jangan terlalu sering berjalan-jalan. Kudengar, kau sering ke perpustakaan?" tanya Hoseok ganhosa.

"Majjayo. Aku sering bosan di kamar, makanya aku jalan-jalan ke perpustakaan." sahut Jimin.

"Lebih banyaklah beristirahat. Lukamu akibat kecelakaan itu cukup parah." sahut Hoseok ganhosa.

"Araseo, ganhosa. Mian..." sahut Jimin.

"Baguslah kalau kau tahu kesalahanmu." sahut Hoseok ganhosa sambil tersenyum ke arah Jimin. "Kau ingin segera pulang dari rumah sakit ini kan? Beristirahatlah yang banyak agar kau cepat bisa keluar dari sini."

Jimin menganggukan kepalanya sambil tersenyum.

Hoseok ganhosa pun berjalan menuju ke arahku dan memeriksa kondisi tubuhku.

Aku beberapa kali diam-diam menatap Hoseok ganhosa.

Hati kecilku berbisik, "Sepertinya Hoseok ganhosa adalah perawat yang baik.. Bisakah aku percaya padanya?"

"Suhu tubuhmu agak demam sedikit, tapi masih tidak separah Jimin hwanja." sahut Hoseok ganhosa sambil menatapku dengan ekspresi ramah di wajahnya. "Kakimu bagaimana?"

"Aku beberapa kali mencoba berjalan tanpa bantuan tongkat. Tapi masih terasa nyeri. Makanya aku masih perlu tongkat itu untuk membantuku berjalan." sahutku.

Hoseok ganhosa mencatat keluhanku di chart yang dibawanya, lalu berkata, "Siang nanti kau harus bertemu Yoongi ssaem lagi ya di ruang fisioterapi. Jam dua siang. Agar kakimu bisa segera berfungsi dengan normal seperti biasanya."

"Araseo, ganhosa." sahutku sambil menganggukan kepalaku.

Aku kembali menatap Hoseok ganhosa.

"Waeyo? Ada yang ingin kau tanyakan?" tanya Hoseok ganhosa.

Jimin berjalan turun dari kasurnya dan masuk ke dalam kamar mandi.

Kurasa, ini saat yang sangat tepat untuk bertanya.

Aku menatap Hoseok ganhosa dengan tatapan serius.

"Ada apa? Mengapa kau menatapku begitu?" tanya Hoseok ganhosa.

"Hoseok ganhosa, ada yang ingin kutanyakan padamu. Tapi, bisakah kau menjaga rahasia? Aku tidak ingin ada yang tahu mengenai pertanyaanku ini selain dirimu.." sahutku.

"Apa itu?" tanya Hoseok ganhosa.

"Berjanji dulu padaku." sahutku.

"Araseo, aku janji. Ada apa, hwanjanim?" tanya Hoseok ganhosa.

Aku menatap Hoseok ganhosa dengan serius sambil berkata, "Apa kau kenal dengan dokter disini yang bernama Kim Seokjin?"

Saat itu juga, aku bisa melihat, Hoseok ganhosa terbelalak. Seolah terkejut dengan pertanyaanku. Bola matanya melebar dan ekspresinya sangat terkejut.

"Apa kau... Tahu sesuatu? Tentang Kim Seokjin euisa?" tanyaku.

Hoseok ganhosa menatapku, masih dengan ekspresi terbelalak di wajahnya. "Mengapa kau... Bisa mengenalnya?"

"Geunyang.." sahutku. "Aku penasaran apakah ada dokter bernama Kim Seokjin disini? Ia ada dimana sekarang? Apa kau tahu sesuatu?"

Hoseok ganhosa menghela nafas.

Jimin keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju kasurnya.

"Taehyung hwanja, haruskah kita berlatih berjalan? Aku rasa roof garden cukup bagus untuk tempatmu berlatih berjalan... Mumpung udaranya sedang sejuk dan tidak panas." sahut Hoseok ganhosa.

.

-TBC-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top