CHAPTER 19
Title: MYSTERY OF BANGTAN VILLAGE
Cast: All Bangtan Members
Genre: Mystery, Horror
Lenght: Chapter Part
Rating: 15+
Author: Tae-V [Twitter KTH_V95]
.
CHAPTER 19
.
Hoseok membuka pintu kamar Jungkook dan mendapati Jungkook yang tengah terduduk lemas di lantai sambil menangis sesenggukkan.
Kedua tangannya menutupi mukanya yang tengah menangis itu. Kaosnya sudah basah penuh dengan keringat.
Hoseok langsung berlari memeluk Jungkook. "Kau kenapa? Jungkookie kau kenapa?"
Ketika mendengar suara Hoseok, Jungkook langsung mendorong tubuh Hoseok agar menjauh, kemudian berteriak seperti orang kesurupan.
"Hoseok hyeong pergi! Jangan dekati aku! Jangan ganggu aku! Hoseok hyeong pergi!"
Hoseok tercengang melihat kondisi Jungkook yang seperti itu.
Hoseok kembali menghampiri Jungkook untuk memeluknya namun Jungkook menendang-nendangkan kakinya menyuruh agar Hoseok jangan mendekatinya.
"Kau bukan manusia! Pergi sana! PERGIIIIIII...!" Jungkook semakin berteriak histeris sambil ketakutan.
Hoseok tercengang mendengar perkataan Jungkook.
Hoseok terus memandangi Jungkook.
Tiba-tiba nafas Jungkook terengah-engah dan tak lama kemudian tubuhnya terbaring lemas di lantai.
Hoseok langsung menghampiri Jungkook untuk menyadarkannya namun Jungkook tetap tak sadarkan diri.
Hoseok langsung mengeluarkan handphonenya dan menelepon ambulans.
.
.
.
Lima belas menit kemudian ambulans datang.
Hoseok ikut menemani Jungkook dalam ambulans itu.
"Aku? Bukan manusia?" Hoseok terus bergumam mengingat perkataan Jungkook tadi.
Setibanya mereka di rumah sakit, Jungkook dilarikan ke UGD.
Di kursi depan UGD ada Yoongi yang terduduk sambil memangis sendirian. Dengan agak ragu-ragu Hoseok menghampiri Yoongi dan duduk disebelahnya.
Hoseok tak tahu harus bagaimana menghadapi Yoongi yang tengah menangis dihadapannya.
Setelah terdiam beberapa saat, Hoseok akhirnya memberanikan diri menepuk pelan bahu Yoongi sambil bertanya, "Yang lain dimana?"
"Ruang operasi..." sahut Yoongi, masih sambil menatap lantai dan meneteskan air matanya.
"Jungkook ada di UGD, dia tadi berteriak-teriak histeris dan kemudian pingsan." sahut Hoseok.
Yoongi terdiam dan tidak menjawab apa-apa.
Keheningan cukup lama hadir diantara mereka, sampai tiba-tiba Yoongi membuka suara.
"Mengapa bisa... Jin hyeong... Aku benar-benar terkejut... Aku... Aku..." sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, Yoongi terisak dan mulai meneteskan air mata lagi, mengingat kejadian enam belas tahun yang lalu.
Hoseok terdiam dan tanpa sadar ia juga meneteskan air mata mengingat kejadian tujuh tahun yang lalu. "Bagaimana mungkin... Jin hyeong... Pelakunya..."
.
.
.
Dua jam kemudian Jungkook sudah sadarkan diri.
Yoongi dan Hoseok menemui Jungkook.
Jungkook menatap Hoseok dengan penuh ketakutan.
Yoongi segera menghampiri Jungkook dan bertanya apa yang terjadi.
Jungkook menceritakan apa yang terjadi malam itu di kamarnya, dan tentu saja cerita Jungkook membuat kedua bola mata Hoseok membulat.
Yoongi juga membuka lebar kedua mata kecilnya itu.
"Hobie..." sahut Hoseok dengan lirih dan tak lama kemudian air mata menetes dimatanya. "Hobie..."
Yoongi hanya bisa menatap Hoseok dengan mata yang mulai basah oleh air mata.
