CHAPTER 5

Title: MYSTERY OF BIGHIT HOSPITAL 

Cast: Yoongi, Hoseok, Taehyung, Namjoon, Jimin, Jin, Jungkook

Lenght: Chapter Part

Rating: 15+

Author: Tae-V [Twitter KTH_V95]

.

CHAPTER 5

.

TAEHYUNG POV

Aku nyaris menjerit ketika ia menatapku.

Sebagian wajahnya... Hancur... Dan kepalanya benar-benar retak parah dengan dipenuhi darah di wajah dan pakaiannya..

Kurasa.. Ia meninggal setelah terjatuh dari ketinggian...

Dan ketika aku tengah menahan nafas karena merasa ketakutan dan kaget melihat wajahnya yang mengerikan itu, hantu itu dengan ekspresi terkejut justru bertanya padaku.

"Kau... Bisa melihatku?" sahutnya dengan suara yang pelan namun terdengar memilukan.

Kurasa, ia tidak menyadari bahwa aku bisa melihatnya...

Aku menganggukan pelan kepalaku.

Aku bisa membaca nama yang tertera di jas dokter yang dikenakannya.

Kim Seokjin.

"Kau... Benar-benar bisa melihatku?" tanyanya lagi.

Aku perlahan menganggukan kepalaku.

Ada apa dengannya? Ia terlihat sangat terkejut karena aku bisa melihatnya.

"Kau.. Tidak takut padaku?" tanya hantu itu lagi.

"Uhmmmm... Sedikit..." sahutku sambil memaksakan tersenyum.

Hantu itu berjalan mendekat ke arahku.

"Bolehkah aku duduk disampingmu?" tanyanya tiba-tiba.

"Ne?" Aku terbelalak.

"Ah.. Kau.. Takut?" tanyanya.

Aku terdiam sejenak, membaca situasi, ada apa ini sebenarnya.

Hantu itu tiba-tiba menundukkan kepalanya dan terlihat sangat sedih.

Melihatnya sedih seperti itu, aku tiba-tiba tidak ketakutan lagi.

Aku justru menjadi iba.

Apa ia... Kesepian?

Apa hantu juga bisa kesepian? Sepertiku yang terbuang dari keluargaku ini?

Aku bahkan kini bisa melihat.. Bahwa hantu itu pastilah sangat tampan sebelum tubuhnya hancur seperti itu.

Aku bisa melihat, masih tersisa ketampanan di wajahnya walau wajahnya sudah hancur sebagian.

"Duduklah... Gwenchana..." sahutku sambil menepuk pelan kasurku, memintanya duduk di sebelahku.

"Jinjja gwenchana?" tanyanya.

Aku menganggukan kepalaku. "Silakan.. Asal kau tidak berniat melukaiku, aku tidak akan takut padamu.."

"Aku janji aku tidak akan melukaimu!" sahut hantu itu dengan ekspresi yang tidak dapat kujelaskan. Antara senang dan sedih. Entahlah.

Menyadari kenyataan bahwa aku tengah berbincang-bincang dengan sesosok hantu saja sudah membuatku merasa aneh dengan diriku sendiri!

Hantu bernama Seokjin itu duduk tepat disampingku.

"Ini pertama kalinya.. Ada manusia yang bisa kuajak berkomunikasi..." sahutnya dengan eskpresi sedih di wajahnya.

"Kenapa?" tanyaku.

"Selama ini jarang manusia yang bisa melihatku. Kalaupun ada, atau aku secara sengaja menunjukkan wujudku kepada mereka, mereka pasti akan berteriak dan ketakutan..." sahutnya.

Tentu saja mereka ketakutan! Siapa juga yang tidak akan takut jika melihat wajah dan tubuhnya yang setengah hancur begitu?

"Kurasa wajar saja... Sosokmu sangat mengerikan seperti ini. Wajar jika mereka takut. Aku juga sempat takut melihatmu barusan..." sahutku.

Hantu itu menatapku. "Sekarangpun kau masih takut?"

"Uhmmm.. Sedikit?" sahutku.

Siapa juga yang tidak takut melihat penampakan seperti itu? Apalagi, melihatnya dari jarak sedekat ini... Jujur saja itu sangat mengerikan. Luka-luka di tubuhnya sangat mengerikan!

Hantu itu menundukkan kepalanya. "Mian..."

"Gwenchana.." sahutku.

