CHAPTER 6

Title: MYSTERY OF BIGHIT HOSPITAL 

Cast: Yoongi, Hoseok, Taehyung, Namjoon, Jimin, Jin, Jungkook

Lenght: Chapter Part

Rating: 15+

Author: Tae-V [Twitter KTH_V95]

.

CHAPTER 6

.

TAEHYUNG POV

Ketika aku sudah berdiri dekat dengan sosok anak kecil dihadapanku itu, aku memanggil nama seseorang yang selama ini selalu kurindukan.

"Kim.. Taesoon?" sahutku pelan.

Sosok di hadapanku itu pun berbalik dan menatap wajahku.

Seketika itu juga aku terbelalak ketika melihat sosok kecil dihadapanku itu.

Sesosok anak kecil wanita kecil yang sangat manis, dengan warna kulit yang putih, sangat pucat. Wajah anak kecil itu adalah wajah yang sama sekali tidak asing bagiku!

"Taehyungie oppa?" sahut anak kecil itu pelan sambil menatapku. "Kau kini bisa melihatku?"

Aku terjatuh dalam posisi duduk. Tongkat itu terkatuh di sampingku.

"Kau... Benar-benar Taesoon?" sahutku, masih dengan ekspresi sangat terkejut.

Sosok taesoon dihadapanku itu menganggukan pelan kepalanya. "Majjayo, oppa... Ini aku..."

"Mengapa... Mengapa kau bisa ada disini?" tanyaku, masih dalam posisi duduk dengan ekspresi terkejut.

"Aku sudah lama mengikutimu, oppa... Hanya... Kau tidak bisa melihatku..." sahutnya dengan ekspresi sedih.

Aku terdiam.

Jadi... Selama ini... Arwah Taesoon selalu mengikutiku? Ia... Selalu ada bersamaku?

Mengapa... Aku tidak menyadarinya?

"Setiap oppa menangis sendirian setelah aku pergi dan eomma serta appa meninggalkanmu, aku selalu ingin memelukmu, oppa... Hanya saja.. Kita sudah berbeda dunia. Aku.. Tidak bisa lagi memelukmu... Kau saja bahkan tidak bisa melihatku..." sahutnya lagi.

"Jinjja?" sahutku dengan terkejut.

Ia menganggukkan kepalanya. "Jinjja, oppa..."

Tanpa sadar air mataku menetes.

Ternyata, selama ini aku tidak sendirian!

Ternyata, selama ini arwah Taesoon selalu ada disampingku dan menemaniku, hanya saja aku tidak bisa melihatnya!

Tiba-tiba terdengar sebuah suara di belakangku, yang membuat arwah Taesoon menghilang seketika.

"Taehyung hwanja! Kau tidak apa-apa?" teriak suara itu sambil berlari ke arahku.

Aku menoleh ke belakang. Hoseok ganhosa.

"Kau tidak apa-apa? Kau terjatuh? Apa tubuhmu terasa sakit? Mengapa kau menangis?" Hoseok ganhosa terlihat sangat panik melihatku terjatuh di atas lantai dengan berlinang air mata.

Aku menggelengkan kepalaku sambil menghapus air mataku. "Aniya... Geunyang..."

Hoseok ganhosa membantuku berdiri dan memberikan tongkat itu kepadaku, lalu membantuku berjalan masuk ke dalam kamarku.

"Kau benar baik-baik saja, hwanjanim?" tanya Hoseok ganhosa.

Aku menganggukan kepalaku. "Ne..."

"Beristirahatlah.. Kau habis fisioterapi kan? Pasti lelah... Tidurlah.. Jika ada apa-apa, langsung tekan bel ini dan aku akan segera mendatangimu, araseo?" sahutnya.

"Ne, ganhosa!" sahutku sambil menganggukan kepalaku

"Dimana Jimin hwanja?" tanya Hoseok ganhosa sambil menatap kasur Jimin yang kosong.

"Molla..." sahutku. "Perpustakaan mungkin? Ia suka membaca, dan ia pernah bilang disini ada perpustakaan. Apa benar ada perpustakaan disini?"

"Majjayo... Ada perpustakaan di lantai tiga.." sahut Hoseok ganhosa. "Jimin hwanja sering kesana rupanya? Araseo..."

Hoseok ganhosa pun berjalan keluar dari kamar.

Dan tiba-tiba saja, sosok yang sangat mengerikan duduk di atas kasur Jimin.

Menatap tajam ke arahku.

Seorang pria paruh baya yang mengenakan pakaian pasien sepertiku.