Bagaimanapun juga, Yoongi menaruh belas kasihan yang dalam terhadap Hoseok.
Yoongi menceritakan kejadian tujuh tahun yang lalu kepada Jungkook, dan Jungkook memekik kaget. "Itu bukan kau, hyeong? Itu..."
Hoseok menganggukan kepalanya sambil meneteskan air mata.
"Hyeong..." Jungkook menatap Hoseok dengan tatapan iba.
Yoongi menepuk-nepuk pelan bahu Jungkook.
Setelah itu Jungkook bertanya ada apa dengan Namjoon, Taehyung, dan Jimin.
Yoongi menceritakan semua yang terjadi dan Jungkook berteriak histeris mendengarnya.
Jungkook nyaris pingsan mendengar cerita yang terjadi malam tadi.
Jungkook langsung segera menelepon orang tuanya memberikan kabar agar semua orang tua mereka segera kembali dan menuju ke rumah sakit itu.
.
.
.
Beberapa jam setelah itu, operasi berjalan lancar. Bersyukurlah, Jimin, Taehyung, dan Namjoon berhasil diselamatkan, namun mata kiri Namjoon tak tertolong.
Mata kiri Namjoon mengalami kebutaan.
Yoongi menangis mendengarnya, namun ia bersyukur bahwa nyawa Namjoon masih bisa diselamatkan.
Jimin, Taehyung, dan Namjoon belum sadarkan diri. Mereka ditempatkan di kamar yang sama.
.
.
.
Dua jam setelahnya, Jimin dan Taehyung mulai sadarkan diri.
Mereka bertanya akan banyak hal dan akhirnya Yoongi menceritakan semuanya, berawal dari kejadian enam belas tahun yang lalu yang menimpa Yoongi, dan kejadian tujuh tahun yang lalu yang menimpa Hoseok.
"Mengapa dari awal kau tidak memberitahu kami?" tanya Jimin.
"Kami takut... Pada kutukan itu..." sahut Hoseok pelan.
"Aku dan Namjoon dari awal ingin memberitahu kalian, tapi... Kami takut psikopat itu beraksi jika kami memberitahu kalian..." sahut Yoongi.
"Lalu mengapa ia tetap menyerang kami?" sahut Taehyung.
Yoongi menggelengkan kepalanya. "Aku juga bingung..."
Tiba-tiba Taehyung teringat, beberapa kali ia memergoki Jin tengah menatap aneh ke arah mereka setiap mereka sedang makan di rumah makan milik Jin itu.
"Ah... Aku rasa ia sudah mengincar kita sejak awal..." sahut Taehyung sambil menatap Jimin.
Luka di tubuh Jimin dan Taehyung masih berbekas, namun mereka merasa tidak apa-apa asalkan nyawa mereka berhasil diselamatkan.
"Goresan di pipimu, hyeong..." Jungkook nyaris menangis melihat goresan cutter di pipi Jimin.
Jimin tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja...." sahut Jimin.
"Aku juga punya luka bakar di pipiku!" sahut Taehyung karena Jungkook hanya memperhatikan Jimin.
"Aigoo~" sahut Jungkook sambil mengusap pipi Taehyung.
Taehyung tersenyum.
"Ah, luka tembak di kakimu bagaimana?" tanya Taehyung kepada Jimin.
"Makanya kata dokter beberapa waktu ke depan aku harus memakai tongkat sampai lukanya pulih..." sahut Jimin sambil menghela nafas.
"Aku akan membopongmu, hyeong~" sahut Jungkook sambil tersenyum.
Hoseok tersenyum melihat ketiga bocah dihadapannya itu.
"Setelah ini kalian akan kembali ke rumah kalian.. Bangtan Village akan kembali sepi..." sahut Hoseok dengan suara lirih.
Ketiga bocah itu menatap penuh iba kepada Hoseok.
Dan tiba-tiba Yoongi membuka suara. "Masih ada Namjoon..." Yoongi diam sejenak kemudian melanjutkan ucapannya, "Dan aku..."
Hoseok menatap ke arah Yoongi, air mata mulai membasahi kedua bola matanya. "Maafkan aku, hyeong..."
Yoongi menatap ke arah Hoseok dan berkata, "Maafkan aku juga..."
