CHAPTER 18 - LAST CHAPTER

Title: MYSTERY OF BIGHIT HOSPITAL 

Cast: Yoongi, Hoseok, Taehyung, Namjoon, Jimin, Jin, Jungkook

Lenght: Chapter Part

Rating: 15+

Author: Tae-V [Twitter KTH_V95]

CHAPTER 18

.

AUTHOR POV

Malam semakin larut. Dan Jimin tetap masih terjaga.

Mana mungkin ia bisa tidur dalam kondisi genting seperti ini?

Tiba-tiba saja, sekitar pukul 10.40 PM, dua orang berjalan masuk ke dalam kamar Jimin.

Jimin terbelalak ketika melihat kedua orang yang berjalan masuk ke dalam kamarnya itu.

"Hoseok ganhosa? Jeon Jungkook?" gumam Jimin.

Hoseok dan Jungkook segera menutup rapat pintu kamar Jimin dan berjalan menuju kasur Jimin sambil meletakka jari telunjuk mereka di bibir mereka, mengisyaratkan kepada Jimin agar jangan bersuara.

Jimin menjadi panik. Apa ia harus diam seperti perintah Hoseok dan Jungkook? Ataukah ia harus berteriak meminta bantuan dari perawat di luar sana?

Namun, Jimin takut, bagaimana jika ia berteriak dan kedua pria itu menyembunyikan senjata di sakunya? Bisa-bisa Jimin langsung dibunuh di tempat!

Jadi, Jimin memilih tutup mulut seperti yang diinstruksikan oleh Hoseok dan Jungkook.

Wajah Jimin pucat seketika ketika melihat Jungkook duduk di kursi yang ada di sebelah kasurnya, sementara Hoseok berjaga-jaga di dekat pintu kamar.

"Hyeong... Jangan bersuara dengan kencang kalau kau ingin menyelamatkan sahabat baikmu itu, araseo?" bisik Jungkook.

Jimin pasrah. Ia hanya bisa menganggukan kepalanya sambil berbisik, "Araseo..."

.

.

.

Namjoon tidak bisa juga tertidur di dalam kamarnya.

Ada banyak hal yang mengganggu pikirannya.

Dan diantara semua pikiran yang mengganggunya itu, kenyataan bahwa Taehyung mengenal Jin dan Heejin, serta Somi benar-benar membuatnya hampir gila.

"Siapa Taehyung sebenarnya? Mengapa ia bisa mengenal Jin hyeong, Heejin noona... dan bahkan Jeon Somi?" gumam Namjoon sambil terus memegang ponselnya.

Namjoon kembali menatap foto Jin di wallpaper ponselnya.

"Hyeong... Bogoshipo, jinjja..." sahut Namjoon sambil meneteskan air matanya. "Mianhae, hyeong.. Mianhae.. Jinjja mianhae..."

Namjoon tertunduk dan terus menangis di dalam kamarnya.

.

.

.

JIMIN POV

Aku terbelalak.

Aku sama sekali tidak bisa mempercayai apa yang baru saja kudengar...

Aku sama sekali tidak menyangka...

Bahwa ternyata...

Jungkook dan Hoseok ganhosa adalah detektif yang diam-diam bekerja disini untuk menyelidiki kasus kematian dari pria yang bernama Kim Seokjin!

"Makanya aku sangat terkejut ketika tiba-tiba saja Taehyung hwanja menyebutkan namanya! Darimana ia mengenal Seokjin ssaem? Darimana ia tahu Seokjin ssaem sudah meninggal?" sahut Hoseok ganhosa. " Makanya aku memperingatkannya untuk tutup mulut karena kami takut sang tersangka yang sedang kami selidiki iut mengetahui bahwa Taehyung mengenal Kim Seokjin dan nyawa Taehyung yang akan menjadi taruhannya!"

"Dan dengan cerobohnya, sahabatmu itu justru tidak mendengarkan peringatan Hoseok hyeong dan justru bertanya kepada Namjoon-sshi mengenai Kim Seokjin! Makanya kami harus bergerak cepat untuk mengamankan Taehyung. Tapi ternyata kami keduluan oleh sang tersangka!" sahut Jungkook dengan nada kesal.

"Jadi maksud kalian... Saat ini nyawa Taehyung dalam bahaya?" tanyaku dengan cemas.

Mereka berdua menganggukan kepala mereka.

"Andwe! Kalian harus segera menyelamatkan Taehyung! Kalian harus segera mencari tahu dimana keberadaan Taehyung sebelum semua terlambat!" sahutku dengan sedikit berteriak.

Jungkook refleks membungkam mulutku. "Jangan keras-keras! Bagaimana jika sang pelaku sedang berkeliaran di sekitar sini?"

"Awalnya aku sangat penasaran. Namun, setelah mendengar penjelasanmu kepada Jungkook bahwa Taehyung hwanja bisa melihat dan berkomunikasi dengan para arwah yang bergentayangan, semua menjadi masuk akal. Pasti arwah Kim Seokjin mendatangi Taehyung hwanja dan meminta bantuan Taehyung hwanja untuk balas dendam. Tapi anehnya, mengapa Taehyung hwanja harus bertanya-tanya tentang Seokjin ssaem? Bukankah seharusnya ia bisa mengetahui lebih detail dari cerita arwah Seokjin ssaem?" sahut Hoseok ganhosa.

