CHAPTER 12

Title: MYSTERY OF BIGHIT HOSPITAL

Cast: Yoongi, Hoseok, Taehyung, Namjoon, Jimin, Jin, Jungkook

Lenght: Chapter Part

Rating: 15+

Author: Tae-V [Twitter KTH_V95]

.

CHAPTER 12

.

AUTHOR POV

"Uhmm... Sunbin ganhosa... Apa kau.. Kenal dengan perawat disini yang bernama Jang Heejin?"

"Uh? Heejin eonnie? Kau mengenalnya?" Sunbin terkejut mendengar pertanyaan Taehyung.

"Uhmmm.. Bukannya mengenal. Hanya sekedar tahu. Apa kau mengenalnya?" tanya Taehyung.

"Tentu saja! Pertama kali aku bekerja disini, Heejin eonnie yang membimbingku. Ia kepala perawat waktu itu." sahut Sunbin.

"Jinjja? Lalu.. Dimana ia sekarang? Apa kau tahu?" tanya Taehyung.

Sunbin terdiam sejenak. Kedua bola matanya tiba-tiba basah digenangi air mata.

"Wae... Waeyo?" Taehyung jadi kebingungan melihat reaksi Sunbin.

"Kau tidak tahu? Ia sudah meninggal... Sekitar tiga tahun yang lalu... Di rumah sakit ini..." sahut Sunbin sambil menahan agar air matanya tidak menetes.

"Meninggal?" Taehyung berpura-pura terkejut. "Mengapa ia bisa meninggal?"

"Sekitar dua hari sebelum mayatnya ditemukan, ia menghilang tanpa kabar. Dan pada hari ketiga setelah ia menghilang, mayatnya ditemukan di gudang laboratorium disana." sahut Sunbin. "Di ujung lorong lantai enam ini..."

Taehyung terbelalak.

"Apa penyebab meninggalnya Heejin ganhosa?" tanya Taehyung.

"Keracunan..." sahut Sunbin.

"Keracunan?" tanya Taehyung.

Sunbin menganggukan kepalanya. "Para dokter yang memeriksa mayat Heejin eonnie mengatakan, Heejin eonnie meninggal karena keracunan. Ketika mayat Heejin eonnie ditemukan, gudang laboratorium dalam keadaan terkunci. Pihak rumah sakit dan kepolisian sepakat mengatakan bahwa Heejin eonnie meninggal karena bunuh diri. Ia sepertinya meminum zat berbahaya yang ada di dalam gudang laboratorium dan mengunci dirinya disana hingga meninggal."

Taehyung mengerutkan keningnya. "Mengapa.. Ia bunuh diri?"

"Ia baru saja bercerai dengan suaminya ketika aku pertama kali bekerja di rumah sakit ini empat tahun yang lalu. Kemudian, ia jadi sering terlihat stres karena harus mengurus anaknya sendirian dan bekerja keras demi menghidupi anaknya." sahut Sunbin.

Taehyung mendengarkan dengan seksama.

"Sekitar enam bulan setelah ia bercerai dengan suaminya, anak pemilik Bighit Hospital ini jatuh cinta kepadanya dan beberapa kali terlihat berkencan dengannya, namun pemilik rumah sakit ini tidak setuju karena anaknya itu masih single dan sangat muda, sementara Heejin eonnie berusia jauh lebih tua dan ia adalah janda dengan satu anak. Kudengar, Heejin eonnie beberapa kali mendapat teguran karena berkencan dengan anak pemilik rumah sakit ini dan bahkan ia diancam akan dipecat. Kurasa, karena itu ia depresi dan memilih untuk bunuh diri." sahut Sunbin.

Taehyung kembali mengernyitkan keningnya. "Jinjja? Apa kau yakin itu kasus bunuh diri? Bukan pembunuhan?"

"Molla... Intinya, kasus ini ditutup dengan menetapkan bahwa kematian Heejin eonnie adalah kasus bunuh diri." sahut Sunbin.

