CHAPTER 7
Title: MYSTERY OF BIGHIT HOSPITAL
Cast: Yoongi, Hoseok, Taehyung, Namjoon, Jimin, Jin, Jungkook
Lenght: Chapter Part
Rating: 15+
Author: Tae-V [Twitter KTH_V95]
.
CHAPTER 7
.
HOSEOK POV
Aku berlari di sepanjang lorong yang gelap itu.
Keringatku sudah menetes dengan deras, membasahi pakaian yang kukenakan.
Aku terus berlari, namun sosok itu terus mengejarku.
Sesosok hantu wanita dengan pakaian compang camping, Tubuh dan pakaiannya itu penuh dengan bercak darah merah kehitaman.
Wajahnya dipenuhi luka akibat pukulan benda tajam dan benda tumpul.
Luka memar kebiruan dan luka-luka sayatan benda tajam menghiasi wajah pucatnya.
Kedua bola matanya berwarna merah terang.
Tangan dan kakinya juga dipenuhi banyak luka memar yang disertai beberapa luka yang mengalirkan darah.
Aku terus berlari dengan secepat mungkin hingga nafasku terengah-engah.
Dan tiba-tiba saja, sosok itu muncul dihadapanku.
Ia mengarahkan kedua tangannya yang sangat pucat dan penuh luka itu ke leherku, lalu mencekik leherku dengan kuat.
Aku mulai meronta.
Nafasku mulai terasa sesak.
Tak ada suara yang bisa kukeluarkan dari tenggorokanku.
Cengkraman itu semakin menguat di leherku, membuat nafasku semakin sesak.
Apa aku... Akan mati saat ini?
Tiba-tiba saja, aku mendengar suara samar-samar memanggil namaku.
"Hoseok ah.. Jung Hoseok! Kau kenapa?"
Suara itu...
Dohwan hyeong!
Aku tersentak dan membuka kedua mataku.
Dahengiya!
Ternyata, barusan aku hanya bermimpi!
Nafasku masih terengah-engah ketika terbangun.
"Kau kenapa, Hoseok ah?" tanya Dohwan hyeong sambil menatapku. "Kau berkeringat dingin dan nafasmu terengah-engah dalam tidurmu barusan."
Aku mengatur nafasku hingga agak tenang.
"Aku bermimpi buruk, hyeong..." sahutku setelah nafasmu agak tenang.
"Bermimpi apa?" tanya Dohwan hyeong.
"Ada hantu wanita yang mencekik leherku.." sahutku.
Dohwan hyeong tertawa. "Aigoo! Ada-ada saja mimpimu! Hahahaha..."
"Aku sangat takut, hyeong.. Jinjja..." sahutku.
Dohwan hyeong menepuk-nepuk pelan bahuku. "Gwenchana... Itu hanya mimpi..."
Aku menatap jam di dinding.
Sudah pukul 03.18 AM.
"Tidak ada apa-apa kan selama aku tertidur, hyeong?" sahutku.
"Semua aman-aman saja." sahutnya.
"Aigoo... Aku ingin cepat-cepat pulang rasanya..." sahutku.
.
.
.
AUTHOR POV
Siang itu matahari bersinar cukup terik.
Namjoon segera menutup jendela kamarnya karena pandangannya berkunang-kunang setiap melihat cahaya matahari akibat anemia akut yang dideritanya.
Tiba-tiba saja, ada suara kotak tissue terjatuh.
DUG!
Namjoon menoleh ke sampingnya.
Kotak tissue yang berada di meja di samping kanan kasur Namjoon tiba-tiba terjatuh padahal hanya ada Namjoon seorang diri di dalam kamar itu.
"Apa angin yang menjatuhkannya?" gumam Namjoon.
Namjoon pun turun dari kasurnya dan mengambil kotak tissue yang terjatuh itu, lalu meletakkan kembali kotak tissue itu di meja.