"Apakah ia menjadi arwah penasaran? Ia lupa akan kematiannya makanya ia meminta tolong Taehyung mencari tahu?" sahutku.

"Apa ada arwah yang lupa ingatan?" tanya Jungkook.

Aku menganggukan kepalaku. "Aku ikut klub pencinta alam gaib ketika aku SMA, dan kudengar ada arwah yang penasaran dan bergentayangan karena tidak tahu jati dirinya dan penyebab kematiannya."

"Kau mengikuti klub mengerika seperti itu tapi kau sepenakut ini? Kau memang aneh, hyeong... Ckckck..." sahut Jungkook sambil menggelengkan kepalanya dan menatapku dengan terkejut.

"Aku penakut tapi dulu aku sering penasaran dengan hal-hal gaib..." sahutku.

"Bisa jadi. Itu masuk akal! Ucapan Jimin hwanja masuk akal, Jungkook ah.." sahut Hoseok ganhosa.

"Lalu... Sekarang kita harus segera berpikir dengan cermat dan cepat, kira-kira dimana sang pelaku menyembunyikan Taehyung-sshi saat ini?" sahut Jungkook.

"Apakah mungkin di rumah Kim Namjoon? Kemarin sore Namjoon pulang ke rumahnya karena anemianya mulai membaik katanya." sahut Hoseok ganhosa.

Hoseok ganhosa dan Jungkook sudah menceritakan juga tadi padaku mengenai Kim Namjoon yang merupakan pasien disini sekaligus anak pemilik rumah sakit ini dan merupakan adik dari Kim Seokjin.

"Mengapa Taehyung bisa secara tidak sengaja mengenalnya? Jika saja Taehyung tidak mengenal Namjoon-sshi, pasti ia tidak akan bertanya apa-apa mengenai Kim Seokjin dan tidak akan terlibat bahaya seperti ini!" sahutku.

"Kurasa, Kim Namjoon langsung memberitahu sang pelaku hari itu juga dan mereka segera bergerak sebelum Taehyung hwanja mengorek informasi lebih lanjut." sahut Hoseok ganhosa.

"Hyeong.. Kurasa sekarang juga kita harus segera mengamankan Jimin hyeong. Entah mengapa perasaanku tidak enak. Bagaimana jika sang pelaku mengincar Jimin hyeong juga karena ia menyangka Taehyung-sshi menceritakan hal ini juga kepada Jimin hyeong?" sahut Jungkook.

"Ucapanmu masuk akal. Araseo. Aku akan mengalihkan perhatian para perawat yang bertugas di lantai enam ini. Kau bawa Jimin hwanja lewat lift belakang ke ruangan yang kita bahas tadi sore. Ia sudah menunggu kita disana sekarang." sahut Hoseok ganhosa.

"Ia? Siapa?" tanyaku.

"Dokter yang kubilang padamu membantuku mendapatkan pekerjaan disini." sahut Jungkook.

.

.

.

AUTHOR POV

Jimin dan Jungkook bergegas masuk ke dalam ruangan meeting di lantai tujuh itu.

Lee Seunggi sudah duduk di salah satu kursi di dalam ruangan itu.

"Baguslah kalian bisa tiba disini dengan selamat." sahut Seunggi. "Mana Jung Hoseok?"

"Ia akan segera menyusul kesini, ssaem." sahut Jungkook.

Jimin menatap Seunggi dengan kebingungan.

"Kau.. Bukankah kau dokter yang bertugas di lab? Yang tadi mewakili management rumah sakit ketika kita meeting membahas hilangnya Taehyung?" tanya Jimin.

"Majjayo.." sahut Seunggi.

"Mengapa ia bisa terlibat denganmu? Bukankah ia berada di posisi memihak rumah sakit?" tanya Jimin sambil menatap Jungkook.

Jungkook menggelengkan kepalanya. "Aniya... Ia sama sepertiku. Ia juga anggota kepolisian yang ditugaskan menjadi mata-mata di rumah sakit ini untuk mengurus kasus kebakaran rumah sakit ini yang terjadi sepuluh tahun yang lalu."

"Seunggi ssaem sangat cerdas. Makanya dengan aktingnya yang meyakinkan dan kinerjanya yang sangat bagus disini, hanya dalam waktu tiga tahun setelah ia bekerja disini, ia dipercaya management Bighit Hospital untuk menjadi wakil management dari Bighit Hospital." sahut Hoseok yang baru saja masuk ke ruangan itu beberapa saat yang lalu.

"Kita butuh orang yang bisa dipercayai oleh management rumah sakit jika kita ingin bisa mendapatkan informasi yang sangat akurat mengenai penyelidikan kasus ini." sahut Seunggi. "Dan aku sudah setahun belakangan ini mengorek banyak informasi untuk dilaporkan kepada pemimpin kepolisian. Ada banyak bukti yang bisa kutunjukkan untuk memenangkan kasus ini di pengadilan."