Wajahnya baik-baik saja, hanya terlihat sangat pucat.

Namun... Pakaian pasien yang dikenakannya bersimbah darah, sangat banyak.

Aku baru sadar, perutnya sobek!

Ada luka menganga di perutnya.

Aku langsung merasa mual seketika ketika melihat isi di dalam perutnya yang menganga itu.

Beberapa usus terjuntai keluar.

"Hoekssssssssssssssssss..."

Aku benar-benar ingin muntah rasanya.

Tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Dan sosok hantu mengerikan itu segera menghilang.

Jimin berjalan masuk ke dalam kamar.

"Kau sudah selesai, Taehyung ah?" tanya Jimin sambil menatapku.

Aku menganggukan pelan kepalaku.

"Wajahmu pucat, Taehyung ah! Kau baik-baik saja?" tanya Jimin.

Aku masih terdiam, rasa syokku akibat melihat sosok mengerikan itu belum hilang.

"Jangan bilang... Kau melihat yang aneh-aneh lagi?" tanya Jimin.

Aku hanya bisa menganggukan pelan kepalaku.

"Aku juga... Tadi ketika menuju perpustakaan... Aku melihat hantu yang sangat mengerikan..." sahut Jimin.

.

.

.

AUTHOR POV

"Malam, Hoseok ah..." sahut Namjoon ketika berpapasan dengan Hoseok di lantai 3.

"Ah! Malam, Namjoon ah..." sahut Hoseok sambil tersenyum. "Habis dari lab?"

Namjoon menganggukan kepalanya. "Seperti biasa. Cek darah."

"Bagaimana hasilnya?" tanya Hoseok.

"Nanti Seunggi ssaem yang akan memberitahukan hasilnya padaku ke kamarku kalau hasilnya sudah keluar." sahut Namjoon.

Lee Seunggi adalah dokter yang bertugas di lab Bighit Hospital.

"Yeokshi... Kim Namjoon..." sahut Hoseok sambil tersenyum.

"Aigoo... Jangan begitu, aku jadi tidak enak." sahut Namjoon.

"Hehehehe..." Hoseok tertawa kecil.

"Kau shift malam?" tanya Namjoon.

Hoseok menganggukan kepalanya dengan ekspresi sedih. "Ne~ Dengan Dohwan hyeong... Seminggu ini kami shift malam."

"Himnae, Hoseok ah!" sahut Namjoon. "Kudengar, ada banyak penampakan di rumah sakit ini setelah kebakaran waktu itu... Untunglah sejauh ini aku tidak pernah diganggu."

"Sssst! Jangan bicara begitu! Bagaimana jika mereka mendengarmu, lalu mulai mengganggumu?" sahut Hoseok.

Namjoon hanya tertawa.

"Kau sungguh aneh, Kim Namjoon.." sahut Hoseok.

"Kau sangat lucu, Jung Hoseok.." sahut Namjoon sambil tersenyum.

"Memangnya aku boneka? Cih..." gerutu Hoseok.

"Himnae, chinggu ya!" sahut Namjoon.

"Gumawo, chinggu!" sahut Hoseok sambil tersenyum.

Tak lama kemudian, Namjoon pun kembali ke kamarnya di lantai 5.

Ingatan Hoseok kembali ke dua tahun yang lalu, ketika pertama kali ini bergabung di Bighit Hospital.

Namjoon lah pasien pertama yang dijaga oleh Hoseok. Dan Namjoon memiliki kepribadian yang menyenangkan.

Kebetulan mereka seumuran dan kepribadian mereka cocok untuk saling bertukar pikiran. Hoseok satu-satunya perawat yang bisa diajak bicara oleh Namjoon secara nyaman.

Makanya, sejak tahun lalu, Namjoon mengatakan bahwa ia sudah menganggap Hoseok seperti sahabatnya dan meminta Hoseok untuk tidak bersikap formal kepadanya.

Ketika Hoseok tengah melamun mengingat awal - awal pertemuannya dengan Namjoon, tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundak Hoseok.

"Kkamjakiya!" teriak Hoseok pelan.

"Yaishhhh.. Kau melamun lagi? Bukankah sudah kuperingatkan jangan mudah berteriak, nanti para pasien bertanya-tanya!" sahut Yoongi, yang sudah berdiri di samping Hoseok.

"Ah, Yoongi hyeong! Kau mengangetkanku!" gerutu Hoseok.

"Kau sih penakut sekali. Aigoo..." sahut Yoongi.

"Kau sih enak, hyeong. Tidak mudah takut pada hal-hal gaib..." sahut Hoseok.