Tiba-tiba saja gorden di kamar Namjoon mulai bergeak pelan, padahal tak ada angin yang bertiup di siang hari yang terik itu.
"Angin dari AC kah yang meniupnya?" gumam Namjoon lagi.
Dan tiba-tiba hawa dingin menyelimuti tubuh Namjoon.
"Mwoya igo?" gumam Namjoon.
Entah kenapa, tiba-tiba saja Namjoon merasakan sesuatu yang tidak enak.
"Apa karena semalam aku berkata kepada Hoseok aku tidak pernah diganggu?" gumam Namjoon. "Apa ini ulah para hantu yang katanya bergentayangan di rumah sakit?"
Tiba-tiba saja tubuh Namjoon terasa sangat lemas.
"Aku rasa anemiaku kumat lagi..." gumam Namjoon.
Namjoon kembali berbaring di atas kasurnya dan memejamkan kedua matanya.
TUK! TUK!
Tiba-tiba terdengar suara kuku mengetuk-ngetuk kaca jendela.
"Geumanhae, jebal... Aku sedang sangat lemas dan tidak bisa merasa ketakutan saat ini..." sahut Namjoon. Kedua matanya masih terpejam.
Tiba-tiba saja mulai terdengar suara langkah kaki berjalan mendekat ke arah Namjoon.
"Jebal... Jangan ganggu aku..." pinta Namjoon dengan nada memohon.
Dan suara langkah kaki itu terhenti seketika.
Namjoon membuka kedua matanya karena menganggap sudah tidak ada apapun disana.
Namun, Namjoon justru terlonjak ketika melihat sosok yang tengah berdiri disana.
Sesosok hantu wanita berwajah sangat pucat. Dari kedua bola matanya menetes darah. Dari dahinya juga mengalir darah.
Rambutnya yang panjang sebahu itu terlihat sangat berantakan.
Sementara kedua tangan dan kakinya bengkok, tidak berada di posisi yang seharusnya, seolah kedua tangan dan kakinya itu patah dari rusuknya sehingga tidak berada pada posisi seharusnya.
"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" Namjoon refleks berteriak, membuat dua orang perawat langsung berlari masuk ke dalam kamar Namjoon tak lama setelah teriakan itu keluar dari mulut Namjoon.
"Ada apa, Namjoon hwanja?" tanya salah seorang perawat yang bernama Kim Sejeong.
Namjoon mengatur nafasnya sebelum menjawab.
"Kau tidak apa-apa, hwanjanim?" tanya perawat lainnya yang bernama Jung Chaeyeon.
Setelah nafasnya kembali normal, Namjoon menganggukan kepalanya. "Ne.. Gwenchana... Kurasa, aku bermimpi buruk barusan..."
"Aigoo.. Syukurlah.. Kupikir kau terjatuh, Namjoon hwanja..." sahut Sejeong.
"Gwenchana.. Aku hanya merasa sangat pusing. Apa aku bisa meminta obat penambah zat besi, ganhosa?" tanya Namjoon.
"Araseo. Tunggu sebentar, akan kami bawakan segera." sahut Chaeyeon.
Sejeong dan Chaeyeon pun segera berjalan keluar dari kamar itu untuk mengambilkan obat penambah zat besi.
"Igo mwoya?" gumam Namjoon, masih sambil mengatur nafasnya.
.
.
.
Siang itu Jimin tengah mengunjungi perpustakaan lagi. Untuk meminjam buku dan sekaligus untuk mengobrol dengan Jungkook.
Di perpustakaan siang itu hanya ada Jungkook, Jimin, dan 2 orang lain yang mengenakan pakaian biasa. Sepertinya kedua orang itu adalah anggota keluarga dari pasien.
Salah seorang dari kedua orang itu tengah terlihat mencatat beberapa hal di buku catatannya, sepertinya mahasiswi yang sedang belajar sambil menunggu keluarganya yang dirawat di Bighit Hospital.
Seorang yang lainnya terlihat hanya sedang membaca sebuah buku novel tentang kehidupan.