"Masalahnya sekarang adalah sahabatmu yang ceroboh itu. Kasus ini jadi runyam karena sahabatmu berusaha mengorek lebih jauh tentang kematian Seokjin ssaem." sahut Jungkook sambil menatap Jimin. "Sekarang, ia justru menjadi tahanan yang kami takutkan akan segera dibunuh oleh sang pelaku."

"Seunggi saaem, kumohon... Selamatkan Taehyung." sahut Jimin dengan tatapan memelas.

.

.

.

Yoongi berdiri sambil menatap Taehyung yang terbaring pulas di atas kasur di ruangan berdebu itu.

"Mianhae, imma..." sahut Yoongi sambil menatap wajah Taehyung yang terlelap akibat obat tidur yang ia suntikan ke tubuh Taehyung tadi. "Jika kau tidak mengorek-ngorek banyak informasi, kau tidak akan bernasib sesial ini! Bukankah aku sudah mengatakan padamu, kau bisa pulang ke rumah dalam waktu kurang dari dua minggu lagi?"

Tentu saja, Taehyung tidak bisa mendengar apapun yang Yoongi ucapkan karena Taehyung sudah terlelap sangat pulas.

"Mengapa tiba-tiba kau membahas masalah Jin hyeong, Heejin noona, dan juga Jeon Somi? Darimana sebenarnya kau mendapatkan informasi tentang mereka? Siapa kau sebenarnya?" tanya Yoongi sambil mengernyitkan keningnya dan mengusap pipi Taehyung.

"Sebelum aku menghabisimu, aku harus mencari tahu terlebih dahulu darimana kau mengetahui tentang mereka bertiga... Setelah kau menjawab semua pertanyaanku, aku baru akan membunuhmu dan melemparkan tubuhmu ke bawah sana.. Membuatnya seolah menjadi kasus bunuh diri..." sahut Yoongi sambil menyeringai. "Seperti yang kulakukan kepada Kim Seokjin dua setengah tahun yang lalu..."

.

.

.

"Ini rekaman CCTV yang berhasil kudapatkan secara diam-diam dari ruang kerja Kim hoejang." sahut Seunggi sambil menunjukkan sebuah usb.

"Kim hoejang? Ayah Namjoon?" tanya Hoseok.

Seunggi menganggukan kepalanya.

"Kau memang hebat, ssaem! Aku salut padamu!" sahut Hoseok sambil menatap Seunggi dengan penuh kekaguman.

Seunggi mencolokan usb itu ke laptopnya dan video itupun terputar.

Video yang berisikan kejadian dimana Yoongi dan Jin sedang berduaan saja di atas roof garden Bighit Hospital malam itu.

Mereka terlihat bergelut dan berdebat untuk beberapa saat lamanya.

Dan kejadian itupun akhirnya terlihat.

Ketika Yoongi mendorong tubuh Jin dari atas sana. Lalu Yoongi segera berlari meninggalkan tempat itu. Membiarkan tubuh Jin terkapar hancur tak bernyawa di bawah sana.

Hoseok, Jungkook, dan Jimin tercengang sambil bergidik ngeri.

"Jadi benar... Yoongi ssaem pelaku yang membunuh Seokjin ssaem?" sahut Hoseok.

"Ia... Sangat mengerikan..." sahut Jungkook.

"Padahal ia sangat baik terhadapku.. Tak kusangka memang benar ia pelakunya... Sesuai dugaan kita selama ini.." sahut Hoseok, masih dengan ekspresi sangat terkejut.

"Kalau begitu kita harus cepat bergerak... Sebelum nyawa Taehyung melayang di tangan psikopat sialan itu..." pinta Jimin dengan nada memelas.

Tubuh Jimin langsung terasa lemas ketika melihat kekejian yang Yoongi lakukan kepada Jin. Jimin berharap, nasib Taehyung tidak setragis nasib Jin.

Seunggi menatap Jimin.

"Tenang saja... Yoongi ssaem belum bertindak macam-macam." sahut Seunggi.

"Bagaimana kau tahu, ssaem?" tanya Hoseok.

Seunggi tersenyum. Sebuah senyuman penuh arti.

.

.

.

"Arrrrghhhhhhh!" Taehyung mengerang kesakitan ketika sayatan kecil itu menggores pipinya.

"Katakan padaku dengan sejelas-jelasnya... Darimana kau mengetahui informasi mengenai Kim Seokjin, Jang Heejin, dan Jeon Somi?" sahut Yoongi sambil menatap tajam ke arah Taehyung. Menikmati tetesan darah segar yang keluar dari balik kulit pipi Taehyung.

"Mengapa kau mengurungku disini? Darimana kau tahu aku mengetahui informasi mengenai ketiga orang itu? Dari Namjoon hyeong?" tanya Taehyung sambil menahan rasa perih di pipinya.

"Jawab saja pertanyaanku, imma!" bentak Yoongi sambil menatap Taehyung.

"Aku akan mendengarkan penjelasanmu dulu baru aku akan memberitahu darimana aku tahu mengenai mereka!" sahut Taehyung.