"Kau saja yang terlalu penakut, Jung Hoseok." sahut Yoongi.

"Ajari aku, hyeong.." sahut Hoseok.

"Apa?" tanya Yoongi sambil menarik kursi di sebelah Hoseok dan duduk disana.

"Agar tidak mudah takut sepertimu." sahut Hoseok.

"Bagaimana aku mengajarkanmu? Aku ini sejak kecil sudah tidak takut, dan kau sejak kecil sudah penakut." sahut Yoongi.

"Cih..." gerutu Hoseok. Hoseok paling benci setiap melihat sikap arogan Yoongi keluar seperti ini.

"Dohwan ganhosa kemana? Bukankah kau satu shift dengannya?" tanya Yoongi.

"Berkeliling mengecek pasien di lantai dua dan empat.." sahut Hoseok.

"Lalu nanti kau akan mengecek para pasien di lantai lima dan enam?" tanya Yoongi.

"Dohwan hyeong memang menyebalkan." sahut Hoseok. "Aku kan takut kalau harus berkeliling ke atas sana!"

"Lagipula, bukankah di setiap lantai sudah ada perawat yang bertugas jaga. Mengapa kalian berdua masih harus berkeliling mengecek pasien? Aku masih tidak mengerti dengan sistem di rumah sakit ini." sahut Yoongi.

"Kau kan sudah empat tahun bekerja disini, hyeong. Masa kau masih belum bisa beradaptasi dengan sistem manajement rumah sakit ini?" tanya Hoseok.

"Entahlah... Aku masih sering bentrok dengan kepala rumah sakit." sahut Yoongi.

"Karena kau dokter terbaik di Daegu, makanya pihak rumah sakit masih terus mempertahankanmu disini ya, hyeong? Padahal kepribadianmu tidak bagus, hehehe..." sahut Hoseok.

PLAK!

Pukulan pelan mendarat di kepala Hoseok. "Diam kau, Jung Hoseok."

Hoseok tertawa kecil sambil mengusap kepalanya yang dipukul Yoongi barusan.

Tak lama kemudian, Dohwan kembali kesana.

"Ah.. Ada Yoongi ssaem." sahut Dohwan, menyapa Yoongi.

"Kau sudah kembali? Aku sedang menemani temanmu yang penakut ini." sahut Yoongi.

Seunggi pun berjalan melewati meja perawat di lantai 3 itu.

"Seunggi ssaem, apa itu hasil lab Namjoon?" tanya Hoseok.

Seunggi menghentikan langkahnya. "Majjayo. Waeyo?"

"Anemianya bagaimana?" tanya Hoseok.

"Ia masih perlu dirawat beberapa hari lagi. Kondisinya belum banyak membaik." sahut Seunggi.

"Katanya, sejak kecil ia sudah mengidap anemia itu. Dan bertambah akut seiring bertambahnya usianya." sahut Yoongi.

"Majjayo." sahut Seunggi. "Baiklah, aku ke atas dulu ya, ke kamar rawat Kim Namjoon."

"Ne, ssaem!" sahut Hoseok dan Dohwan.

.

.

.

YOONGI POV

Sejujurnya, hari ini aku agak malas pulang ke apartementku.

Eomma sedang menginap di rumahku, dan aku paling kesal setiap harus mendengarkan semua celotehan eomma yang sangat tidak masuk akal.

Apakah aku menginap saja di rumah sakit ini? Aku kan bisa berkata kepada eomma kalau aku ada banyak kerjaan sampai tidak sempat pulang!

Baru saja aku memikirkan ide ini, handphoneku berdering.

Eomma meneleponku.

Cih!

Aku malas menjawab panggilannya.

Tapi kalau tidak kujawab, ia bisa saya langsung menaiki taxi dan mendatangiku kesini!

Terpaksa, aku menjawab panggilan itu.

"Ne, eomma? Waeyo?" sahutku setelah menjawab panggilan itu.

"Kau belum pulang?" tanya eomma.

"Hmmm... Aku akan pulang agak malam..." sahutku. "Masih banyak yang harus kukerjakan."

"Pulang, Yoongi ya. Jebal... Eomma kesepian sendirian disini." sahut eomma.

Aku terdiam sejenak. Nada bicara eomma begitu lemas dan memelas.

"Jangan lupa, segera pulang... Temani eomma.. Araseo?" sahut eomma dengan nada semakin memelas.

Aku menghela nafas.

"Ne... Araseo.." sahutku.

Panggilanpun terputus.

Cih!