Jimin tengah menatap buku-buku di rak dihadapannya untuk memilih buku mana yang akan dipinjamnya untuk dibaca di dalam kamarnya.
Tiba-tiba, Jimin mendengar suara ketukan di rak kayu di belakangnya.
TUK.. TUK...
Jimin mengernyitkan keningnya.
TUK.. TUK... TUK..
"Mwoya?" gumam Jimin.
TUK.. TUK...
Jimin menahan nafasnya.
Hawa dingin mulai menyerang leher Jimin.
Detak jantung Jimin mulai berdegup kencang.
Jimin terus menatap buku-buku di rak dihadapannya dan tidak berani menoleh ke belakangnya.
Tiba-tiba saja terdengar teriakan dari meja di tengah ruangan.
"KYAAAAAAAAAAA!"
Jimin refleks berlari dari tempatnya berdiri menuju meja Jungkook, sementara Jungkook menghampiri wanita yang berteriak barusan.
Jimin menyembunyikan tubuh mungilnya di kolong meja Jungkook.
"Ada apa?" tanya Jungkook.
Wanita itu terlihat agak pucat wajahnya. Nafasnya terlihat sangat cepat.
Pria yang tengah asik membaca novel tentang kehidupan itu juga terkejut dan bertanya ada apa dengan wanita itu.
"Aku.. Barusan... Melihat... Ada hantu yang sangat mengerikan... Merangkak di kolong mejaku... Dan memegang erat kakiku..." sahut wanita itu sambil menangis karena ketakutan.
"Jinjja?" Pria yang berdiri disitu terbelalak. "Benar ternyata gosip yang beredar! Bahwa ada hantu di rumah sakit ini!"
Jungkook menatap pria itu. "Ini kan rumah sakit. Ada banyak korban kecelakaan dan juga kematian yang terjadi disini. Kurasa, wajar jika ada hantu di rumah sakit. Bukankah di rumah sakit lain pun pasti juga terjadi hal-hal menakutkan seperti ini?"
"Benar juga katamu.." sahut pria itu.
"Aku... Sangat takut..." sahut wanita itu, masih sambil menangis ketakutan.
Jungkook memegang kedua bahu wanita itu untuk menenangkannya.
Sementara di kolong meja Jungkook, Jimin yang tengah mengatur nafasnya karena ketakutan tiba-tiba mendengar sebuah suara.
Suara nafas yang terdengar agak berat. Mendekat ke arah Jimin.
"Jungkook? Itu kau?" sahut Jimin pelan.
Suara nafas itu semakin mendekat ke arah Jimin.
Ketika Jimin menoleh ke samping, tepat di sampingnya ada sesosok hantu yang tengah merangkak menuju ke arahnya.
Hantu wanita itu memiliki rambut panjang yang menutupi separuh wajahnya. Separuh wajahnya yang terlihat itu sudah hancur, hangus akibat luka-luka bakar. Bola mata kanannya yang terlihat itu menggelantung keluar, nyaris copot dari liang matanya.
Kedua tangan dan kakinya juga nyaris hangus terbakar dan di sebagian kulit yang tidak terbakar itu terlihat banyak luka memar dan luka sayatan kecil.
Dan sosok mengerikan itu terus merangkak perlahan mendekati Jimin.
Untung saja kali itu tubuh Jimin tidak menjadi kaku.
Ia bahkan bisa berteriak. Sangat kencang.
"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"
Jimin hanya bisa meringkuk dan berteriak.
Jungkook yang mendengar teriakan itu segera berlari menghampiri mejanya dan berjongkok.
"Ada apa, hyeong?" tanya Jungkook.
"Ada hantu... Yang merangkak ke arahku!" sahut Jimin sambil menangis.
Jungkook langsung menarik tubuh Jimin agar keluar dari kolong meja itu dan memeluk Jimin agar Jimin menjadi tenang.
Pria yang ada disana segera berlari keluar. "Lebih baik aku keluar dari sini sebelum hantu itu juga mendatangiku!"