Mengapa Taehyung melakukan itu? Mengapa Taehyung bersikeras harus mendengarkan apa penjelasan Yoongi?

Karena Taehyung bisa melihat... Sosok Kim Seokjin dan Jeon Somi ada di dalam ruangan itu. Berdiri tepat di samping kasur Taehyung.

Taehyung mendengar mereka berdua berkata akan menakut-nakuti Yoongi dan membantu Taehyung bebas dari sana, namun Taehyung menggelengkan kepalanya.

Bagi Taehyung, penjelasan Yoongi akan menjawab semua pertanyaan yang selama ini membuat Jin dan Somi tidak bisa merasa tenang.

Makanya, Taehyung bertahan dengan rasa pedih akibat sayatan di pipinya itu demi mendengar penjelasan yang akan membuat Jin dan Somi bisa dengan tenang kembali ke alamnya.

Lagipula Taehyung tahu, biasanya dokter bedah tidak akan takut dengan hantu. Bagaimana jika kemunculan Jin dan Somi dihadapan Yoongi justru akan membuat semua menjadi runyam seketika?

"Toh.. Cepat atau lambat kau akan membunuhku juga kan? Setidaknya, aku ingin mendengarkan semua penjelasanmu dulu sebelum kau membunuhku. Agar aku tidak menjadi arwah penasaran yang bergentayangan di rumah sakit ini dan menghantui ruang praktekmu." sahut Taehyung sambil menatap Yoongi dengan tajam.

"Kau tidak takut mati rupanya?" sahut Yoongi. "Aigoo... Melihat keberanianmu ini, kurasa seharusnya kau mati saja dulu di bus itu bersama teman-temanmu. Mengapa kau harus mati di tanganku?"

"Jika aku memelas, menangis, dan memohon padamu pun, kau tidak akan melepaskanku kan? Jadi, untuk apa aku melakukan sesuatu yang aku tahu hasilnya akan sia-sia?" tanya Taehyung.

"Whoaaa... Aku sangat suka dengan pendirian dan pemikiranmu, imma! Sayang sekali kau terlalu banyak tahu sesuatu yang seharusnya tidak kau ketahui. Andai saja kau tidak mengetahui apa-apa, aku ingin sekali menjadikanmu sebagai adikku. Jinjja.." sahut Yoongi.

"Katakan padaku. Apa hubunganmu dengan Namjoon hyeong? Hanya ia satu-satunya yang tahu bahwa aku mengetahui tentang Kim Seokjin, Jang Heejin, dan Jeon Somi." sahut Taehyung. "Dan mengapa kau berniat membunuhku disini?"

"Ceritanya panjang. Waktu kita juga masih cukup panjang." sahut Yoongi sambil menarik sebuah kursi yang agak berdebu, lalu duduk di kursi itu, tepat di sebelah kasur tempat Taehyung terikat.

"Haruskah kuceritakan dari awal? Dimana semua ini bermula?" sahut Yoongi.

"Terserah." sahut Taehyung sambil menatap ke arah Jin dan Somi, memastikan mereka berdua harus ada disana untuk mendengarkan penjelasan Yoongi.

"Sepuluh tahun yang lalu, saudara kembarku yang bernama Min Suga kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit ini. Saat itu kami duduk di kelas 3 SMP. Setelah dinyatakan lulus, Suga berlibur dengan beberapa teman dekat kami. Aku tidak ikut karena aku sedang asik menonton sebuah drama seri tentang pembunuhan berantai dan kebetulan saat itu aku sedang flu dan demam karena kelelahan menghadapi ujian kelulusan.

Sebenarnya, kecelakaannya tidak terlalu parah. Aku rasa, operasi itu adalah operasi menengah ke arah ringan. Sama sekali bukan operasi besar. Tingkat kesuksesan operasi itu delapan puluh persen.

Tapi kau tahu apa yang mereka katakan ketika keluar dari ruang operasi? Suga meninggal di tengah proses operasi." sahut Yoongi.

Taehyung terus berusaha mendengarkan. Begitu juga dengan Jin dan Somi.

"Aku bukanlah anak yang bodoh. Aku tahu kondisi Suga tidak terlalu kritis ketika memasuki ruang operasi. Appa dan eomma hanya bisa menangis tanpa mempertanyakan kematian Suga lebih jelas, tapi tidak denganku. Ketimbang menangis dan melepas kepergian Suga, aku terus mendatangi rumah sakit itu setiap hari untuk menemui pihak management dan meminta kejelasan mengenai kematian Suga.

Appa dan eomma jadi sering memarahiku karena pihak rumah sakit berkali-kali komplain kepada orang tuaku karena aku terus mendatangi rumah sakit. Saat itulah aku jadi membenci kedua prang tuaku. Bagaimana bisa mereka sepasrah itu menerima kematian Suga padahal kematiannya tidak masuk akal? Mereka tidak pantas disebut sebagai orang tua! Cih!