Kurasa, ini pertama kalinya aku menghibur hantu. Jalhaeseo, Taehyung ah...

"Namamu... Kim Seokjin?" tanyaku.

Hantu itu menggelengkan kepalanya. "Molla.. Tapi jika melihat nama yang tertera di jas dokter yang kukenakan ini, kurasa itu namaku..."

"Kau... Lupa ingatan?" tanyaku, terbelalak. Apakah hantu juga bisa hilang ingatan?

"Majjayo.. Aku sama sekali tidak ingat apapun... Karena itu... Aku bahkan tidak tahu siapa keluargaku dan mengapa aku meninggal. Aku tidak tahu apa yang menjadi penyebab aku meninggal. Aku tidak tahu apa aku dibunuh atau bunuh diri atau kecelakaan. Kurasa, karena itulah aku masih bergentayangan di rumah sakit ini..." sahutnya.

"Jinjja?" Aku semakin terbelalak.

Hantu itu menganggukan kepalanya. "Karena itu, aku butuh bantuan dari manusia yang bisa melihatku... Namun tak ada satupun yang mau mendengarkanku. Baru melihatku saja mereka sudah ketakutan..."

Aku terdiam sejenak.

Hantu itu menatapku dengan tatapan memelas.

"Maksudmu... Kau ingin aku mencari tahu tentangmu disini?" tanyaku.

"Bisakah kau membantuku? Sampai aku bisa mengetahui aku siapa dan apa penyebab kematianku..." sahutnya dengan memelas.

Aku terdiam beberapa saat lamanya.

"Aku tidak akan memaksamu jika itu berat..." sahutnya.

Aku luluh pada akhirnya.

Aku menganggukan kepalaku.

"Araseo.. Aku akan membantumu, tapi kau harus berjanji tidak boleh mengganggu sahabatku yang penakut itu..." sahutku sambil menunjuk ke arah Jimin yang masih terlelap.

"Ia sahabatmu?" tanya hantu itu.

"Kami sama-sama kecelakaan ketika dalam bus..." sahutku.

"Araseo! Aku tidak akan mengganggunya!" sahut hantu itu dengan antusias.

"Dan jangan pernah berniat mencelakaiku ataupun Jimin!" sahutku.

Hantu itu menganggukan kepalanya sambil tersenyum. "Aku janji!"

.

.

.

AUTHOR POV

"Hoahmmmmmm..." Hoseok menguap.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 01.55 AM.

Sudah sejak jam dua belas malam tadi Hoseok mulai merasa mengantuk, namun ia tentu saja tidak boleh tertidur karena sedang bertugas shift malam.

Malam itu Hoseok bertugas bersama perawat lainnya yang bernama Woo Dohwan yang berusia dua tahun lebih tua dari Hoseok.

Dan mereka biasanya pasti saling bertukar waktu untuk memejamkan mata sejenak.

Dohwan tengah tertidur di atas meja perawat tepat disamping Hoseok, sementara Hoseok hanya bisa menahan kantuknya karena ia baru boleh tertidur setelah Dohwan terbangun pukul 02.30 AM nanti.

"Aigoo.. Dohwan hyeong,, Enaknya kau... Sedang terlelap begini.. Ckckckck..." gumam Hoseok sambil menatap wajah Dohwan yang terlelap di atas meja disebelahnya itu.

Dan tiba-tiba saja, angin berhembus sepintas namun terasa sangat dingin saat itu.

"Aigoo..." gumam Hoseok. Firasatnya mulai tidak enak.

Tak lama kemudian, sekelebatan bayangan berwarna hitam melintas tepat di depan meja perawat itu.

Hoseok mulai merasa bulu kuduknya merinding.

"Andwe, jebal..." sahut Hoseok dengan nada memelas.

Bayangan hitam itu kembali melintas cepat di depan meja perawat itu dan hawa ruangan itu tiba-tiba menjadi sangat dingin.

"Geumanhae, jebal..." sahut Hoseok dengan nada semakin memelas.

Benar saja firasat buruk Hoseok.

Tak lama kemudian terdengar suara anak kecil wanita tengah bersenandung dengan nada yang mengerikan.

"Haruskah aku membangunkan Dohwan hyeong?" gumam Hoseok. Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya.

Dan tak lama kemudian, sesosok hantu anak kecil wanita berusia sekitar 5 tahun berjalan mendekat ke arah Hoseok.

Hantu anak kecil itu membawa sebuah boneka dalam pelukannya.