Wanita muda itu juga berjalan tertatih menuju pintu keluar.
"Cih... Hantu itu lagi-lagi mengusir pengunjung perpustakaan! Apa mereka suka melihatku sendirian saja disini?" gerutu Jungkook sambil memeluk tubuh Jimin dan menenangkan Jimin.
.
.
.
Taehyung kembali menahan nafas ketika baru saja selesai mandi dan sedang merapikan rambutnya di depan cermin di dalam kamar mandi di kamarnya.
Sesosok hantu pria mengenakan seragam perawat tengah menatapnya lewat cermin dihadapannya itu.
Wajahnya sangat putih pucat dan dipenuhi luka memar serta luka goresan yang mengeluarkan darah.
Kedua bola matanya berwarna putih semua, sama sekali tidak ada bulatan hitam kecil di dalamnya.
Dan... Wajah itu tidak memiliki kedua telinga. Telinganya hilang dan darah mengalir keluar dari tempat dimana seharusnya kedua telinganya itu berada.
Dan tubuhnya hanya ada sampai pinggang saja. Buntung. Bagian tubuhnya dari pinggang ke bawah sama sekali tidak ada. Sementara baju pasien yang dikenakannya penuh dengan darah.
Sosok itu menyeringai menatap Taehyung.
"Kudengar.. Kau bisa melihat penampakan disini... Itu berarti.. Kau bisa melihatku dengan jelas kan?" tanya hantu itu dengan suara mengerikan.
"Pergilah.. Kumohon..." pinta Taehyung sambil menahan rasa takutnya.
Hantu itu menyeringai dan melayang mendekati punggung Taehyung.
"Aku... Akan mengajakmu bersamaku... Kau tidak perlu dirawat lagi disini.. Kau akan bahagia bersamaku..." sahut hantu itu dengan suara yang mengerikan, membuat bulu kuduk Taehyung merinding.
Sosok itu terus melayang mendekat ke arah Taehyung, namun tiba-tiba saja sosok hantu bernama Jin itu muncul tepat di belakang hantu itu dan mencekik hantu itu hingga menghilang dari sana.
Taehyung refleks jatuh terduduk di depan wastafel kamar mandi itu.
"Berhati-hatilah. Banyak hantu mengerikan seperti mereka di rumah sakit ini!" sahut Jin.
'"Gumawo.. Karena sudah menyelamatkanku..." sahut Taehyung sambil mengatur nafasnya.
.
.
.
Taehyung mendapatkan ijin oleh perawat yang bertugas untuk naik ke roof garden yang berada di atap rumah sakit.
Di atas sana ada sebuah taman kecil dan beberapa bangku kayu panjang untuk para dokter dan perawat melepaskan penat mereka setelah mencium bau obat-obatan sepanjang hari.
Taehyung terduduk di atas sana sendirian.
Ah, tidak sendirian. Bersama hantu bernama Kim Seokjin itu tepatnya.
"Apa kau sudah mengetahui informasi mengenaiku?" tanya Jin.
Taehyung menggelengkan kepalanya. "Aku belum menemukan perawat atau dokter yang bisa kutanyai mengenaimu... Aku takut bagaimana jika aku salah bertanya..."
Jin menatap Taehyung.
"Aku takut.. Bagaimana jika kasus kematianmu.. Justru adalah sesuatu yang ingin ditutup-tutupi oleh rumah sakit ini? Makanya kau lupa akan identitasmu... Karena kematianmu adalah sesuatu yang sengaja disembunyikan oleh pihak rumah sakit." sahut Taehyung.
"Masuk akal. Ucapanmu masuk akal." sahut Jin.
"Karena itu, aku akan sangat berhati-hati dalam menanyakan mengenai identitasmu dan penyebab kematianmu..." sahut Taehyung.
"Bagaimana... Jika ucapanmu benar?" sahut Jin. "Bagaimana jika... Kematianku adalah sesuatu yang terjadi di rumah sakit ini secara disengaja?"