Sampai akhirnya, suatu hari ketika aku sedang berjalan menuju ruang dokter yang mengoperasi Suga waktu itu, secara tidak sengaja aku mendengar percakapannya dengan kepala rumah sakit ini. Bahwa ternyata itu malpraktek. Dokter bedah itu melakukan kesalahan fatal di ruang operasi, dan meminta semua pihak rumah sakit untuk tutup mulut dan mengatakan bahwa kematian Suga murni karena kondisinya." sahut Yoongi.

Taehyung terbelalak.

"Aku mengamuk. Namun semua orang disana mengabaikanku. Aku bahkan menceritakan pada kedua orang tuaku, tapi apa reaksi mereka? Mereka berkata sudah waktunya bagiku melepaskan kepergian Suga dan berhenti berbuat onar! Karena aku masih kecil saat itu? Mereka meremehkanku dan pihak rumah sakit mengatakan aku tidak punya bukti apapun untuk menuntut mereka. Karena aku hanya seorang bocah remaja ingusan saat itu, mereka semua meremehkan protes yang kulakukan. Mereka justru bersikap seolah tidak berdosa sama sekali.

Disitulah... Apa yang kupelajari dari drama pembunuhan berantai itu tiba-tiba merasuki. Karena dendam pada pihak rumah sakit, pada suatu malam aku menyelundup. Dengan tubuh kecilku ini, aku sangat mudah menyelinap masuk. Apalagi, saat itu rumah sakit ini masih kecil, belum sebesar ini. Hanya terdiri dari tiga lantai dan jumlah kamarnya hanya sedikit.

Aku mematikan semua arus listrik di rumah sakit ini. Para pasien yang butuh sokongan alat bantu yang menggunakan listrik otomatis akan mati karena tidak mendapat bantuan dari alat-alat tersebut.

Dan untuk para pasien yang hanya membutuhkan bantuan infus, aku membunuh mereka satu per satu dengan sayatan pisau dan pukulan palu yang kubawa saat itu." Wajah Yoongi terlihat sangat mengerikan saat menceritakan kejadian itu.

"Aku bahkan membunuh hampir semua perawat dan dokter di rumah sakit ini. Kau pasti bingung bagaimana aku melakukannya seorang diri kan? Aku ini cerdas, jadi aku melakukannya dengan sangat berhati-hati dan cekatan hingga kamar sebelah saja tidak sadar aku sedang melakukan pembataian di kamar itu.

Sampai akhirnya, aku berhadapan langsung dengan pemilik Bighit Hospital ini. Kebetulan ia ternyata belum pulang malam itu dan ia langsung berlutut di hadapanku ketika aku hendak membunuhnya. Ia meminta agar aku menyelamatkannya. Ia berjanji akan melakukan apapun untukku asalkan aku tidak membunuhnya.

Akhirnya kami membuat kesepakatan. Sebagai gantinya, ia harus membakar rumah sakit itu agar kasus pembantaian yang kulakukan malam itu tidak diketahui publik. Makanya rumah sakit itu mengalami kebakaran hebat sepuluh tahun yang lalu. Hanya aku dan Kim hoejang yang selamat dari peristiwa itu.

Aku juga berjanji akan diam dan tidak menuntutnya atas kematian Suga asalkan ia berjanji tidak akan melaporkanku ke pihak kepolisian. Dari situlah semua berawal." sahut Yoongi.

Taehyung bergidik ngeri. Tidak menyangka bahwa Yoongi sebejat dan semengerikan itu.

"Akhirnya Kim hoejang membiayaiku kuliah kedokteran hingga lulus dan aku menjadi dokter di rumah sakit ini. Ia yang mensupport semua kubutuhan dana keluargaku sejak kejadian itu. Aku pun bekerja di rumah sakit ini dengan sangat baik karena supportnya.

Kim hoejang bahkan menjanjikanku posisi sebagai wakil pemilik rumah sakit ini. Karena yang akan mewarisi rumah sakit ini adalah anaknya yang bernama Kim Seokjin itu." sahut Yoongi.

Jin terbelalak ketika mendengar namanya mulai disebutkan.

"Namun, tiba-tiba empat tahun yang lalu seorang kepala perawat bernama Jang Heejin bercerai dengan suaminya. Dan enam bulan kemudian Heejin ganhosa berkencan dengan Jin hyeong setelah Jin hyeong mengutarakan perasaannya pada Heejin ganhosa.

Kim hoejang tidak terima anaknya berkencan dengan janda satu anak, apalagi wanita itu usianya sangat jauh diatas Jin. Kim hoejang berpendapat, Heejin ganhosa sengaja mendekati Jin hyeong karena mengincar harta yang dimiliki Jin semata.

Mereka berdua dipaksa berpisah, namun diam-diam mereka masih berkencan. Akhirnya kesabaran Kim hoejang habis. Pada suatu malam, ia menyuruhku membunuh Heejin ganhosa dengan hati-hati dan ia akan menjadikan pembunuhan itu sebagai kasus bunuh diri.

Awalnya, setelah kematian Heejin ganhosa, Jin hyeong sangat terpukul namun ia masih percaya bahwa itu adalah kasus bunuh diri. Sampai akhirnya entah bagaimana Jin hyeong tahu bahwa kematian Heejin ganhosa bukan karena bunuh diri namun karena aku yang membunuhnya atas perintah ayahnya.