Haruskah ia memelas seperti itu? Aku paling tidak tahan kalau sudah mendengarnya memelas seperti itu.

Aku akhirnya merapikan ruanganku dan bersiap untuk kembali ke apartementku.

Setelah aku mengunci ruanganku, sebelum pulang aku tiba-tiba ingin buang air.

"Hyeong! Kau sudah mau pulang?" tanya Hoseok ketika melihatku mengunci pintu ruanganku.

"Ne.. Tapi aku akan ke toilet dulu sebelum ke mobil." sahutku.

"Perlu kutemani? Kau tidak takut sendirian ke toilet pada jam segini?" tanya Hoseok.

"Memangnya aku ini kau?" sahutku sambil tersenyum kecil.

"Cih! Kau memang menyebalkan, hyeong." gerutu Hoseok. "Berhati-hatilah."

Aku pun masuk ke dalam toilet khusus pria di lantai 3 itu.

Hawanya memang sudah terasa tidak enak.

Tapi, aku kan bukan penakut. Jadi aku dengan santainya masuk ke dalam bilik toilet dan buang air kecil disana.

Tiba-tiba, lampu mulai meredup. Aku bisa merasakan, cahaya lampunya meredup.

"Jangan ganggu aku. Aku tidak takut." sahutku sambil menaikan resleting celanaku setelah selesai buang air.

Tiba-tiba.

BRAK!

Suara pintu tertutup di bilik sebelahku.

Hoseok kah?

Aku berjalan keluar dari bilik itu dan melihat ke bilik di sebelah kanan dan kiriku.

Kosong.

Mwoya igo? Cih!

Ketika aku ingin melangkahkan kakiku untuk maju, tiba-tiba saja seperti ada tangan yang mencengkram kakiku sehingga kakiku tidak bisa bergerak.

Aku mengguncang-guncangkan keras kakiku agar terlepas.

"Lepaskan aku, imma!" bentakku.

Dan aku terkejut ketika melihat ke arah kakiku.

Sebuah tangan yang gosong terbakar tengah mencengkram erat kakiku.

Hanya itu. Sepotong tangan yang gosong terbakar. Tanpa ada kepala atau anggota tubuh lainnya disana.

Aku memang bukan penakut, jika mereka hanya menampakkan wujudnya.

Namun, kali ini aku merasa keamananku terancam karena tangan itu mencengkram erat kakiku sampai aku tidak bisa bergerak!

Aku terus meronta agar kakiku terlepas, dan tiba-tiba saja di cermin di depanku terpantul sosok seorang pria yang wajah dan tubuhnya nya sudah hancur terbakar sampai aku tidak bisa melihat bagaimana wajah sebenarnya dari sosok itu.

Pakaiannya, tubuhnya, wajahnya.. Semuanya hitam gosong terbakar.

Sosok itu terlihat menyeringai ke arahku.

"Geumanhae, jinjja!" bentakku. "Berhenti menggangguku atau aku akan berteriak!"

Sosok itu justru menyeringai semakin lebar.

Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang yang tengah bersiul berjalan mendekat ke toilet ini.

Dan sosok mengerikan serta tangan yang mencengkram kakiku itu menghilang seketika.

Aku menghela nafas lega.

Dan Dohwan ganhosa pun berjalan masuk ke dalam toilet itu.

"Ah! Yoongi ssaem! Kupikir, kau sudah pulang." sahutnya.

"Aku baru saja mau pulang." sahutku.

Ia menatapku sejenak.

"Waeyo?" tanyaku.

"Kau terlihat agak pucat. Kau tidak apa-apa, ssaem?" tanyanya.

"Bukankah sejak dulu kulitku memang sudah pucat?" sahutku sambil tersenyum, berusaha agar ia tidak tahu bahwa aku sedikit ketakutan barusan.

Harga diriku lebih penting ketimbang rasa takutku, ya kan?

"Ah, majjayo... Hehehe.." sahutnya sambil menganggukan kepalanya.

Aku pun segera berjalan keluar dari toilet itu dan segera menuju parkiran mobil.

.

.

.

AUTHOR POV

Malam itu Taehyung terbangun pukul 01.23 AM.

Dan tepat ketika ia membuka kedua matanya, sosok Taesoon tengah duduk di kursi yang ada disamping kasur Taehyung.

Taehyung sedikit terkejut, kemudian terduduk di atas kasurnya dan menatap ke arah Taesoon.

"Oppa? Kau terbangun? Waeyo?" tanya Taesoon dengan ekspresi polos di wajahnya.

"Aku bermimpi buruk lagi, Taesoon ah..." sahut Taehyung.

