CHAPTER 13
Title: MYSTERY OF BIGHIT HOSPITAL
Cast: Yoongi, Hoseok, Taehyung, Namjoon, Jimin, Jin, Jungkook
Lenght: Chapter Part
Rating: 15+
Author: Tae-V [Twitter KTH_V95]
.
CHAPTER 13
.
TAEHYUNG POV
Aku masih terjaga padahal ini sudah pukul 11.20 PM.
Ucapan Jimin benar-benar menggangguku.
Jungkook, penjaga perpustakaan itu.. Mengapa ia mengenal Kim Seokjin juga?
Ada apa sebenarnya?
Dan.. Mengapa Jungkook itu tahu aku mengenal Kim Seokjin?
Bukankah aku hanya bertanya pada Hoseok ganhosa?
Apakah... Jungkook mengetahui dari Hoseok ganhosa?
Lalu.. Untuk apa Hoseok ganhosa memberitahu Jungkook kalau aku mengenal Kim Seokjin?
Apa... Ada keterlibatan antara Hoseok ganhosa dan Jungkook mengenai kematian Kim Seokjin?
Tapi... Bukankah Hoseok ganhosa bilang, Kim Seokjin sudah meninggal sebelum ia bekerja disini?
Jimin juga pernah bercerita, penjaga perpustakaan itu juga baru bekerja belum lama di rumah sakit ini...
Lalu.. Apa hubungannya antara mereka berdua dengan kematian Kim Seokjin?
Tiba-tiba sebuah suara yang sangat lembut mengejutkanku.
"Waeyo, oppa? Mengapa kau belum tidur?"
Aku menoleh ke sampingku.
Taesoon tengah terduduk di kursi di samping kasurku.
Aku refleks tersenyum ketika melihat Taesoon ada disana.
"Kau datang lagi, Taesoon ah?" sahutku.
Taesoon tersenyum dan menganggukan kepalanya.
Aku ikut tersenyum menatapnya.
"Kau kenapa, oppa? Seperti ada banyak pikiran yang mengganggumu.." sahut Taesoon.
"Gwenchana.. Oppa hanya sering merasa susah tidur akhir-akhir ini.." sahutku.
"Aku akan menemani oppa disini sampai oppa tertidur~" sahutnya.
Aku tersenyum. "Gumawo, Taesoon ah..."
Kami pun berbincang-bincang hingga rasa kantuk itu mendatangiku. Dan malam itu aku tertidur lelap. Sangat lelap.
.
.
.
AUTHOR POV
Yoongi berjalan memasuki ruangan kerjanya.
Baru saja ia duduk di mejanya, tiba-tiba, ponselnya berbunyi.
Yoongi menatap nama yang tertera di ponselnya itu.
Raut mukanya berubah seketika ketika melihat siapa yang menelponnya.
"Ini aku. Ada apa?" sahut Yoongi sambil meletakkan ponsel itu di telinga kirinya.
Yoongi berbincang-bincang beberapa saat lamanya.
Tiba-tiba pintu ruangannya diketuk seseorang.
TOK TOK!
"Yoongi ssaem, kau sudah di dalam sana? Sudah ada tiga orang pasien yang mendaftar." sahut Hoseok dari luar sana.
"Aku sudah kedatangan pasien." sahut Yoongi kepada orang yang tengah berbicara di ponselnya.
Panggilan itu pun terputus.
"Aku sudah di dalam. Masuk saja, Jung Hoseok." sahut Yoongi setengah berteriak.
Hoseok segera membuka pintu ruangan Yoongi dan berjalan masuk ke dalam sambil membawa beberapa data pasien.
"Ini data tiga pasien yang sudah mendaftar." sahut Hoseok sambil menyerahkan data-data itu kepada Yoongi.
"Gumawo, Hoseok ah.." sahut Yoongi sambil mengambil data-data itu dan diletakkan di atas mejanya.
"Kau sudah sarapan, hyeong?" tanya Hoseok.
Yoongi menggelengkan kepalanya.
"Mau sarapan dulu atau langsung menerima pasien? Jam praktekmu baru akan mulai dua puluh menit lagi.. Masih ada waktu kalau kau mau sarapan.." sahut Hoseok.
"Aku sarapan dulu saja kalau begitu. Temani aku ke kantin, Hoseok ah.. Moodku sedang tidak baik. Aku sedang tidak ingin makan sendirian." sahut Yoongi.