Wajahnya tidak mengerikan, persis seperti manusia, hanya saja kulitnya pucat. Putih sangat pucat.

Hoseok terdiam. Jangankan untuk membangunkan Dohwan, untuk menggerakan jarinya saja ia tak bisa!

Tubuh Hoseok kaku seketika. Mulutnya tak bisa bersuara seolah suaranya tertahan di tenggorokannya.

Hantu anak kecil itu berjalan sambil tersenyum, mendekat ke arah Hoseok.

"Ahjussi... Ayo bermain! Hihihihihi~" sahut hantu itu sambil menatap Hoseok.

Hoseok masih kaku, tak bisa bergerak.

Hantu itu semakin mendekat ke arah Hoseok. "Ayo main, ahjussi! Ayo main bersamaku..."

Dan seketika itu juga wujudnya berubah, menjadi sangat menyeramkan.

Dari kedua bola matanya, mengalir darah sangat banyak. Wajahnya dan sekujur tubuhnya penuh dengan luka bakar yang sangat menyeramkan.

"Ayo main denganku! Ayo!" sahut hantu kecil itu dengan nada penuh amarah.

Air mata Hoseok mulai mengalir karena ketakutan, tubuhnya masih belum juga bisa digerakkan.

Dan tiba-tiba saja Dohwan terbangun. Tepat ketika Dohwan bersuara menggumam sambil menggeliatkan tubuhnya, sosok hantu itu langsung menghilang dari hadapan Hoseok.

Seketika itu juga Hoseok bisa berteriak.

"KYAAAAAAAAAAAAA!"

Dohwan refleks menatap Hoseok. "Yaishhhh! Kau kenapa, imma?"

"Hyeong! Hyeong, akhirnya kau bangun juga!" sahut Hoseok sambil memeluk tubuh Dohwan dan menangis.

"Yaish.. Kau kenapa lagi? Untung teriakanmu tidak kencang sekali! Bagaimana jika ada pasien yang mendengar teriakanmu lagi? Kau belum kapok ditegur Yoongi ssaem?" sahut Dohwan.

"Hantu anak kecil, hyeong! Barusan ada hantu anak kecil yang menggangguku!" sahut Hoseok dalam isak tangisnya.

Dohwan menepuk-nepuk pelan punggung Hoseok, menenangkannya. "Aigoo... Sudah berapa lama kau bekerja disini dan kau masih juga takut dengan hal-hal seperti itu?"

"Kau kan pemberani jadi tidak takut. Sementara aku? Aku ini kan penakut, hyeong..." sahut Hoseok, masih dalam isak tangisnya.

"Kalau penakut mengapa memutuskan menjadi perawat..." sahut Dohwan.

Hoseok tak menjawab, ia terus menangis di bahu Dohwan.

"Aigoo..." sahut Dohwan.

.

.

.

"Pagi yang cerah, Taehyung ah~" sahut Jimin sambil tersenyum manis pagi itu ketika ia menatap ke luar jendela. "Pemandangan di luar sana sangat indah! Kapan kita akan keluar dari sini?"

Taehyung menatap ke arah yang sama.

"Sama sekali tidak indah..." sahut Taehyung.

"Waeyo? Lihat, mataharinya bersinar sangat cerah! Bunga-bunga di pohon itu juga indah..." sahut Jimin.

Apa yang Jimin lihat jelas saja berbeda dengan apa yang Taehyung lihat.

"Aku tidak bisa melihat jelas ke arah luar jendela sana." sahut Taehyung.

Jimin mengernyitkan keningnya. "Waeyo?"

Ternyata, apa yang tengah Taehyung lihat adalah sesosok hantu wanita dengan seragam perawat tengah berdiri di depan jendela.

Wajahnya penuh darah dan dipenuhi luka-luka yang diakibatkan oleh hantaman tinju dan bekas pukulan benda tumpul.

Baju perawat yang seharusnya berwarna putih itu juga dipenuhi banyak bercak darah.

Rambutnya acak-acakan tidak karuan, dan sekujur tubuhnya pun dipenuhi banyak luka akibat dipukul oleh sesuatu.

Dan yang mengerikannya lagi, sosok perawat itu tengah tersenyum. Menyeringai lebih tepatnya. Sambil menatap Taehyung.

"Kau bisa melihatku?" sahut hantu itu sambil menyeringai dengan suara yang mengerikan.

