48 - Jeratan Terakhir yang Menghangat
Seorang aktivis dari Komisi Perlindungan Anak dan Wanita selaku advokasi kasus Renald menyapa Regina yang berlarian di koridor rumah sakit.
"DI MANA RENALD! ANAKKU DI MANA?"
"Tenangkan dirimu, marah-marah seperti ini enggak ada gunanya!" Armand menahan bahu Regina yang masih mengamuk liar. Intonasi yang menekan nan rendah berhasil membuat Regina kembali dalam kontrol diri.
"Saya Budi Yusuf, Kabid Humas Polda Metro Jaya. Dengan Bapak Armand Jeffrey Smith, Ayah dari Ananda Renald Smith?" Petugas kepolisian yang berjaga di pintu kamar pasien langsung menghampiri Armand dan menyalaminya.
"Iya, saya Ayah dari Renald James Smith. Ini istri saya Ibu dari Renald, Regina Tiara." Armand membalas jabatan tangan itu seraya memperkenalkan singkat Regina yang berada di sebelahnya. "Bagaimana kondisi anak kami?"
"Ananda Renald telah kami amankan sesuai protokol medis," jawab Kabid Humas Budi Yusuf mempersilakan orang tua Renald memasuki kamar inap anaknya. "Polda Metro Jaya telah bekerja sama dengan Komisi Perlindungan Anak dan Wanita dalam menangani kasus pedofilia yang tengah marak satu bulan belakangan di kawasan Ibu Kota. Untunglah kami tepat waktu menyelamatkan putra Bapak sebelum pelaku melarikan diri bersama barang bukti," lanjutnya memaparkan proses profesionalitas instansinya.
Armand menggiring Regina memasuki kamar perawatan khusus anak.
"Re-Renald! Anakku!"
"Ma ... ma ...." Renald berusaha beranjak dari berbaringnya, tetapi kembali ambruk. Tubuhnya masih belum kuat. Pun tangannya hanya bisa mengambang di udara demi meraih pelukan ibunya.
Wanita paruh baya dari Komisi Perlindungan Anak dan Wanita itu turut menenangkan Regina yang berlari menghampiri ranjang anaknya.
"Ibu yang tenang, ya. Kami sudah mengamankan Nak Renald. Dokter juga sudah meresepkan obat yang dibutuhkan Nak Renald," ucap wanita tua itu sembari mengusap-usap bahu Regina.
Terlihat memar-memar merah masih baru memenuhi nyaris di sekujur tubuh Renald dan bengkak pada wajahnya di balik perban, membuat Regina sangat terpukul. Tubuhnya yang melemas sejurus langsung mendekap erat anaknya. Bocah itu merengek tersedu-sedu di dalam pelukan hangat Regina. Ia cium berkali-kali pucuk kepala, hidung, dan lengan Renald sepelan mungkin agar tidak menggesek lukanya yang masih terasa perih.
Kemudian Armand membawa Kabid Humas tersebut keluar kamar dan berbincang empat mata.
"Apakah pelakunya orang yang kami kenal?" tanya pria empat puluh tahun itu. Meski menua, paras blasterannya masih membingkai karakter fisiknya yang menawan.
"Kami telah berhasil menangkap dan menginterogasi tersangka bernama John Faris (68)—WNI asal Batam, aksinya kini kerap berpindah-pindah sampai area Jakarta Utara. Laporan awal yang sudah diproses masuk ke kami, di kediaman si tersangka ini sering keluar masuk bersama anak-anak di bawah umur. Beruntung saksi mata ada yang mengenali Putra Anda sebagai anak dari selebgram Regina T. Dari hasil temuan bukti dan laporan yang kami terima, pelaku merupakan residivis kasus pedofilia. Dia sudah pernah didakwa di tahun 2004 dan juga 2008 di Kepulauan Riau," terang Kabid Humas. "Apa Bapak merasa mengenali tersangka yang kami maksud?" lanjutnya sembari memberikan foto bukti wajah tersangka.
"Ba-bagaimana bisa anak saya jadi targetnya?" Armand menggeleng pelan di sela-sela menyimak dengan intens. Tangannya gemetaran ketika mengembalikan foto tersangka kepada Kabid Humas. Tersangka pria tua itu benar-benar asing! Menjijikkan, bahkan pelaku itu tampak lebih tua dari ayah mertuanya!