Sebelum Taehyung bertanya lebih lanjut, Jimin membuka pintu kamar dan berjalan masuk ke dalam kamar.

Dan tentu saja, Sunbin langsung pergi dari samping kasur Taehyung dan menghampiri Jimin, lalu menceramahi Jimin karena sering berkeliaran.

Jimin hanya bisa pasrah mendapat teguran dari Sunbin.

.

.

.

Namjoon baru saja menutup pintu kamar mandinya karena ia ingin buang air kecil, tiba-tiba terdengar suara air menetes dari shower yang ada di dalam kamar mandi itu.

TES... TES... TES...

Namjoon refleks menoleh ke arah shower tersebut.

"Mengapa airnya bisa tiba-tiba menetes cukup deras padahal aku belum memutar kerannya?" gumam Namjoon.

Suara tetesan air itu terdengar semakin deras menetes ke lantai.

Namjoon segera berjalan menuju ke ujung kamar mandi karena showernya terletak di ujung paling pojok, dan tiba-tiba saja Namjoon seolah kesulitan bernafas.

Tetesan air yang menetes itu bukan berwarna bening, tapi merah. Merah pekat dan agak kental!

Namjoon terpekik dan membalikkan tubuhnya untuk berlari keluar dari kamar mandi itu, namun ketika ia membalikkan tubuhnya, sebuah kepala, hanya sampai sebatas leher, tanpa tubuh, tengah melayang tepat di pintu kamar mandi itu.

Kulit wajah dari kepala itu hangus terbakar. Rambutnya juga sangat berantakan.

Kedua bola matanya berwarna putih, tanpa ada biji mata berwarna hitam atau coklat di tengahnya.

Kepala itu melayang-layang di udara, dan kedua bola matanya yang putih itu seolah tengah menatap tajam ke arah Namjoon.

Sebelum sempat Namjoon berteriak, kesadarannya sudah terlebih dulu hilang.

Tubuhnya terbaring pingsan di dalam kamar mandi.

.

.

.

"Selamat pagi, Kim Namjoon~" sapa Hoseok dengan nada ceria pagi itu ketika ia hendak memeriksa kondisi tubuh Namjoon.

Namjoon belum lama terbangun dari tidurnya dan sedang memainkan ponselnya sambil duduk di atas kasurnya.

"Pagi, Jung Hoseok.." sapa Namjoon sambil tersenyum.

"Kau baik-baik saja?" tanya Hoseok. "Kudengar, semalam kau pingsan di kamar mandi! Apa anemiamu semakin parah?"

Namjoon menatap Hoseok. "Cepat sekali beritanya tersebar, hahaha.."

"Aku mendengarnya tadi ketika baru sampai disini. Katanya, ketika Chaeyeon sedang mengontrol kamarmu untuk mengecek kondisimu, ia menemukanmu terjatuh pingsan di salam kamar mandi." sahut Hoseok. "Kau merasa pusing sekarang?"

Namjoon menganggukan kepalanya. "Sangat pusing karena kurasa anemiaku memburuk... Tapi semalam aku pingsan bukan karena anemiaku."

Hoseok mulai mengecek tekanan darah Namjoon.

Setelah selesai mengecek tekanan darah Namjoon, sambil menempelkan termometer digital ke kening Namjoon, Hoseok bertanya, "Lalu? Mengapa kau pingsan semalam?"

Namjoon menatap Hoseok.

"37 derajat.. Kau tidak demam... Syukurlah.." sahut Hoseok sambil meletakkan termometer digital itu ke dalam laci, kemudian ia menatap Namjoon. "Mengapa kau pingsan semalam?"

"Aku... Akhir-akhir ini mulai bernasib sama sepertimu..." sahut Namjoon.

"Ne? Apa maksudmu?" tanya Hoseok sambil mengerutkan dahinya.

"Aku... Akhir-akhir ini sering diganggu.. Oleh para penghuni rumah sakit ini... Para penghuni yang tidak kelihatan dengan mata manusia." sahut Namjoon.