Jin hyeong mengamuk dan mengancam ayahnya akan membawa kasus ini ke pengadilan setelah ia berhasil mengumpulkan semua bukti yang ada. Tentu saja aku juga mengancam Kim hoejang bahwa jika masalah ini sampai ke ranah hukum dan namaku terseret, aku akan mengahncurkan rumah sakit ini tanpa sisa.

Kim hoejang mulai kecewa dengan tindakan anak sulungnya yang memilih memenjarakan ayahnya demi kekasihnya yang lebih tua itu. Jadi, akhirnya Kim hoejang memintaku melenyapkan Jin hyeong dengan janji akan menjadikanku ahli warisnya untuk mewarisi rumah sakit ini.

Awalnya, aku berusaha menasihati Jin hyeong agar menghentikan tuntutannya dan menutup kasus Heejin ganhosa sebagai kasus bunuh diri saja. Namun Jin hyeong bersikeras tetap akan membawaku dan Kim hoejang ke pengadilan.

Akhirnya, aku terpaksa mendorongnya dari roof garden malam itu setelah kami berdebat hebat. Itulah kejadian akan kematian yang kau pertanyakan, Kim Taehyung." sahut Yoongi.

Jin terbelalak sangat lebar ketika akhirnya kenyataan yang selama ini dicarinya terungkap saat itu.

Taehyung pun tercengang mendengar cerita Yoongi.

"Kau setega itu?" sahut Taehyung.

"Sejak Suga meninggal di ruang operasi sore itu, saat itu juga jiwa kemanusiaanku ikut mati bersamanya." sahut Yoongi dengan ekspresi dingin di wajahnya.

Taehyung bergidik.

"Haruskah ia kubunuh saat ini juga?" sahut Jin sambil menatap sangat tajam penuh amarah ke arah Yoongi. Kematiannya yang sangat tidak adil itu membuatnya begitu ingin membawa Yoongi ke alam maut bersamanya.

"Kematianku belum dijawab olehnya..." sahut Somi.

Jin terdiam.

"Bukankah masih ada Namjoon hyeong? Mengapa ia menjanjikan rumah sakit itu untukmu?" tanya Taehyung sambil terus menahan perih akibat luka di pipinya.

Yoongi menatap Taehyung. "Kau bodoh? Ia terkena anemia akut! Jangankan untuk mewarisi rumah sakit ini! Mengurus hal-hal kecil saja ia akan sangat kerepotan. Dan ayahnya tahu betul akan hal itu. Makanya Namjoon hanya akan dijadikan sebagai wakilku. Aku yang akan segera memimpin rumah sakit ini setelah Kim hoejang pensiun!"

"Apa... Namjoon hyeong tahu kau yang membunuh Jin hyeong dan Heejin ganhosa?" tanya Taehyung.

"Awalnya tidak. Tapi tiba-tiba saja akhirnya ia mengetahui bahwa aku membuat kesepakatan dengan ayahnya. Ia tahu aku yang membunuh Heejin ganhosa dan Jin hyeong atas perintah ayahnya. ia pun sangat membenciku dan ayahnya.

Apalagi, Namjoon juga tahu bahwa setelah rumah sakit ini terbakar sepuluh tahun lalu, ayahnya pergi ke seorang dukun terkenal dan meminta agar semua kesialan yang pernah terjadi itu menjauh darinya. Kim hoejang meminta bantuan dukun untuk memperbesar bisnis rumah sakitnya ini. Dan sebagai imbalannya, Kim hoejang harus mendapatkan tumbal setiap kali roh kegelapan yang membuat rumah sakit ini berkembang pesat butuh makanan, yaitu jiwa manusia.

Dan kau tahu? Sebelum kecelakaan yang menimpamu dan teman satu busmu itu itu terjadi, langit berubah menjadi gelap dan hujan deras turun, ya kan?" tanya Yoongi.

Taehyung menganggukan kepalanya. "Majjayo.."

"Itulah saat dimana sang roh kegelapan yang menjaga rumah sakit ini butuh tumbal. Dan kecelakaan yang menimpa bus yang kau naiki itu bukanlah kecelakaan biasa. Itu adalah saat dimana sang roh meminta tumbal dan bus kalian yang kebetulan lewat tak jauh dari sini yang menjadi sasarannya. Herannya, ada dua orang yang selamat dari kecelakaan itu, padahal biasanya hampir tidak ada yang bisa selamat dari kejadian itu." sahut Yoongi.

Taehyung terbelalak. "Jadi, kematian mereka adalah akibat perjanjian yang dibuat ayah Namjoon dengan dukun itu?"

Yoongi menganggukan kepalanya. "Benar sekali. Makanya sangat kusayangkan. Seharusnya kau bisa selamat dari kecelakaan itu dan pulang ke rumah.. Tapi kau terlalu banyak tahu dan harus berakhir dengan tragis disini... Ckckckck..."