"Whoaaaa! Tidak biasanya kau seperti ini, hyeong." Hoseok terkejut mendengar ucapan Yoongi.
"Jadi, kau tidak mau menemaniku?" tanya Yoongi.
"Aniya! Joha... Aku akan menemanimu sarapan. Kebetulan Dohwan hyeong juga sudah datang, biar dia dulu yang mengurus pasien-pasien itu, hehehe~" sahut Hoseok.
"Aigoo... Ckckck..." sahut Yoongi sambil menggelengkan kepalanya.
Mereka berdua pun berjalan menuju kantin di lantai satu untuk sarapan.
.
.
.
Namjoon termenung di dalam kamarnya.
"Sinar matahari pagi ini sangat cerah..." gumamnya sambil berdiri di dekat jendela kamarnya, menatap langit di luar sana.
"Arghhh..." gerutunya. "Aku ingin sekali berjalan-jalan di luar sana. Tapi... Aku bisa pingsan jika terkena sinar matahari secerah ini... Cih..."
Ingatan Namjoon kembali ke saat-saat dimana ia masih kecil.
Ketika usianya berumur empat tahun, ia didiagnosa terkena anemia karena ada masalah dengan faktor genetiknya.
Dan semakin bertambah usianya, anemianya justru semakin akut, bukannya membaik.
Seringkali ia pingsan di sekolah hingga harus dirawat berhari-hari di rumah sakit.
Untung saja ayahnya adalah seorang pemilik rumah sakit, jadi ia tidak kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit.
Namjoon sudah terbiasa tinggal hingga berhari-hari di rumah sakit, sampai semua dokter dan perawat disana hafal dengan semua kebiasaan dan sifat Namjoon.
Namjoon terlihat pemberani dan ceria di luar, namun ia seringkali termenung, bahkan menangis setiap ia sedang sendirian.
Namjoon bahkan tidak memiliki seorangpun teman selain para dokter dan perawat di Bighit Hospital.
Karena tubuhnya yang lemah dan musah jatuh pingsan, hampir tidak ada yang mau berteman dengan Namjoon karena mereka menganggap Namjoon merepotkan.
KLEK~
Suara pintu kamar yang terbuka itu menyadarkan Namjoon dari lamunannya.
"Namjoon hwanja, ayo waktunya sarapan..." sahut Sejeong sambil berjalan masuk membawakan sarapan untuk Namjoon.
"Kan sudah kubilang, biarkan petugas kantin yang mengantarkan kesini, tidak usah repot-repot kau yang membawakannya..." sahut Namjoon.
"Gwenchana~ Toh aku sekalian memeriksa kondisimu pagi ini kan? Hehehe~" sahut Sejeong sambil tersenyum.
Namjoon ikut tersenyum. "Araseo... Gumawo, Sejeong ganhosa..."
Namjoon pun segera berjalan menuju kasurnya dan berbaring di atas kasurnya.
Sejeong segera memeriksa kondisi Namjoon sambil bertanya bagaimana keadaannya pagi itu.
Setelah selesai memeriksa kondisi Namjoon, Sejeong berpamitan dan keluar dari kamar Namjoon.
Sementara Namjoon tengah terduduk di atas kasurnya sambil bersiap memakan sarapannya pagi itu.
Tiba-tiba saja, gorden di dalam kamar Namjoon bergerak-gerak dengan sendirinya, padahal tidak ada angin yang tengah berhembus.
"Apakah karena angin dari AC?" gumam Namjoon sambil menyendok nasi di hadapannya.
DUK!
Sebuah buku yang berada di meja di tengah kamar itu tiba-tiba terjatuh ke lantai.
Namjoon mulai merasakan hawa-hawa yang tidak enak.
Namjoon berusaha mengabaikannya dan fokus memakan sarapan dihadapannya itu.
Tiba-tiba saja sesosok hantu yang cukup mengerikan duduk di sofa panjang yang berada di tengah kamar itu.
Sosok hantu wanita berseragam perawat Bighit Hospital. Di sekujur tubuhnya yang berkulit putih sangat pucat itu penuh luka tusuk dan memar bekas pukulan keras. Baju seragam perawatnya itu bersimbah darah.
Wajahnya penuh luka sayatan yang mengeluarkan darah. Rambutnya yang panjangnya sebahu itu terlihat sangat acak-acakan.