Hoseok terbelalak. "Jinjja? Sejak kapan?"

"Sejak aku mengatakan padamu waktu itu bahwa aku tidak pernah diganggu.." sahut Namjoon.

"Jeongmal? Kurasa, kita memang harus berhati-hati dalam berkata-kata! Ucapan kita seperti sebuah senjata yang bisa menyerang kita tiba-tiba." sahut Hoseok.

Namjoon menganggukan kepalanya.

"Lalu, semalam kau pingsan karena diganggu?" tanya Hoseok.

Namjoon menganggukan kepalanya lagi. "Majjayo... Ada darah yang menetes dari shower di dalam kamar mandiku. Ketika aku hendak berlari keluar, di pintu ada sebuah kepala melayang tanpa tubuh.."

"KYAAA!" Hoseok terpekik ketika mendengar cerita Namjoon. "Kalau aku jadi kau, aku juga pasti pingsan sepertimu!"

Namjoon menatap Hoseok. "Apakah... Semua penampakan mengerikan itu... Adalah arwah yang bergentayangan akibat mereka semua mati dalam insiden kebakaran sepuluh tahun yang lalu itu?"

"Bisa jadi... Aku mana tahu, kan waktu itu aku belum bekerja disini..." sahut Hoseok.

"Majjayo.. Sepuluh tahun yang lalu kita masih bersekolah, ya kan?" tanya Namjoon.

"Tapi.. Kurasa ucapanmu masuk akal... Karena rata-rata hantu yang bergentayangan itu terbakar tubuhnya..." sahut Hoseok.

"Aigoo..." gumam Namjoon. "Untung saja aku tidak kenapa-kenapa.."

.

.

.

Taehyung termenung di roof garden siang itu setelah mendapat ijin dari Hoseok untuk mencari udara segar di atas sana.

Tentu saja, ia tidak sendirian di atas sana.

Ada Kim Seokjin, hantu berseragam dokter yang tengah duduk di samping Taehyung siang itu.

"Jadi, menurut Hoseok ganhosa itu, aku mati bunuh diri setelah melompat dari atas sini?" tanya Jin.

Taehyung menganggukan kepalanya.

"Kalau hanya bunuh diri saja, bukankah seharusnya aku mati dengan tenang? Tidak perlu bergentayangan seperti ini..." sahut Jin.

"Itu yang membuatku curiga. Apalagi, Hoseok ganhosa terlihat seolah memintaku tutup mulut dan jangan bertanya lagi kepada siapapun di rumah sakit ini mengenaimu. Bukankah itu sangat tidak masuk akal? Jika kasusmu bunuh diri, mengapa harus ditutup-tutupi?" sahut Taehyung.

Jin menganggukan kepalanya. "Majjayo.."

Jin melirik ke arah Taehyung.

"Waeyo?" tanya Taehyung ketika menyadari Jin tengah menatapnya dari samping.

"Bisakah kau... Mencari tahu lebih lanjut mengenaiku?" tanya Jin.

Taehyung menatap Jin. "Akan kuusahakan sebisaku, tapi aku tidak janji.."

Jin tersenyum, dengan wajah yang mengerikan itu. "Gumawo, Kim Taehyung..."

Taehyung bergidik. Ia bahkan masih belum terbiasa menatap sosok Jin yang mengerikan itu dari jarak sedekat ini.

"Lalu... Mengenai siswi bernama Jeon Somi... Apa kau sudah mencari tahu juga mengenainya?" tanya Jin.

Taehyung menggelengkan kepalanya. "Aku belum mencari tahu apapun tentangnya. Aku masih belum tahu, kepada siapa aku bisa bertanya di rumah sakit ini.. Setelah mendapat teguran dari Hoseok ganhosa, aku jadi takut ingin bertanya kepada siapa.."

"Araseo... Pelan-pelan saja... Kau sudah berniat membantu kami saja, kami sudah sangat berterima kasih.." sahut Jin.

Taehyung tersenyum. "Ini pertama kalinya ada hantu yang berterima kasih padaku.."

