CHAPTER 8
Title: MYSTERY OF BIGHIT HOSPITAL
Cast: Yoongi, Hoseok, Taehyung, Namjoon, Jimin, Jin, Jungkook
Lenght: Chapter Part
Rating: 15+
Author: Tae-V [Twitter KTH_V95]
.
CHAPTER 8
.
AUTHOR POV
"Taehyung ah! Aku punya info mengenai rumah sakit ini!" sahut Jimin.
"Apa itu?" tanya Taehyung sambil menatap ke arah Jimin.
"Kata Jungkook, sepuluh tahun yang lalu rumah sakit ini pernah terbakar habis. Kebakaran sangat besar dan hampir semua pasien, dokter, dan perawat disini mati terbakar." sahut Jimin.
Taehyung terbelalak. "Jinjja?"
"Jinjja ya..." sahut Jimin sambil menganggukan kepalanya.
"Pantas saja... Hampir semua hantu yang bergentayangan disini tubuhnya hangus terbakar..." sahut Taehyung.
"Hantu yang kulihat di perpustakaan itu juga hangus terbakar tubuhnya..." sahut Jimin. "Rumah sakit ini ternyata mengerikan, Taehyung ah.. Cepatlah pulih agar kita bisa keluar dari sini!"
"Araseo.." sahut Taehyung sambil menatap Jimin. "Aku akan melatih kakiku agar bisa secepat mungkin berjalan dengan baik... Supaya kita bisa keluar dari rumah sakit ini..."
Tepat ketika Taehyung selesai mengucapkan kalimat itu, sesosok hantu muncul di hadapan Taehyung.
Hantu itu tidak memiliki kepala.
Ah! Bukannya tidak memiliki kepala. Kepalanya ada, hanya saja tidak berada pada tempat yang seharusnya.
Tubuh itu melayang di depan kasur Jimin, menghadap ke arah Taehyung.
Sebuah tubuh wanita tanpa kepala.
Karena kepalanya berada dalam genggaman kedua tangannya.
Dari leher yang tanpa kepala itu mengalir banyak darah merah kehitaman.
Sementara sekujur tubuhnya dipenuhi luka memar dan luka sayatan.
Kulitnya berwarna putih sangat pucat.
Dan kedua kakinya buntung, hanya sampai di betis saja. Tidak ada telapak di kedua kakinya.
Dan kepala yang berada dalam genggaman tangan sang hantu itu sangat mengerikan.
Wajahnya penuh luka sayatan dan bibirnya bawahnya sobek serta mengeluarkan sangat banyak darah.
Rambutnya sangat berantakan dan dipenuhi darah.
Kedua bola matanya yang berwarna merah itu tengah menatap tajam ke arah Taehyung.
"Kudengar... Kau bisa melihat kami?" sahut hantu itu sambil menatap Taehyung.
Taehyung terdiam, membeku.
Membuat Jimin kebingungan. "Ada apa denganmu, imma? Mengapa kau menatap ke depan kasurku dengan tatapan seperti itu?"
Taehyung terdiam. Ekspresinya menunjukkan sebuah ketakutan.
"Aku... Tolong aku..." sahut hantu itu. "Tolong aku untuk mencari kedua telapak kakiku... Aku sudah berkeliling sangat lama di rumah sakit ini, namun kedua telapak kakiku tidak bisa kutemukan.. Aku hanya menemukan kepalaku ini."
"Jangan ganggu aku..." sahut Taehyung dengan nada memelas. "Kumohon.."
Hantu itu melayang, mendekat ke kasur Taehyung.
"Bantu aku mencari kedua telapak kakiku!" sahut hantu wanita itu dengan tatapan mengerikan.
"Kau kenapa, Taehyung ah?" Jimin mulai panik melihat Taehyung berbicara sendirian.
Wajah Taehyung mulai terlihat pucat.
Wajar saja! Hantu tanpa kepala itu sangat mengerikan! Tentu saja Taehyung merasa sangat ketakutan.
Hantu itu semakin mendekat ke arah Taehyung. "Bantu aku!"
Taehyung memejamkan kedua matanya sambil berteriak, "Kumohon jangan mendekat!"
"Arggggggggggggh!"
Terdengar jeritan hantu wanita itu.
Taehyung membuka kedua matanya, dan sosok hantu bernama Jin itu sudah ada disana, tengah mencekik leher buntung milik hantu perempuan itu.