Sosok itu menatap Namjoon dengan tatapan mengerikan, seolah ingin memakan Namjoon hidup-hidup.
Namjoon refleks menekan tombol yang berfungsi untuk memanggil perawat.
Ketika bel itu berbunyi, sosok hantu dihadapan Namjoon itu langsung menghilang seketika.
"Ada apa, hwanjanim?" tanya Sejeong setelah masuk ke dalam kamar Namjoon.
"Uhm... Aku ingin jus jeruk... Apa kau bisa memintanya dari kantin?" sahut Namjoon dengan sedikit gelagapan karena tujuannya menekan bel itu bukan untuk meminta jus tapi meminta bantuan sebelum tubuhnya habis terbunuh oleh hantu yang duduk di sofa itu.
"Jus jeruk? Araseo.. Tunggu sebentar ya, akan kubawakan kesini sebentar lagi~" sahut Sejeong.
Setelah Sejeong berjalan keluar dari kamar itu, Namjoon langsung terkulai lemas di atas kasurnya.
"Mengapa mereka mulai menggangguku akhir-akhir ini?" gumam Namjoon.
.
.
.
"Hyeong... Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Hoseok ketika ia dan Yoongi sedang berjalan dari kantin menuju ke ruang praktek Yoongi.
"Waeyo?" Yoongi menatap Hoseok.
"Selama sarapan tadi, kau terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu..." sahut Hoseok.
"Ah... Hanya perasaanmu saja, imma. Aku tidak sedang memikirkan apa-apa.." sahut Yoongi sambil tersenyum sekilas.
Hoseok menganggukkan kepalanya. "Baguslah kalau tidak ada yang kau pikirkan, hyeong... Kau terlihat semakin kurang istirahat.."
"Eomma belum juga mau pulang ke rumahnya. Aku mana bisa istirahat dengan baik di rumah jika ada ia." sahut Yoongi.
Hoseok menghentikan langkahnya dan menatap Yoongi.
Yoongi ikut menghentikan langkahnya. "Waeyo?"
"Ibumu masih menginap di rumahmu?" tanya Hoseok.
Yoongi menganggukan kepalanya. "Makanya aku jadi kurang istirahat."
"Bukankah seharusnya kau begitu menyayanginya, hyeong? Ayahmu sudah meninggal dua tahun lalu. Wajar saja kalau ibumu kesepian, kan?" tanya Hoseok.
"Ah.. Majjayo.. Ayahku meninggal tak lama setelah kau bergabung di rumah sakit ini ya? Makanya kau tahu betul." sahut Yoongi.
Hoseok menganggukan kepalanya. "Kematiannya berakhir dengan status bunuh diri kan? Mungkin itu yang membuat ibumu jadi rapuh, hyeong. Ia butuh kau untuk menyemangatinya!"
"Aniya. Ia bukan rapuh. Ia pura-pura terlihat rapuh. Agar aku mau merawatnya." sahut Yoongi dengan nada agak kesal.
"Toh.. Ia ibumu, ya kan? Apa salahnya seorang ibu ingin diperhatikan dan dirawat oleh anak satu-satunya?" tanya Hoseok.
"Ia hanya melahirkanku. Itu saja." sahut Yoongi ketus sambil kembali berjalan menuju ruang kerjanya.
Hoseok hanya bisa menghela nafas sambil ikut berjalan menyusul Yoongi.
.
.
.
TAEHYUNG POV
Setelah siang itu aku selesai berlatih berjalan dan sedang berjalan sendirian dari ruang fisioterapi menuju ke kamarku, aku berpapasan dengan seseorang yang tak asing di mataku.
Kami berpapasan lagi-lagi tak jauh di depan ruang fisioterapi.
"Uh? Kau... Bukankah waktu itu yang hampir terjatuh?" tanya pria yang seingatku bernama Kim Namjoon itu.
Aku menghentikan langkahku dan tersenyum. "Majjayo.. Kau Kim Namjoon kan? Yang menolongku waktu itu?"
Ia tersenyum, membuat kedua lesung di pipinya terlihat jelas. "Majjayo. Kau masih mengingatku rupanya?"
"Aku sama sekali tidak pernah mengobrol dengan pasien lainnya selain kau dan teman sekamarku di rumah sakit ini. Tentu saja aku mengingatmu." sahutku.
"Baguslah kalau ada yang mengingatku... Hehehe.." sahutnya sambil tersenyum.