.

.

.

JUNGKOOK POV

Aku paling benci setiap harus dihadapkan pada situasi seperti ini.

Sore hari, ketika cuaca mendung dan perpustakaan ini tidak ada pengunjung.

Dan benar saja ketakutanku.

Baru saja aku menggerutu, suara-suara itu mulai menggangguku.

TUK.. TUK.. TUK..

Suara jari yang diketuk-ketukan ke atas meja di tengah perpustakaan.

Aku menolah. Kosong. Tidak ada siapapun selain aku di dalam perpustakaan.

TUK.. TUK.. TUK...

Suara ketukan jari itu kembali terdengar.

Aku menoleh. Lagi-lagi kosong.

Tiba-tiba saja suara langkah kaki yang agak berat kini terdengar seolah berjalan dari ujung rak belakang menuju ke arah mejaku.

DUG.. DUG.. DUG..

Tubuhku terasa menggigil seketika.

DUG... DUG...

Suara langkah kaki itu melambat.

Aku bergegas merapikan mejaku. Toh, setengah jam lagi jam kerjaku berkahir dan aku bisa kabur dari ruangan mengerikan ini.

Namun, baru saja aku selesai merapikan meja dan tasku, sebelum aku sempat kabur dari perpustakaan, sosok itu sudah terlebih dulu berdiri tak jauh di hadapanku.

Sebuah tubuh tanpa kepala.

Tangannya hanya ada sebelah kanan saja.

Sementara di sekujur tubuhnya, di tangan kanannya, dan di kedua kakinya terlihat banyak luka tusuk dan luka pukulan benda keras.

Pakaian pasien yang dikenakannya bersimbah darah.

"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

Aku refleks terkejut dan berteriak. Siapa juga yang tidak ketakutan melihat sosok mengerikan begitu di hadapanku.

Sosok hantu itu terus berjalan mendekat ke arahku.

Aku refleks langsung berlari ke pintu perpustakaan dan segera mengunci dari luar sana.

Setelah berhasil kabur keluar perpustakaan dan mengunci pintu perpustakaan, aku terduduk lemas di depan pintu perpustakaan.

Sampai kapan aku harus bertahan dengan semua hantu mengerikan ini? Cih!

Tiba-tiba terdengar suara dari belakangku.

"Jungkook-sshi? Kau kenapa?"

Aku menoleh ke asal suara itu.

Min Yoongi ssaem.

"Ah, ssaem." sahutku sambil berdiri.

"Mengapa kau terduduk lemas disana?" tanya Yoongi ssaem sambil berjalan menghampiriku. "Kau sakit?"

Aku menggelengkan kepalaku. "Aniya, ssaem.. Gwenchana.. Aku hanya merasa.. Uhm... Agk pusing.. Makanya aku terduduk barusan."

Yoongi ssaem menatapku. "Sepertinya kau kelelahan. Akhir-akhir ini sering turun hujan setiap sore. Kau pasti selalu kehujanan di motormu ya setiap pulang bekerja?"

Aku menganggukan kepalaku. "Majjayo, ssaem.."

"Kalau begitu, cepatlah pulang dan beristirahat..." sahut Yoongi ssaem sambil menepuk bahuku pelan.

"Ngomong-ngomong, ada apa kau kesini, ssaem?" tanyaku.

"Tadinya ada buku yang ingin kubaca, tapi sepetinya kau sudah mau pulang. Ya sudah, besok saja aku ke perpustakaannya." sahutnya sambil tersenyum, membuat kedua matanya yang kecil itu semakin mengecil.

"Araseo, ssaem. Mian.." sahutku dengan wajah penuh rasa bersalah.

Yoongi ssaem tersenyum sambil menganggukan kepalanya. "Gwenchana... Cepatlah pulang sebelum hujan turun lagi. Langit sudah sangat mendung.."

.

.

.

JIMIN POV

Malam itu hujan turun sangat deras, membuatku dan Taehyung menggigil kedinginan di dalam kamar.