Tak lama kemudian Namjoon sadar. Yoongi langsung menghampiri kasur Namjoon.
"Kau sudah sadar?" tanya Yoongi, menatap cemas ke arah Namjoon.
Namjoon mengangguk pelan. Mata kirinya terbungkus oleh penutup mata.
"Mataku?" tanya Namjoon sambil menatap Yoongi.
Yoongi mengangguk pelan. "Buta sebelah..." sahut Yoongi sambil menitikkan air mata.
"Pria itu tertangkap?" tanya Namjoon. Yoongi mengangguk lagi.
"Tidak apa-apa, asalkan psikopat jahanam itu tertangkap... Bersyukur aku hanya kehilangan sebelah mataku. Kau bahkan kehilangan kedua orang tuamu karenanya..." sahut Namjoon.
Yoongi kembali menangis dan Namjoon menepuk-nepuk pelan bahu Yoongi.
"Psikopat itu... Jin hyeong..." sahut Yoongi dengan nada lirih.
Namjoon membelalakan kedua mata kecilnya. "Bagaimana mungkin?"
"Entahlah... Besok kita akan ke kantor polisi untuk memberikan keterangan. Saat itulah, ayo kita bertanya kepadanya..." jawab Yoongi.
Tiba-tiba Namjoon teringat sesuatu. "Ah, bagaimana bisa kalian tahu keadaan kami di villa itu?"
"Ah, benar!" sahut Jimin dan Taehyung berbarengan.
"Aku sedang tidur sore itu, tiba-tiba Hobie datang ke dalam mimpiku." Hoseok mulai bercerita sambil menahan tangisnya. "Hobie mendatangiku dalam mimpi, dan aku jelas mendengar ia menyebut kata villa berkali-kali... Aku langsung terbangun dan tubuhku basah oleh keringat. Aku mulai merasa ada yang tidak beres, jadi aku berlari ke villa. Aku berlari menembus hujan dan petir karena aku merasa ada yang aneh dengan mimpiku."
Kali ini air mata Hoseok kembali menetes. "Lalu saat aku sampai di depan villa, aku melihat Taehyung tengah melompat dari jendela, aku bingung makanya aku bersembunyi di rerumputan depan villa itu, dan aku mendengar Taehyung seperti berteriak kesakitan..."
"Lalu aku benar-benar yakin ada yang tidak beres, jadi aku segera berlari mencari Namjoon tapi ia tidak ada di pos jaga. Aku ingat ada mobil Yoongi terparkir di depan villa, jadi aku berlari ke rumah Yoongi untuk bertanya mengapa mobilnya ada disana, dan Yoongi langsung berlari ke pos jaga mengambil pistol. Aku langsung menghubungi kantor polisi dan rumah sakit."
"Untung Hoseok menemuiku saat itu, kalau tidak...Entahlah..." sahut Yoongi sambil menatap Hoseok.
Hoseok tersenyum senang mendengarnya. Itu pertama kalinya Yoongi memuji Hoseok.
"Lalu mengapa villa itu disewakan kepada kami?" tanya Jungkook.
"Entahlah, itu yang ingin kutanyakan sebenarnya dari awal..." sahut Namjoon.
Tiba-tiba Taehyung buka suara. "Saat melakukan reservasi, katanya semua villa penuh. Tapi aku sangat ingin berlibur kesini jadi aku memaksakan agar ada villa yang dikosongkan, atau setidaknya menginap di rumah penduduk. Pada akhirnya aku mendapatkan villa itu. Katanya villa itu sudah lama tak dihuni, tapi aku berkata tidak masalah."
Taehyung menatap ke arah kedua sahabatnya dengan wajah penuh rasa bersalah.
Jimin dan Jungkook menatap ke arah Taehyung.
"Semua sudah terjadi, yang penting kita selamat." sahut Jimin.
Jungkook menganggukkan kepalanya sambil memeluk Jimin dari samping kasur Jimin.
.
-TBC-
Next chapter: "PENUTUP". Mohon dibaca sampai tamat ya readers :) Btw maaf kemarin hiatus lama karena laptop masih belom betul :(
Btw, thanks a lot buat semua dukungannya dari awal ff ini saya published :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top