"Waeyo? Mengapa kau berkata begitu?" tanyaku.
"Geunyang.." sahutnya sambil mengangkat kedua alisnya.
Aku memiringkan kepalaku.
"Ah... Ngomong-ngomong, kau belum keluar dari rumah sakit ini sejak waktu itu? Sudah hampir dua minggu yang lalu kan kalau tidak salah?" tanya Namjoon-sshi.
"Majjayo... Tapi kedua kakiku sudah semakin membaik. Yoongi ssaem bilang, seminggu lagi seharusnya aku sudah bisa pulang." sahutku sambil tersenyum.
"Baguslah kalau begitu." sahut Namjoon-sshi sambil tersenyum juga.
"Kalau kau? Sejak waktu itu kau masih terus dirawat disini?" tanyaku.
Bukankah ia hanya anemia? Mengapa lama sekali harus dirawat di rumah sakit?
"Aku sudah sempat pulang, tapi kembali ke rumah sakit ini lagi karena anemiaku kumat lagi." sahutnya.
"Ah, jinjja? Apa anemiamu sudah separah itu?" tanyaku, terkejut mendengar penjelasannya.
Ia menganggukan kepalanya. "Majjayo... Sudah sejak aku berusia empat tahun, anemia ini menyerangku. Dan semakin umurku bertambah, penyakit ini justru semakin akut bukannya semakin membaik."
"Whoaaaa... Sejak usiamu empat tahun? Pasti itu sangat berat untukmu, Namjoon-sshi..." sahutku dengan ekspresi yang menunjukkan perasaan sedih.
Namjoon-sshi tersenyum melihat ekspresi di wajahku. "Hahaha... Aku sudah terbiasa, tenang saja. Tidak perlu bersedih seperti itu. Aigoo.. Bahkan keluargaku saja tidak ada yang mengasihaniku, tapi kau justru sedih mendengar ceritaku?"
Aku terbelalak. "Keluargamu tidak ada yang mengasihanimu? Waeyo?"
"Ayahku pemilik rumah sakit. Kurasa karena itulah ia terbiasa melihat orang sakit, makanya ia biasa saja ketika mengetahui aku sakit..." sahut Namjoon-sshi. Kali ini terlihat jelas, ia memaksakan senyuman di wajahnya itu ketika membahas mengenai ayahnya.
"Ayahmu? Pemilik rumah sakit?" tanyaku, semakin terbelalak.
Ia menganggukan kepalanya.
Tiba-tiba saja, Hoseok ganhosa yang kurasa sedang melintas di dekat tempatku dan Namjoon-sshi berdiri melihat kami dan berjalan menghampiri kami.
"Kim Taehyung hwanja, kau mengenal Namjoon?" tanyanya dengan ekspresi sedikit terkejut.
Aku menganggukan kepalaku. "Majjayo. Waeyo?"
Namjoon-sshi merangkul pundakku sambil tersenyum dan berkata kepada Hoseok ganhosa, "Anggap saja ia temanku, Hoseok ah! Hehehe.."
"Teman? Kalian berteman? Sejak kapan? Mengapa aku tidak tahu?" tanya Hoseok ganhosa dengan ekspresi kebingungan di wajahnya.
Sejujurnya, aku juga bingung.
Pertama, mengapa Namjoon-sshi berkata aku temannya?
Kedua, mengapa Namjoon-sshi memanggil Hoseok ganhosa dengan panggilan non formal?
Ketiga, apa Namjoon-sshi dan Hoseok ganhosa saling kenal dekat?
"Sejak Taehyung-sshi mengingatku padahal kami baru dua kali bertemu. Hehehe.." sahut Namjoon-sshi sambil tersenyum ke arah Hoseok ganhosa. "Aku hebat kan? Bisa mendapatkan teman selain kau disini!"
"Jinjja?" Hoseok ganhosa terbelalak, lalu menatapku. "Whoaaa, Kim Taehyung.. Kau hebat juga! Jarang ada yang bisa berteman dengan anak pemilik Bighit Hospital! Kau mungkin bisa mendapat fasilitas VVIP jika pihak rumah sakit mengetahui kau teman Namjoon!"
Aku kini yang terbelalak.
Apa katanya barusan?
Anak... Pemilik Bighit Hospital?
Kim Namjoon?
Ia... Anak dari pemilik Bighit Hospital?
.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top