Taehyung merasa dadanya sesak seketika. Ternyata itu bukan kecelakaan biasa!

"Lalu.. Jeon Somi... Mengapa ia meninggal disini?" tanya Taehyung ketika Somi terus memohon padanya untuk bertanya.

"Ah! Siswi tabrak lari itu? Hahahaha..." sahut Yoongi dengan tawa yang mengerikan di wajahnya.

"Mobil Namjoon tidak sengaja menabraknya sekitar dua tahun yang lalu. Saat itu Namjoon sedang ingin menemuiku di rumah sakit ini untuk mengancamku, makanya ia menyetir dengan penuh amarah setelah mengetahui kenyataan bahwa akulah yang telah membunuh Jin hyeong dan Heejin ganhosa. Saat itulah ia menabrak Jeon Somi dan karena ketakutan, Namjoon langsung menuju kesini dan menemuiku untuk meminta tolong karena ia telah menabrak seseorang.

Siapa sangka, ternyata ada orang yang menemukannya terkapar di jalan, lalu menghubungi UGD rumah sakit kami sehingga Jeon Somi dibawa ke UGD disini untuk diobati. Namjoon sangat panik ketika melihat siswi itu ada di UGD Bighit Hospital. Namjoon langsung memohon padaku untuk tidak menolong nyawanya. Ia takut siswi itu mengenali mobilnya dan Namjoon akan dipenjarakan akibat kelalaiannya itu.

Jadi, aku diam-diam menghampiri siswi itu dan menyuntikan sebuah obat yang membuatnya meninggal seketika. Sejak saat itulah, Namjoon berhutang padaku dan ia jadi baik kepadaku. Karena aku kini juga memegang kunci rahasianya. Ia memaafkanku karena telah membunuh kakaknya, dan aku berjanji akan merahasiakan kejadian itu sampai kapanpun." sahut Yoongi.

Kini, giliran Somi yang menatap tajam ke arah Yoongi.

"Ia memang bajingan keparat!" sahut Somi dengan ekspresi penuh amarah.

Yoongi pun menatap tajam ke arah Taehyung. "Kini giliranmu bercerita, darimana kau mengenal mereka? Siapa kau sebenarnya?"

"Setelah kau mengoperasiku akibat kecelakaan bus itu, aku jadi aneh. Aku bisa melihat semua arwah yang bergentayangan di rumah sakit ini. Termasuk arwah Kim Seokjin, Jang Heejin, dan Jeon Somi." sahut Taehyung.

Yoongi tertawa. "Hahahaha! Cih.. Kau pikir aku ini bodoh dan bisa mempercayaimu? Katakan yang sebenarnya, imma!"

CES~

Pisau itu kembali menggores wajah tampan milik Taehyung.

"ARRRGHHHHHHHHHHHHHH..." Taehyung kembali mengerang kesakitan.

"Katakan yang sebenarnya!" sahut Yoongi dengan nada tinggi.

"Aku berbicara yang sebenarnya!" sahut Taehyung. "Mereka berdua bahkan ada di ruangan ini sejak tadi dan mereka mendengarkan semua ucapanmu!"

Tiba-tiba saja Jin dan Somi menunjukkan wujud mereka di hadapan Yoongi.

Yoongi refleks terjatuh duduk di atas lantai, kedua bola matanya membulat dengan sempurna ketika melihat dua sosok mengerikan itu tengah menatapnya dengan tatapan penuh dendam.

Pisau itu terpental cukup jauh dari tempat Yoongi terduduk.

Dan ketika sosok Jin dan Somi semakin mendekat ke arah Yoongi untuk mencekik leher Yoongi, tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka.

GUBRAK!

Hoseok, Jungkook, Seunggi, dan beberapa anggota kepolisian lainnya langsung masuk ke dalam ruangan itu dengan memabwa pistol di tangan mereka.

"Angkat tanganmu, Min Yoongi! Kau kami tangkap atas kasus pembunuhan dan percobaan pembunuhan!" sahut Hoseok.

"Jung.. Hoseok?" Yoongi terbelalak melihat Hoseok mengacungkan pistol ke arahnya. "Jadi kau..."

"Majjayo. Aku anggota kepolisian yang menyamar menjadi perawat disini untuk membekukmu, Min Yoongi keparat!" sahut Hoseok.

"Kau juga, ssaem?" Yoongi terbelalak menatap Seunggi.

"Namjoon-sshi dan Kim hoejang sudah terlebih dulu kami tahan dan sekarang berada di ruang tahanan. Kau tidak akan bisa mengelak lagi. Kami bahkan sudah mendapatkan kesaksian secara cuma-cuma darimu baru saja." sahut Seunggi dengan senyum kemenangan di wajahnya.

"Apa maksudmu?" tanya Yoongi.

"Kau ingat pulpen yang kuberikan padamu siang tadi seusai rapat? Itu bukan pemberian Kim hoejang, tapi hadiahku untukmu. Di dalam pulpen itu terdapat GPS untuk melacak lokasimu dan bahkan pulpen itu juga menyala sejak tadi dan merekam semua ucapanmu." sahut Seunggi.