"Begini, JF melakukan modus operasionalnya menggunakan Instagram. JF ini menyasar pengguna Instagram yang aktif mengunggah foto pribadi terutama anak-anak di bawah umur. Dengan bertukar pesan pribadi, JF menjaring mereka ke grup Facebook Loly Candy dan bertindak sebagai admin di grup tersebut, sebagai wadah untuk saling berbagi video maupun gambar yang memuat konten pornografi anak."
Armand mencerna penuturan Pak Budi Yusuf. Ia tahu bahwa istrinya sangat menggemari hobi narsistiknya dalam memublikasi hampir semua kegiatan personal remeh-temehnya, lebih-lebih keseharian Renald dalam hal apa pun. Bahkan ketika mandi, liburan di pantai, juga bermain pelampung berbagai bentuk tokoh kartun populer di kolam renang sewaktu menginap di vila mewah kawasan Bali.
"Izinkan saya untuk melihat barang bukti apa saja yang pelaku lakukan kepada anak saya."
Napasnya tercekat ketika Kabid Humas itu mengangsurkan foto-foto bukti kekerasan seksual yang diterima Renald. Wajah tampan bocah itu nyaris rusak seperti habis mendapat serangan bogem mentah. Sekujur tubuhnya dipenuhi luka benda tumpul dan beberapa jejak luka memar memanjang seperti cambukan dengan posisi tali tambang mengikat kedua tangannya.
"Namun, karena istri Anda yang memegang kendali penuh Instagram, JF tidak bisa leluasa bertukar pesan pribadi untuk melakukan pendekatan lebih jauh. Menurut keterangan tersangka, Putra Bapak pun selalu dijaga ketat selama di lingkup kegiatan Taman Kanak-Kanak, sehingga JF tidak bisa menyentuh Nak Renald. Akhirnya JF beralih dengan menguntit posting-an Putra Anda sedang berada di mana saja. Mencari celah kesempatan dan tempat terbaru yang dia lacak yaitu pusat perbelanjaan barang-barang impor kalangan atas."
Setitik dalam hati Armand menyalahkan diri sendiri. Kalau saja ia memilih mengabaikan ponselnya yang tertinggal, pasti ini tidak akan terjadi.
"Menurut pengakuan hasil interogasi, JF berhasil melacak mau ke mana Putra dan istri Anda akan bepergian. Kemudian dengan pendekatan secara emosional; bujuk rayu agar Putra Anda mau menghampirinya, di tahap ini JF sudah mengetahui apa yang disukai Putra Anda, dan kemudian melakukan tindakan eksploitasi seksual. Dalam satu bulan terakhir ini, kami mencatat setidaknya dua kasus besar tindak eksploitasi seksual anak di bawah umur yang dilakukan si JF ini. Pengakuan lainnya, selama enam bulan ini JF telah menandai Putra Anda sebagai target pelecehan seksual selanjutnya dan dia mengklaim dirinya sebagai fan istri Anda." tandasnya Kabid Human itu kemudian.
"Fan?" tanya selidik Armand.
"JF ini juga menggemari cerita-cerita mesum yang memiliki konten kekerasan seksual dengan layanan Bondage and Discipline, Sadism and Masochism (BDSM). Dari barang sitaan, kami menemukan ponsel pribadi JF yang berisikan kumpulan video-video kekerasan seksual brutal anak-anak di bawah umur—yang diunduh dari situs pornografi tanpa proteksi, cerita-cerita daring dari platform kepenulisan: Wattpad, termasuk alat eksekusinya: tali tambang, cambuk, rantai, dan korek api. Setelah kami selidiki lebih lanjut, JF sangat terinspirasi pada cerita yang istri Anda tulis di platform tersebut dan berencana mempraktikkannya pada korban."
"Astaga ...." Armand pun meremas kepalanya kuat-kuat. "Terima kasih banyak atas bantuannya, Pak. Saya berharap pelaku mendapat perlakuan hukum yang layak," timpalnya yang sejak tadi terpaku mendengar kronologi kasus penculikan anaknya.