"Taehyung ah. Apa yang kau lihat?" Jimin mulai bergidik melihat ekspresi ketakutan di wajah Taehyung.

"Sesuatu yang tidak bisa kau lihat. Dan sesuatu itu jelas-jelas sama sekali tidak indah seperti apa yang tengah kau lihat di luar jendela saat ini..." sahut Taehyung.

"Taehyung ah! Geumanhae, jebal... Aku takut..." Jimin mulai menyembunyikan wajahnya di balik bantal.

Hantu itu berjalan mendekat ke arah Taehyung.

"Aku akan membawamu bersamaku..." sahut hantu itu dengan seringai mengerikan di wajahnya.

Taehyung ingin berlari rasanya namun kakinya belum bisa digerakkan dengan sempurna! Ia masih butuh bantuan tongkat itu!

Dan ketika hantu itu semakin mendekat ke arah Taehyung, tiba-tiba hantu bernama Jin itu muncul.

"Jangan ganggu dia!" teriak Jin.

Hantu perawat itu menatap Jin. "Jangan campuri urusanku!"

Hantu bernama Jin itu langsung mencekik hantu perawat itu dan setelah mengerang kesakitan, hantu perawat itu menghilang.

"Kau... Menolongku?" tanya Taehyung sambil menatap hantu berjas dokter itu.

Jin itu menganggukan kepalanya. "Bukankah aku sudah berjanji tidak akan menyakitimu semalam? Itu artinya, aku akan menjagamu dari para hantu yang sangat ingin mengambil nyawa manusia itu..."

"Mengambil.. Nyawa manusia?" tanya Taehyung.

"Banyak hantu yang berkeliaran disini sangat haus akan darah manusia. Mereka akan mencari mangsa untuk mereka bunuh agar mereka memiliki kekuatan yang semakin tinggi. Berhati-hatilah..." sahut Jin.

"Lalu.. Mengapa kau tidak mengambil nyawa manusia seperti mereka?" tanya Taehyung.

"Kurasa.. Karena aku hilang ingatan... Jadi aku lebih fokus untuk mencari ingatanku dan tidak memiliki hasrat untuk membunuh seperti mereka..." sahut Jin.

"Ahhhh... Begitu rupanya?" sahut Taehyung.

Sementara Jimin ternganga melihat ke arah Taehyung.

"Taehyung ah... Kau.. Bicara dengan siapa?" tanya Jimin dengan ekspresi ketakutan.

Jin menoleh ke arah Jimin sejenak, lalu kembali menatap Taehyung. "Ah... Ia sama sekali tidak bisa melihatku? Haruskah aku menampakkan wujudku kepadanya agar ia tahu kau tengah berbicara dengan siapa?"

Taehyung langsung menggelengkan kepalanya. "Andwe! Ia bisa pingsan seketika..."

.

.

.

Jimin mengunjungi perpustakaan siang itu.

Taehyung sedang menjalani perawatan fisioterapi lagi dengan Yoongi sehingga Jimin merasa bosan sendirian dan bermaksud menemui Jungkook, sahabat barunya.

Lorong yang menuju ke perpustakaan itu sepi seperti biasanya.

Jimin berjalan sambil bersenandung pelan, dan tiba-tiba saja ia mendengar suara langkah kaki berlarian.

Jimin menoleh ke belakang, tidak ada siapapun disana.

Jimin melihat ke sekitarnya. Kosong, Hanya ada dirinya di lorong itu.

Jimin memiringkan kepalanya sejenak, lalu lanjut berjalan menuju perpustakaan.

Tiba-tiba suara langkah kaki berlarian itu kembali terdengar, kali ini bersamaan dengan terdengarnya suara seorang anak kecil yang tengah tertawa sambil berlari.

DEG!

Jimin mulai merasakan firasat buruk.

Namun akal sehatnya kembali berpikir, mana mungkin ada hantu di siang hari begitu.

Jimin kembali melangkah, namun suara tawa anak kecil dan suara langkah kaki berlarian itu semakin mendekat ke arahnya.

Jimin nekat membalikkan badannya, dan sosok anak kecil itu pun tengah berdiri disana. Tepat di belakangnya.

Hantu anak kecil yang tengah membawa sebuah boneka dalam pelukannya. Kulitnya putih sangat pucat.

Jimin refleks membeku. Mulutnya tak bisa berteriak, kakinya pun tidak bisa digerakkan.

"Ayo main, ahjussi.. Ayo temani aku main~" sahut hantu anak kecil itu dengan nada mengerikan.