Tak lama kemudian, sosok hantu wanita itu lenyap begitu saja bagaikan debu hilang diterbangkan angin.
Taehyung menghela nafas, lalu menatap hantu bernama Jin itu.
"Kau ingin berterima kasih lagi, ya kan?" sahut Jin dengan senyuman di wajahnya yang mengerikan itu.
Taehyung menganggukan pelan kepalanya. "Gumawo..."
"Kau bicara dengan siapa lagi, Taehyung ah! Jangan menakutiku, jebal..." Jimin sudah meringkuk dan nyaris menangis di atas kasurnya.
"Urus dulu temanmu yang penakut itu. Aku akan menghilang lagi. Annyeong!" sahut Jin.
Setelah sosok Jin menghilang, Taehyung menatap Jimin. "Neo gwenchana?"
"Jangan bilang, kau melihat penampakan lagi?" tanya Jimin.
Taehyung menganggukan kepalanya. "Majjayo. Untung saja kau tidak bisa melihatnya. Hantu itu tanpa kepala dan tidak memiliki telapak kaki."
"KYAAAAAAAAAAA!" Jimin terpekik mendengar penjelasan Taehyung.
"Aku jadi iri padamu..." sahut Taehyung. "Mengapa harus aku yang tiba-tiba jadi bisa melihat penampakan mengerikan itu?"
.
.
.
Siang itu, seorang perawat berjalan masuk ke dalam kamar Jimin dan Taehyung untuk mengecek kondisi mereka.
Sebelum mengecek kondisi Taehyung, perawat itu terlebih dulu mengecek kondisi Jimin sambil bertanya-tanya akan kondisi Jimin.
Setelah selesai mengecek kondisi Jimin, perawat itu berjalan menghampiri kasur Taehyung dan mengecek kondisi Taehyung.
Namun, ada satu hal yang mengganggu Taehyung.
Sejak perawat itu masuk, Taehyung melihat ada dua perawat yang berjalan masuk.
Namun, hanya satu orang perawat saja yang terus berbicara dan Jimin pun hanya mengajak bicara perawat yang satu itu saja.
Sementara perawat yang satunya terus berjalan dan berdiri di belakang perawat yang memeriksa Jimin dan Taehyung itu.
Wajah perawat itu tidak asing bagi Taehyung.
Taehyung membaca nama di baju perawat itu.
Jang Heejin.
Perawat yang waktu itu berpapasan dengan Taehyung di lorong lantai 6.
Perawat bernama Heejin itu terus menatap Taehyung sambil tersenyum.
Wajahnya terlihat sangat pucat seperti tanpa make up.
Dan Taehyung bisa mencium semerbak wangi bunga.
Selama perawat satunya yang bernama Lee Sunbin itu mengecek tensi dan suhu tubuh Taehyung sambil bertanya-tanya bagaimana kondisi Taehyung, perawat bernama Heejin itu hanya berdiri di belakang Sunbin sambil terus tersenyum menatap Taehyung.
Hanya saja, senyumannya terlihat lebih seperti seringai yang sedikit mengerikan.
"Baiklah, aku sudah selesai memeriksa. Nanti siang, dokter yang bertugas akan mengecek kondisi kalian secara lebih detail. Silakan istirahat, hwanjanim." sahut Sunbin sambil tersenyum.
Taehyung menganggukan kepalanya sambil tersenyum menatap Sunbin sekilas, lalu Taehyung kembali menatap ke arah Heejin.
Heejin ikut berjalan keluar bersama Sunbin, namun Sunbin mengacuhkan Heejin.
Setelah perawat itu keluar, Taehyung menatap Jimin.
"Jimin ah... Tadi.. Perawat yang memeriksa kita ada berapa orang?" tanya Taehyung.
Jimin mengernyitkan keningnya. "Kau kenapa lagi, imma? Tentu saja hanya ada satu perawat yang mengecek kita barusan! Kalau ada dua, pasti yang satunya akan memeriksamu dan yang satunya memeriksaku!"
Taehyung langsung bergidik.
"Benar firasatku. Perawat bernama Jang Heejin itu bukan manusia..." gumam Taehyung. "Berarti... Waktu itu di lorong, aku bukan berpapasan dengan perawat tapi hantu perawat?"
"Memangnya apa yang kau lihat?" tanya Jimin.