"Baik, Pak. Hukum tetap berjalan. Pak Armand, sebaiknya tolong untuk tidak terlalu mengekspos yang sifatnya pribadi keluarga Anda. Kita tidak tahu bahwa setiap posting-an yang begitu disebar ke publik akan disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab," pinta hormat Bapak Budi Yusuf sembari memberi salam pamit.
"Iya, Pak. Saya mengerti. Sekali lagi terima kasih."
Malam pun tiba, begitu Regina rampung meninabobokan Renald, Armand menghampiri tepi ranjang.
"Kita perlu bicara empat mata," ucap pria itu dingin nan lirih, sembari melirik Renald yang tampak pulas dan tenang. "Tidak di sini."
Mereka berdua memilih koridor dekat tangga evakuasi yang berada setelah dua kamar inap dari tempat Renald berada.
Regina menatap Armand takut-takut. Sedangkan, suaminya lebih memperhatikan pemandangan harmonisasi pendar lampu-lampu penerangan jalan dan hiruk-pikuk Ibu Kota yang tak pernah lelah meski sudah nyaris menyentuh jam tengah malam.
"Apa pelakunya sudah diringkus?" tanya Regina hati-hati.
"Sudah. Aku bersama Polda Metro Jaya dan Komisi Perlindungan Anak dan Wanita sudah mengurusnya. Dengan bukti-bukti yang kuat tentunya, dia pasti akan dituntut kurungan seumur hidup, aku harap hukuman mati dan enggak berhak dapat remisi. Di usianya seperti dia sudah enggak mungkin berubah."
"Pelakunya pasti Rara, 'kan?"
Armand pun menoleh kepada Regina. Pemandangan tak biasa melihat wajah istrinya pucat karena batasan ketahanan make up-nya hanya selama delapan jam, ditambah riasan rambutnya kusut masai. "Jangan ngaco kamu. Rara terus yang dipikiranmu. Emang dia siapa?"
Bibir Regina terkatup seketika. Arah pandangnya berlari ke mana-mana asal tidak pada sorot mata tajam Armand.
"Kamu kenal dia? Siapa?" cecar Armand, bersedekap. "Kenapa diam?"
Sikap suaminya yang itu sudah lebih mengerikan ketimbang bernada tinggi seperti sebelumnya.
"D-Dia kenalanku di FB ...."
"Cewek? Cowok?"
" ... cowok. Tapi sumpah demi Tuhan aku ga tahu kalau dia cowok. Awalnya dia memperkenalkan diri sebagai cewek."
"Orang mana dia?"
"Katanya kuliah semester akhir di kampus swasta Yogyakarta, tapi ...."
"Tapi hm?"
"Tapi dia menjanjikan aku jalan-jalan ke Seoul, ka-kalau aku berhasil buat fanbase di platform Wattpad. Wa-Wattpad itu tempat perkumpulan para penulis Indonesia sama luar negeri."
Armand tercengang sejenak. "Astaga, Gin!" Tawa mencibirnya meledak seketika hingga membuat Regina tersentak.
"Astaga, astaga, astaga, Sayang-ku, Cinta-ku, kamu itu kurang apa sama aku, hah? Orang itu cuma bisa iming-imingin kamu ke Seoul, pake syarat lagi. Sementara kamu bisa minta cuma-cuma plesir keliling dunia sama aku. Mau kelilingin Kota Tua Swiss? Botanical Garden Zurich? Mau coba judi ke Paradise Las Vegas? Makan di gondola Venesia? Mau ngerayain anniversary di Vondel Park Amsterdam? Colosseum atau keliling alun-alun Piazza Navona sampai lecet kaki mulus-mu sekalipun pasti kuturutin! Mau kapan? Akhir tahun ini? Kamu sudah enggak sabar kan liburan mewah?" Sambil menghirup udara kuat-kuat, ia mengusap wajahnya kasar. "Ya, Tuhan!"
Wanita itu pun merasa tertampar. Ia gigit bibir bawahnya hingga berdarah.
"Keluar duit berapa sama orang itu?" kejar Armand.
"H-Hah ... Rara? E ... eh, belum keluar sama sekali, sih. Tapi ga cuma ke Seoul, dia janjiin aku jadi penulis best seller se-Indonesia," kilah Regina.