Hantu anak kecil itu melangkah mendekati Jimin. "Ayo main..."

Dan tiba-tiba saja sosok hantu anak kecil itu berubah menjadi sangat mengerikan, persis seperti apa yang dilihat Hoseok tadi sekitar jam dua pagi.

Dari kedua bola mata hantu anak kecil itu mengalir darah sangat banyak. Wajahnya dan sekujur tubuhnya penuh dengan luka bakar yang sangat menyeramkan.

"Ayo main denganku, ahjussi! Ayo!" sahut hantu kecil itu dengan nada penuh amarah.

Jimin ingin berteriak dan berlari namun ia sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa.

Untung saja tepat saat itu, Jungkook membuka pintu perpustakaan.

KLEK~

Ketika pintu itu berbunyi, hantu itu menghilang seketika.

Tubuh Jimin langsung terduduk lemas di lantai dan berteriak sambil menangis ketakutan.

Jungkook refleks berlari menghampiri Jimin.

"Hyeong! Kau kenapa, hyeong?" sahut Jungkook sambil berjongkok dan memegang tubuh Jimin.

Jimin tidak bisa menjawab saking takutnya, Jimin hanya bisa menangis dalam pelukan Jungkook.

"Jangan disini nanti ada yang melihat malah jadi ramai.. Ayo kita masuk saja ke perpustakaan, tidak ada siapapun disana selain aku saat ini.." sahut Jungkook.

Jimin pun berdiri dengan bantuan Jungkook. Kedua kaki Jimin masih terasa sangat lemah sampai tubuhnya harus dibopong Jungkook agar bisa berjalan ke dalam perpustakaan.

Setibanya di perpustakaan, Jimin duduk di salah satu meja di tengah ruangan, sementara Jungkook membuatkan teh hangat untuk Jimin.

Di dalam perpustakaan memang disediakan sebuah dispenser untuk Jungkook minum.

Jungkook pun menghampiri Jimin sambil membawa segelas teh hangat.

"Minum dulu, hyeong.." sahut Jungkook. "Lalu ceritakan padaku, kau kenapa?"

Setelah meminum teh itu dan merasa lebih tenang, Jimin menceritakan apa yang dilihatnya barusan di lorong itu.

Jungkook terdiam sejenak, lalu menatap Jimin.

"Mengapa... Ada hantu disini, Jungkook ah? Aku bahkan pernah diganggu juga kemarinan di kamar mandi di dalam kamar rawatku..." sahut Jimin sambil menghapus sisa air mata di wajahnya.

Jungkook masih terdiam sambil menatap Jimin.

"Mengapa kau diam? Apa kau tahu sesuatu?" tanya Jimin.

"Jujur saja, aku juga sering diganggu disini.. Kau lihat sendiri kan betapa sepinya perpustakaan ini? Jarang ada pengunjung disini dan aku sering sekali sendirian disini... Setiap sedang sendirian itulah, aku sering diganggu.." sahut Jungkook.

"Jinjja?" Jimin terbelalak.

"Apa kau ingat? Ketika pertama kali kau datang kesini, hyeong? Wajahmu terlihat agak pucat ketika mendaftar padaku akan meminjam buku." sahut Jungkook.

Jimin menganggukkan pelan kepalanya. "Aku ingat."

"Makanya waktu itu aku bertanya kan padamu apa kau baik-baik saja? Karena kupikir kau juga diganggu sepertiku.." sahut Jungkook.

Jimin pun teringat akan kejaidan aneh yang dirasakannya waktu itu.

"Ah! Majjayo! Waktu itu aku juga seperti diganggu makanya aku asal mengambil buku dan segera berjalan cepat ke mejamu!" sahut Jimin.

"Makanya aku bertanya, karena aku sudah sering merasakan hal-hal aneh disini. Bahkan seringkali mereka menampakkan wujudnya padaku..." sahut Jungkook. "Terakhir kali kemarin itu, waktu kau bertanya padaku aku kenapa. Ketika kau mengembalikan buku yang kau pinjam."

"Ah! Waktu kau terduduk di lantai itu?" sahut Jimin.

Jungkook menganggukan kepalanya. "Majjayo.."

"Mengapa kau tidak memberitahuku saat itu? Kau bilang kau tidak apa-apa." sahut Jimin.