"Ada dua perawat yang masuk ke kamar ini. Yang satunya hanya diam sambil menatapku dengan senyuman mengerikan. Wajahnya tidak menyeramkan dan sangat cantik namun kulitnya sangat pucat.." sahut Taehyung.
"Inilah alasan mengapa aku akhir-akhir ini lebih suka bersama Jungkook.." sahut Jimin sambil bergidik. "Karena kau sering melihat sosok yang mengerikan yang membuatku ketakutan.."
"Mian, Jimin ah..." sahut Taehyung dengan ekspresi penuh rasa bersalah.
.
.
.
Yoongi tengah duduk seorang diri di dalam ruangan kerjanya untuk beristirahat setelah selesai mengoperasi korban kecelakaan lalu lintas.
Yoongi sengaja mematikan lampu ruangannya karena ia lebih suka tertidur di ruangannya dengan suasana yang gelap.
Setelah lampunya dimatikan, Yoongi merebahkan kepalanya ke senderan kursinya dan memejamkan kedua matanya.
"Aigoo... Aku lelah sekali..." gumam Yoongi. "Hoahhhmmmmm..."
Namun, baru saja matanya terpejam untuk beberapa saat, tiba-tiba ada angin bertiup di dalam ruangan itu, membuat gorden ruangannya yang sudah ditutup rapat oleh Yoongi terbuka sedikit dan cahaya matahari masuk sedikit ke dalam ruangan itu.
"Yaishhhhh..." gerutu Yoongi.
Yoongi terpaksa membuka matanya, lalu berjalan untuk menutup gorden itu. Setelah itu ia kembali ke tempat duduknya dan memejamkan kedua matanya.
TUK! TUK!
Terdengar suara ketukan di kaca jendela ruangannya.
Yoongi mengabaikan suara itu.
TUK! TUK!
Ketukan itu kembali terdengar.
Dan lagi-lagi, Yoongi mengabaikan suara ketukan itu.
Suasana kembali hening.
Tak lama kemudian.
DUG!
Sebuah buku terjatuh dari rak buku yang ada di dalam ruangan Yoongi itu.
Yoongi masih diam tak bergeming.
Angin mulai berhembus di sekitar wajah Yoongi.
Yoongi masih terdiam dan memejamkan kedua matanya.
Angin itu kembali bertiup menyeka wajahnya.
Yoongi menghela nafas, kedua matanya masih terpejam.
"Geumanhae." gumam Yoongi.
Angin itu berhenti berhembus, kemudian sebuah buku kembali terjatuh ke lantai.
DUG!
Yoongi tetap memejamkan kedua matanya.
Dan ketika baru saja Yoongi nyaris terlelap dalam tidurnya, tiba-tiba Yoongi merasakan ada nafas yang berhembus di depan wajahnya, dan ia juga merasakan ada sebuah tangan yang tengah menyentuh kedua pipinya, dan tangan itu bergerak ke bawah, seolah bersiap mencekik lehernya.
Yoongi refleks membuka kedua bola matanya.
Dan sosok itu berdiri disana.
Tepat melayang di depan Yoongi.
Yoongi refleks bangun dari tempat duduknya sambil menampis tangan yang berusaha mencekiknya itu.
Yoongi segera berlari ke pojok ruangan.
Sosok hantu itu menatap Yoongi dengan senyuman menyeringai. "Kukira.. Kau tidak takut dengan makhluk gaib."
"Pergi kau! Aku tidak takut padamu!" bentak Yoongi, padahal jujur saja detak jantungnya berpacu dengan cepat karena ketakutan.
Siapa juga yang tidak takut jika ada yang ingin mencekik lehernya?
Sosok hantu wanita itu memiliki jari jemari yang hancur, seperti habis dipukul keras oleh palu atau sejenisnya. Tidak ada satupun kuku di kesepuluh jarinya.
Pakaian dress putih selutut yang dikenakannya bersimbah darah merah kehitaman. Sementara tubuhnya pun hancur dipenuhi luka akibat pukulan benda yang sangat keras.
Wajah dan kulitnya yang sangat pucat itu membuat Yoongi sedikit bergidik ketakutan.
"Diamlah.. Aku akan pelan-pelan mencekikmu dan membawamu bersamaku..." sahut hantu wanita itu sambil mendekat ke arah Yoongi.