"Matikan saja AC nya, Jimin ah..." sahut Taehyung.

Aku pun segera mengambil remote AC dan mematikan AC nya karena suhu ruangan sudah sangat dingin tanpa AC.

"Kakimu sudah membaik, Taehyung ah?" tanyaku sambil menatap Taehyung.

Taehyung menganggukan kepalanya. "Lumayan... Waeyo?"

"Geunyang.. Aku ingin segera pulang dari rumah sakit mengerikan ini..." sahutku.

"Nado..." sahut Taehyung dengan nada lemah.

"Kira-kira kapan kita bisa pulang dari sini, Taehyung ah?" tanyaku.

"Yoongi ssaem bilang padaku, kalau kondisiku semakin cepat pulih, sekitar satu sampai dua minggu lagi aku bisa pulang. Kalau kondisimu membaik, kau juga akan bisa segera pulang." sahut Taehyung.

"Aku sudah merasa jauh lebih baik..." sahutku. "Walau.. Terkadang luka jahitan di kepalaku masih sering terasa nyeri dan tubuhku masih sering demam tiba-tiba.."

"Makanya, banyaklah beristirahat. Jangan ke perpustakaan terlalu sering, kau kan butuh banyak istirahat." sahut Taehyung.

Ah! Membahas masalah perpustakaan, aku jadi teringat sesuatu!

Kemarin ketika aku ke perpustakaan, Jungkook menanyakan sesuatu yang aneh kepadaku.

Aku menatap Taehyung.

"Kim Taehyung.. Ada yang ingin kutanyakan padamu.." sahutku.

Taehyung menatap balik ke arahku. "Ada apa?"

"Apa kau punya kenalan seorang dokter di rumah sakit ini?" tanyaku.

Taehyung mengerutkan dahinya. "Maksudnya?"

"Apa sebelum ini, kau pernah dirawat atau memeriksakan diri ke rumah sakit ini?" tanyaku lagi.

Taehyung menggelengkan kepalanya. "Tidak. Ini pertama kalinya aku masuk ke rumah sakit ini... Waeyo?"

"Aneh..." gumamku.

"Ada apa?" tanya Taehyung sambil terus menatapku.

"Lalu... Taehyung ah... Apa kau mengenal dokter yang bernama Kim Seokjin?" tanyaku lagi.

Kali ini aku bisa melihat wajah Taehyung terbelalak.

"Kim... Seokjin?" sahutnya dengan ekspresi terkejut. "Darimana kau tahu mengenai Kim Seokjin?"

"Kau mengenalnya? Kenal darimana?" tanyaku.

"Katakan dulu padaku, kau tahu darimana mengenai nama itu..." sahutnya sambil mengerutkan dahinya.

"Jeon Jungkook.. Penjaga perpustakaan yang kuceritakan padamu itu." sahutku. "Kemarin ketika aku ke perpustakaan, tiba-tiba Jungkook bertanya kepadaku, apa kau mengenal dokter disini yang bernama Kim Seokjin. Kujawab saja aku tidak tahu. Makanya aku bertanya padamu agar aku bisa menjawab pertanyaan Jungkook."

Taehyung terlihat semakin terbelalak.

"Jeon Jungkook? Penjaga perpustakaan itu.. Mengenal Kim Seokjin?" sahutnya sambil menatapku.

Aku hanya bisa mengangkat kedua bahuku. "Molla... Lantas, darimana kau mengenalnya? Kim Seokjin itu..."

Taehyung pun menjawab sesuatu yang sangat mengejutkanku.

"Jangan bertanya lebih lanjut atau kau akan ketakutan. Dan jangan beritahu Jungkook bahwa aku mengenalnya, araseo? Jawab saja, aku tidak tahu..." sahut Taehyung dengan ekspresi yang sangat serius di wajahnya.

Aku hanya bisa menganggukan kepalaku.

Sementara benakku tiba-tiba bertanya-tanya... Ada apa dengan Kim Seokjin?

.

-TBC-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top