"Aku takut.. Bagaimana jika kematianmu bukanlah kecelakaan. Namun.. Suatu pembunuhan?" tanya Taehyung.
Jin menundukkan kepalanya. "Jika benar aku dokter disini, dan aku dibunuh... Siapa kira-kira yang membunuhku? Apa... Masalah yang membuatnya membunuhku?"
Taehyung menatap Jin. "Makanya, aku tidak bisa seenaknya menanyakan tentangmu... Bersabarlah. Aku akan mencari siapa yang bisa kupercayai di rumah sakit ini... Setelah itu, aku akan menanyakan tentangmu padanya.."
"Gumawo..." sahut Jin sambil menatap Taehyung dengan tatapan penuh rasa terima kasih.
Taehyung tersenyum. "Kau sudah beberapa kali membantuku. Sudah seharusnya kan aku membalas kebaikanmu?"
.
.
.
"Jadi... Seperti itu ceritanya?" tanya Jimin.
Jungkook menganggukan kepalanya.
Malam itu, Jimin sengaja mengajak Jungkook makan malam bersama di kantin rumah sakit setelah jam kerja Jungkook berakhir, sebelum Jungkook kembali ke rumahnya.
Kata Jimin, sebagai ucapan terima kasih karena telah menolongnya dari hantu mengerikan di perpustakaan siang tadi.
"Makanya.. Ada banyak hantu mengerikan di rumah sakit ini?" tanya Jimin.
"Aku mendengar cerita itu sekitar dua bulan setelah aku bekerja disini. Awalnya, aku tidak sengaja mendengar ketika dua orang perawat membahas mengenai hal ini..." sahut Jungkook. "Lalu, aku bertanya kepada seorang perawat yang ku kenal disini. Katanya, info itu benar."
"Aigoo..." sahut Jimin. "Pantas saja... Sosok hantu yang pernah kulihat disini semuanya terlihat sangat mengerikan..."
"Seminggu atau dua minggu lagi kau akan pergi dari rumah sakit ini. Sementara aku? Aku masih harus bekerja disini, setidaknya sampai enam bulan ke depan." sahut Jungkook.
"Himnae, Jungkook ah!" sahut Jimin. "Aku akan sering berkunjung ke perpustakaan jika ada waktu luang setelah aku keluar dari rumah sakit ini."
"Janji, hyeong?" tanya Jungkook.
Jimin melingkarkan jari kelingkingnya di kelingking Jungkook. "Janji~"
.
.
.
Taehyung sedang terduduk di atas kasurnya ketika Jimin masuk ke kamar itu.
"Kau darimana?" tanya Taehyung ketika melihat Jimin berjalan masuk.
"Makan malam dengan Jungkook. Penjaga perpustakaan yang kuceritakan padamu itu." sahut Jimin.
"Setelah mendapatkan teman baru, kau jadi sering meninggalkanku, Park Jimin." sahut Taehyung.
"Mian, Taehyung ah..." sahut Jimin. "Aku tidak bermaksud meninggalkanmu..."
"Araseo, imma.." sahut Taehyung.
"Bagaimana kondisi kakimu?" tanya Jimin.
"Sudah jauh membaik." sahut Taehyung.
"Dahengiya..." sahut Jimin sambil berbaring di atas kasurnya.
Tiba-tiba Jimin terduduk.
"Taehyung ah! Aku punya info mengenai rumah sakit ini!" sahut Jimin.
"Apa itu?" tanya Taehyung sambil menatap ke arah Jimin.
"Kata Jungkook, sepuluh tahun yang lalu rumah sakit ini pernah terbakar habis. Kebakaran sangat besar dan hampir semua pasien, dokter, dan perawat disini mati terbakar." sahut Jimin.
Taehyung terbelalak. "Jinjja?"
"Jinjja ya..." sahut Jimin sambil menganggukan kepalanya.
.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top