"Aku pernah ditegur kepala rumah sakit waktu pertama kali aku diganggu dan aku berteriak ketakutan." sahut Jungkook. "Berita ini tidak boleh sembarangan tersebar karena akan merugikan pihak rumah sakit katanya..."

"Jinjja?" sahut Jimin.

"Kurasa, kau juga lebih baik tidak bercerita kepada siapapun selain padaku dan teman sekamarmu itu, hyeong.." sahut Jungkook.

"Araseo, Jungkook ah..." sahut Jimin.

.

.

.

"Perkembanganmu cukup pesat, Kim Taehyung hwanja." sahut Yoongi.

"Gumawo, ssaem." sahut Taehyung. "Kira-kira, kapan aku dan Jimin bisa keluar dari rumah sakit ini?"

Yoongi berpikir sejenak, lalu menjawab, "Melihat kondisi kalian, sepertinya kurang dari dua minggu kalian sudah bisa pulang."

"Dua minggu? Araseo, ssaem..." sahut Taehyung.

"Waeyo? Kau tidak betah disini?" tanya Yoongi.

"Apakah ada yang betah tinggal di rumah sakit, ssaem?" tanya Taehyung.

Yoongi tertawa kecil. "Hahaha... Majjayo. Mana ada yang betah tinggal di rumah sakit ya..."

Taehyung ikut tertawa.

Yoongi menatap Taehyung.

"Syukurlah kau dan Jimin hwanja tidak mengidap trauma." sahut Yoongi.

"Ne?" Taehyung menatap Yoongi.

"Biasanya, pasien seperti kalian akan disertai rasa trauma akibat kecelakaan. Apalagi... Hanya kalian yang selamat dari kecelakaan itu..." sahut Yoongi.

"Sejujurnya.. Aku dan Jimin sering bermimpi buruk sejak kecelakaan itu. Hanya saja, ketakutan kami tidak parah... Sedikit trauma itu ada, untung saja tidak sampai mengganggu mental kami.." sahut Taehyung.

"Baguslah kalau begitu..." sahut Yoongi sambil tersenyum. "Oke, kita sudah selesai. Kau boleh kembali ke kamarmu. Sohyun ganhosa yang akan mengantarmu ke kamar.."

Taehyung berjalan pelan dengan tongkat itu dan keluar dari ruang fisioterapi.

Seorang perawat berwajah manis bernama Kim Sohyun sudah menunggu disana.

"Ayo, Taehyung hwanja.. Akan kuantar kau ke kamarmu.." sahut Sohyun ganhosa.

"Kurasa, aku akan belajar berjalan sendiri... Toh, aku hanya perlu menaiki lift itu kan?" sahut Taehyung sambil menunjuk lift yang terletak tak jauh di depannya.

"Benar tidak apa-apa? Kau yakin bisa sendirian?" tanya Sohyun.

Taehyung menganggukan kepalanya.

"Araseo.. Hati-hati ya, hwanjanim..." sahut Sohyun sambil tersenyum.

Taehyung berjalan perlahan masuk ke dalam lift itu dan pintu lift itupun tertutup.

Selama di dalam lift dari lantai 2 menuju ke lantai 6, perasaan Taehyung sangat tidak enak.

Untung saja sebelum ada penampakan yang mengganggunya, pintu lift itu terbuka di lantai 6.

Taehyung berjalan perlahan keluar dari lift itu.

Dan tepat tak jauh di hadapannya, Taehyung melihat sesuatu.

Ada sesosok anak kecil berusia sekitar 7 tahun tengah berdiri membelakangi Taehyung.

Sosok itu sosok yang sangat tidak asing di mata Taehyung.

Taehyung berjalan perlahan dengan tongkatnya mendekat ke arah sosok itu berada.

Ketika Taehyung sudah berdiri dekat dengan sosok anak kecil itu, Taehyung memanggil nama seseorang.

"Kim.. Taesoon?" sahut Taehyung pelan.

Sosok itu pun berbalik dan menatap wajah Taehyung.

Dan Taehyung terbelalak seletika itu juga ketika melihat sosok kecil dihadapannya itu.

Sesosok anak kecil wanita kecil yang sangat manis, dengan warna kulit yang putih, sangat pucat.

"Taehyungie oppa?" sahut anak kecil itu pelan.

.

-TBC-

NOTE : MAAF BANGET ASLI SAYA LAMA UPDATENYA :( SINYAL INI NGAJAK KEMUSUHAN TERUS HUWEEEE :(

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top