"Bermimpi apa? Kecelakaan yang membunuhku? Atau kecelakaan yang menimpamu, oppa?" tanya Taesoon sambil memiringkan kepalanya.

"Uhmmm... Sebelum kecelakaan itu menimpaku, hampir setiap malam aku selalu memimpikan kejadian di rel kereta api itu, Taesoon ah..." sahut Taehyung. "Namun, setelah kecelakaan bus itu menimpaku, aku lebih sering bermimpi buruk dengan memimpikan kecelakaan bus itu..."

"Mianhae, oppa... Karena aku, eomma dan appa jadi membencimu..." sahut Taesoon dengan wajah sangat sedih.

Taehyung tersenyum. "Gwenchana... Toh, ini memang kecerobohanku..."

"Mianhae..." sahut Taesoon lagi.

Saat itu juga, Taehyung sangat ingin mengusap kepala Taesoon untuk menenangkannya, namun ia tidak bisa menyentuh arwah Taesoon di hadapannya itu.

Dan tiba-tiba Taehyung teringat satu hal.

"Taesoon ah! Mengapa wujudmu tidak mengerikan? Padahal tubuhmu hancur ketika kau meninggal.." tanya Taehyung.

"Karena aku tidak ingin membuatmu takut, oppa.." sahut Taesoon.

"Jadi kalian bisa merubah bentuk kalian sesuka kalian? Mengapa ada hantu yang oppa kenal, ia tidak bisa merubah bentuknya? Ia selalu mendatangi oppa dengan wujudnya ketika meninggal, padahal ia tidak berniat jahat pada oppa.." sahut Taehyung.

"Apakah dokter yang bernama Kim Seokjin itu oppa?" tanya Taesoon.

Taehyung terbelalak. "Kau mengenalnya?"

"Ia lupa ingatan. Ia tidak tahu ia siapa dan mengapa ia meninggal. Makanya ia tidak bisa melakukan apa - apa dengan wujudnya.." sahut Taesoon.

"Arwah penasaran? Seperti itu maksudmu?" tanya Taehyung.

Taesoon menganggukan pelan kepalanya. "Majjayo..."

Taehyung menatap Taesoon.

"Waeyo, oppa?" tanya Taesoon.

"Lalu... Kau mengetahui kau siapa, kau mengetahui dengan jelas apa penyebab kematianmu.. Mengapa kau masih disini dan tidak pergi ke alammu?" tanya Taehyung.

"Aku... Ingin menemani oppa... Eomma dan appa membuang oppa, mana mungkin aku tega meninggalkan oppa juga?" sahut Taesoon.

TES~

Air mata Taehyung langsung menetes saat itu juga.

Tanpa ia sadari, ternyata selama ini ketika ia merasa sendirian, Taesoon selalu ada disampingnya. Ia tidak sendirian. Hanya saja, ia tidak bisa melihat sosok Taesoon itu.

"Uljimma, oppa... Kalau oppa menangis, aku juga akan sedih..." sahut Taesoon.

Taehyung tersenyum dan menghapus air matanya. "Araseo..."

Dan malam itu, Taehyung menghabiskan waktunya sepanjang malam bersama Taesoon.

.

.

.

HOSEOK POV

Aku berlari di sepanjang lorong yang gelap itu.

Keringatku sudah menetes dengan deras, membasahi pakaian yang kukenakan.

Aku terus berlari, namun sosok itu terus mengejarku.

Sesosok hantu wanita dengan pakaian compang camping, Tubuh dan pakaiannya itu penuh dengan bercak darah merah kehitaman.

Wajahnya dipenuhi luka akibat pukulan benda tajam dan benda tumpul.

Luka memar kebiruan dan luka-luka sayatan benda tajam menghiasi wajah pucatnya.

Kedua bola matanya berwarna merah terang.

Tangan dan kakinya juga dipenuhi banyak luka memar yang disertai beberapa luka yang mengalirkan darah.

Aku terus berlari dengan secepat mungkin hingga nafasku terengah-engah.

Dan tiba-tiba saja, sosok itu muncul dihadapanku.

Ia mengarahkan kedua tangannya yang sangat pucat dan penuh luka itu ke leherku, lalu mencekik leherku dengan kuat.

Aku mulai meronta.

Nafasku mulai terasa sesak.

Tak ada suara yang bisa kukeluarkan dari tenggorokanku.

Cengkraman itu semakin menguat di leherku, membuat nafasku semakin sesak.

Apa aku... Akan mati saat ini?

.

-TBC-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top