"Sudah kubilang, aku tidak takut!" teriak Yoongi dengan ekspresi kesal di wajahnya, sementara rasa takut itu sedang menyelimutinya.
Dan ketika tangan wanita itu terulur mendekat ke arah leher Yoongi, tiba-tiba saja perawat bernama Kim Sohyun itu membuka pintu ruang praktek Yoongi.
Sosok hantu wanita itu segera menghilang.
"Ssaem! Yoongi ssaem!" Sohyun berlari menghampiri Yoongi yang tengah terduduk meringkuk di sudut ruangan. "Kau kenapa, ssaem? Aku mendengar teriakanmu barusan. Ada apa?"
Yoongi berusaha menetralkan detak jantung dan nafasnya.
Sohyun berjongkok di depan Yoongi. "Ssaem, kau tidak apa-apa? Kau terluka? Ada apa?" sahut Sohyun dengan ekspresi sangat cemas.
Bagi Sohyun, ini pertama kalinya ia melihat Yoongi dalam posisi seperti itu.
"Gwenchana... Kurasa aku bermimpi sambil berjalan barusan." sahut Yoongi, berubaha terlihat cool di depan Sohyun.
Mana mungkin harga diri dokter terbaik di Daegu harus jatuh dihadapan perawat hanya karena hantu?
"Ah.. Pantas saja sepertinya kau berteriak kepada seseorang tapi tidak ada siapapun disini." sahut Sohyun setelah ia dan Yoongi berdiri. "Kau mimpi rupanya, ssaem?"
Yoongi menganggukan pelan kepalanya.
"Kurasa kau terlalu lelah. Kudengar, sudah empat tahun lebih kau bekerja disini dan kau tidak pernah mengambil cuti satu hari pun, ssaem." sahut Sohyun. "Sesekali, beristirahatlah.."
"Kalian para perawat sering menggosipkanku rupanya?" tanya Yoongi.
Sohyun tersenyum. "Hanya sesekali, ssaem. Mian, hehehe~"
"Araseo." sahut Yoongi sambil ikut tersenyum. "Kumaafkan kalian asal jangan menggosipkanku yang tidak-tidak."
.
.
.
JUNGKOOK POV
"Uh? Hoseok hyeong!" sapaku ketika aku berpapasan dengan Hoseok hyeong di depan toilet pria di lantai 3.
"Uh! Jeon Jungkook! Kau belum pulang?" tanya Hoseok hyeong.
"Baru saja mau pulang, hyeong. Kau sendiri?" tanyaku.
Wajah Hoseok hyeong langsung terlihat sedih. "Aku shift malam... Cih.."
"Aigoo... Pasti itu sangat mengerikan." sahutku.
Hoseok hyeong menganggukan kepalanya. "Sangat menyeramkan!"
"Aku juga sering diganggu di perpustkaan..." sahutku.
"Aigoo..." sahut Hoseok hyeong. "Aku terkadang ingin pergi dari sini rasanya, Jungkook ah!"
"Nado..." sahutku sambil memajukan bibirku.
"Aigoo..." sahut Hoseok hyeong sambil menundukkan kepalanya.
Aku menepuk pelan bahunya. "Himnae, hyeong!"
"Araseo. Kau juga ya, Jungkook ah." sahut Hoseok hyeong.
Aku tersenyum sambil menganggukan kepalaku.
Tiba-tiba seorang perawat yang kalau tidak salah namanya Kim Sohyun itu berlari kecil menghampiri kami.
"Hoseok oppa, Yoongi ssaem memanggilmu untuk segera membantunya di UGD. Ada banyak pasien baru saja masuk ke UGD karena kecelakaan!" sahut Sohyun ganhosa.
"Uh! Araseo, Sohyun ah!" sahut Hoseok hyeong sambil menatap Sohyun ganhosa, lalu melihat ke arahku dan berkata, "Aku ke UGD dulu ya, Jungkook ah! Kau hati-hati ya pulangnya."
"Ne, hyeong. Selamat bekerja keras! Hehehe.." sahutku.
Hoseok hyeong pun segera berlari bersama Sohyun ganhosa menuju ke UGD.
Aku segera berjalan ke dalam perpustakaan, mengambil tasku, lalu keluar dan mengunci pintu perpustakaan.
Tepat ketika aku mengunci pintu perpustakaan, terdengar suara tangisan anak kecil di dalam perpustakaan.