"Yaishhhh! Keparat kau, Lee Seunggi!" Yoongi berteriak kesal ketika menyadari pulpen itu masih ada di saku bajunya sejak tadi.

"Ide yang sangat bagus, ssaem! Aku sangat salut padamu!" sahut Jungkook sambil menepuk bahu Seunggi.

Yoongi pun akhirnya berhasil ditangkap dan dibawa ke penjara saat itu juga.

Hoseok dan Jungkook segera membuka ikatan di tubuh Taehyung dan membawa Taehyung kembali ke kamar tempatnya dirawat. Jimin sudah menunggu sejak tadi di dalam kamar itu.

Luka di wajah Taehyung segera diobati dan akhirnya malam itu semuanya berakhir dengan sangat baik.

"Dahengiya... Syukurlah kau selamat, imma!" sahut Jimin sambil menangis ketika melihat Taehyung berhasil diselamatkan.

"Gumawo, Hoseok ganhosa... Selama ini kukira kau orang jahat yang menyembunyikan kematian Kim Seokjin.. Ternyata kau berusaha melindungiku... Mian, karena dengan cerobohnya aku membuka mulutku dan tak mendengarkan ucapanmu.." sahut Taehyung sambil menatap wajah Hoseok.

Hoseok tersenyum dan menganggukan kepalanya. "Beristirahatlah..."

"Katakan juga pada Seunggi ssaem dan Jungkook-sshi, terima kasih banyak..." sahut Taehyung.

.

.

.

Keesokan malamnya, Taehyung terbangun.

Jimin sedang terlelap pulas di atas kasurnya.

Tiba-tiba saja, ketiga sosok itu muncul dihadapan Taehyung.

Kim Seokjin, Jang Heejin, dan anak kecil yang dilihat Taehyung di lorong lantai enam waktu itu.

Namun kali ini, wujud ketiganya terlihat normal tanpa luka sedikitpun. Hanya saja kulit mereka berwarna putih sangat pucat.

"Terima kasih sudah mencari tahu tentang kematian dan identitasku..." sahut Jin sambil tersenyum.

"Terima kasih sudah membalaskan dendamku dan anakku. Anakku juga meninggal karena dibunuh oleh Min Yoongi setelah ia membunuhku malam itu." sahut Heejin, kali ini ia tersenyum sangat manis sambil menatap Taehyung.

Sosok anak kecil itu juga tersenyum manis ke arah Taehyung. "Gumawo, ahjussi~"

"Kalian akan kembali ke alam kalian dengan tenang sekarang?" tanya Taehyung.

Mereka bertiga menganggukan kepalanya.

Sambil tersenyum, ketiga sosok itu pun menghilang.

Dan sosok Jeon Somi kini muncul dihadapan Taehyung dengan sangat cantik tanpa luka di tubuhnya.

"Aku juga mau berterima kasih padamu. Terima kasih sudah mencari tahu siapa yang menabrak dan membunuhku.. Terima kasih sudah membalaskan dendamku dengan memasukkan mereka ke dalam penjara..." sahut Somi sambil tersenyum.

Taehyung tersenyum dan menganggukan kepalanya.

"Aku akan kembali dengan tenang ke alamku.. Gumawo.." sahut Somi sambil melambaikan tangannya. Sosok Somi pun menghilang.

Kini Taehyung menatap ke arah Taesoon yang tengah terduduk di samping Taehyung. "Kalau kau... Akan tetap disini menemani oppa, ya kan?"

Taesoon tersenyum dan menganggukan kepalanya. "Majjayo, oppa~ Aku akan terus menemani oppa dan mengikuti oppa kemanapun oppa melangkah~ Aku bangga padamu karena sudah membantu mereka, oppa..."

Taehyung meneteskan air matanya. Air mata haru. "Aku baru tahu, ternyata membantu para hantu itu ternyata cukup menyenangkan rasanya."

"Tenang saja, oppa~ Kau masih akan punya sangat banyak waktu untuk menolong para arwah penasaran lainnya kedepannya~ Hehehe~" sahut Taesoon.

Taehyung terdiam. Air matanya berhenti menetes. "Aniya! Shiro! Aku tidak akan lagi mau terlibat dengan para makhluk menyeramkan itu! Oppa hanya akan berbicara denganmu saja!"

Taesoon tertawa kecil. "Araseo, oppa~ Hehehe~"

.

-END-

NOTE: END. AKHIRNYA END :)

Semoga kalian suka dengan FF ini juga ya :)

Dan dengan selesainya FF ini, saya memutuskan juga untuk hiatus dalam dunia per-author-an dikarenakan semakin banyak kesibukan yang harus saya kerjakan kedepannya :)

Bahkan, bisa jadi saya mungkin tidak akan menulis cerita lagi kedepannya :)

Terima kasih untuk semua support, semangat, dukungan, masukan, review, dan komen2 kalian :) Terima kasih untuk semua pihak yang setia menemani saya selama saya menjadi author di FFN dan Wattpad /deep bows/

Semoga kita semua sehat dan sukses selalu ya :) SARANGHAE, YEOREOBUN {}

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top