"Yaish! Aku ingin pulang, jangan ganggu aku, jebal!" gerutuku sambil menarik kunci itu dan memasukkannya ke dalam tas, lalu aku segera berlari kecil menjauh dari perpustakaan yang menyeramkan itu.
.
.
.
NAMJOON POV
Aku mendengar beberapa perawat tengah menggosip di meja perawat yang berada di depan kamarku.
"Kudengar UGD sedang kelimpungan! Ada kecelakaan, tabrakan antara bus dan truk di tikungan ujung jalan sana." sahut seorang perawat.
Aku menatap ke luar jendela. Hujan sejak pagi tadi belum juga berhenti padahal langitnya cukup cerah.
"Hujannya sejak pagi tadi tidak berhenti. Kurasa, jalanan menjadi sangat licin makanya terjadi kecelakaan itu." sahut perawat lainnya.
"Kabarnya, para pasien lukanya sangat parah.." sahut seorang perawat lainnya.
"Untung saja kita sedang bertugas disini ya! Kalau kita bertugas di UGD, pasti kita sedang kelimpungan saat ini." sahut perawat lainnya.
Aku menundukkan kepalaku sambil melanjutkan membaca buku yang ada di genggamanku.
Aigoo.. Apakah karena hujan yang tak kunjung henti sejak pagi? Aku merasa udara sangat dingin di kamarku ini, padahal suhu AC sudah kunaikkan menjadi 25 derajat celcius.
Hawa dingin itu kembali menyelimutiku.
Aku berusaha mengacuhkannya dan lanjut membaca buku di genggamanku.
TUK.. TUK...
Terdengar suara langkah kaki pelan di dekat kamar mandi di kamar tempatku dirawat.
TUK.. TUK..
Suara langkah kaki itu terdengar mendekat ke arahku.
Aku memberanikan diri menatap ke arah kamar mandi, namun kosong. Tidak ada siapapun disana.
Tiba-tiba saja aku merasa ruangan kamarku menjadi agak gelap.
DUAR!
Terdengar suara petir di luar sana.
Aku kembali menatap ke luar jendela dan aku terkejut. Langit tiba-tiba menjadi sangat gelap, hujan turun semakin deras, dan petir berkali-kali menampakkan cahaya kilatnya di langit di luar sana.
"Appa..." gumamku pelan sambil menatap hujan yang turun sangat deras itu.
.
.
.
JIMIN POV
Cih!
Sudah hampir jam delapan malam, tapi hujan belum juga berhenti sejak tadi pagi.
Udara di dalam kamar menjadi lebih dingin dan aku jadi harus bolak balik ke kamar mandi untuk buang air kecil.
Taehyung sedang duduk di atas kasurnya, asik bermain game di ponselnya.
"Taehyung ah, aku mau buang air kecil tapi aku takut. Pintu kamar mandinya kubuka saja ya! Kalau ada yang masuk bilang jangan ke dalam dulu, tunggu aku keluar dari kamar mandi baru mereka boleh masuk." sahutku.
"Araseo.." sahut Taehyung. Matanya masih asik menatap layar ponselnya.
Taehyung itu kalau sudah keasikan bermain game pasti lupa akan segalanya.
Aku pun berjalan masuk ke dalam kamar mandi, pintunya kubiarkan setengah terbuka karena aku takut sejak kejadian malam itu ketika aku melihat penampakan di dalam kamar mandi.
Setelah aku selesai buang air kecil dan sedang mencuci tanganku di wastafel, tiba-tiba hawa dingin menyerang punggungku.
Mwoya igo?
Aku segera menutup keran dan bermaksud berlari keluar dari kamar mandi, namun aku terdiam seketika ketika membalikkan tubuhku dan melihat siapa yang tengah berdiri di belakangku!
Tubuhku kaku seketika, tenggorokanku pun seolah tercekat dan tidak bisa bersuara.
Yook Sungjae!
Teman sekelasku dan Taehyung yang sama-sama menaiki bus dengan kami.
Teman sekelasku dan Taehyung yang meninggal pada kecelakaan akibat bus itu terbakar.
Tengah berdiri di hadapanku sambil menatapku tajam.
Wajahnya penuh luka yang mengeluarkan darah dan kulit wajahnya setengah hangus terbakar, sementara kulit tubuhnya sudah hampir seluruhnya hangus terbakar.
Aku berusaha berteriak, namun tidak ada suara yang keluar.
.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top