"Sayang-ku, Cinta-ku, Manis-ku, apa permintaanmu itu ada yang enggak bisa aku wujudin?"
Regina pun hanya menduduk. Ia tergugu-gugu ketika mencoba menampik segala kenikmatan yang ditawarkan oleh suaminya. Baru ia menyadari bahwa kenapa harus jauh-jauh mencari bantuan orang asing kalau ia memiliki orang yang jelas ia percayai dan bisa diandalkan. Kenapa dirinya begitu bodoh selama ini.
"Tapi apa salah, aku ingin menjadi yang apa-apa ga harus selalu ketergantungan sama suami?"
Armand yang mendengar pertanyaan retorik istrinya justru merasa dihajar balik.
"Mau itu Rara kek, cewek jadi-jadian, siapalah dia, kamu itu, ck—" Pria itu mencoba mendebas panjang selaku meredam murka yang sejak tadi membendung di hatinya. Ia pijit batang hidungnya hingga rasa sesak di dadanya mereda walau belum signifikan bekerja. "Aku enggak habis pikir kamu bisa percaya gitu aja. Apalagi percaya sama orang yang belum pernah kamu temui. Mana itu di internet! Kamu itu bukan anak kecil lagi. Punya ponsel pintar, user-nya harus lebih cerdas lagi. Untungnya apa kamu pamerin foto-foto menggugah syahwat sama Renald? Kamu bukan buat promosi pornografi, 'kan?"
"Enggak!" tukas Regina. "B-Bukan itu—"
"Lalu untuk apa? Apa untungnya kamu percaya sama dia? Apa!?"
"Kamu harusnya mengerti kalau aku suka hal-hal begini. Aku suka jadi populer. Semua memandangku seperti bintang. Ini duniaku. Aku udah nurutin semua kemauanmu untuk lebih tertutup. Oke mungkin ada benarnya, aku udah jadi istri orang. Tapi kalau kamu kekang lagi di rumah aja atau jadi istri yang hanya berkutat di dapur, aku ga bisa terlalu ngikutin duniamu."
"Memangnya aku pernah menuntutmu harus jadi wanita dapur serbaguna? Kamu sadar enggak, aku pun enggak peduli kamu bisa masak atau enggak kek, jago menyetrika apa enggak kek, jago pijitin aku atau enggak kek, aku juga enggak nuntut kamu harus bisa bantuin aku cari solusi kalau aku lagi ruwet sama kerjaan, permintaanku itu cuma satu dan kamu pasti mudah melakukannya. Cuma, mau apa enggak, dan aku enggak melarang hobimu, tapi aku longgarin kamu malah makin jadi-menjadi. Ternyata kamu masih enggak mengerti maksudku yang sebenarnya. Aku merasa gagal mendidik istri ...." Armand mengangsurkan ponselnya kepada Regina.
"A-Apa maksudnya?"
"Lihat, baca, dan renungkan."
Regina tercekat begitu layar gawai suaminya ia usap. Gulir demi gulir jempol langsingnya menjelajahi halaman profil Instagram pribadinya yang Armand langsung tujukan ke kolom komentar pada setiap posting-annya, terlebih yang foto bersama Renald. Nyaris semua feed Regina mendapat komentar dengan kata-kata vulgar yang serupa.
Akun @lobakhitam (dengan nama profil PapaJoFa) memberi komentar pada foto Regina yang memamerkan produk pakaian balita endorsemen selebritas: "Aduh mbak 'e, celana si Mas Renald sekseh. Mr. P nya timbul mau nongol tuh. Gemes deh liatinnya lama-lama 😘"
Akun @coganlokal (dengan nama profil Big Daddy Stylist John) memberi komentar pada foto Renald berjemur sendirian di rooftop rumah mewahnya dengan celana tidur pendek motif Iron Man: "Kenikmatan mana yang kudustai, aduh basah-basah anget, Teteh Regina, awas burungnya Renald terbang kalau ga dijaga 😂😂🤣🤣🤣"
Akun @candyman (dengan nama profil Sugar Papa FarisJo) memberi komentar pada foto Regina tengah memakai bikini tipe tie-front top bersama Renald bermain ombak kecil di pantai: "My heart dumb dumb dumb to Renald's Little Brother. Ga sabar pengen ketemu dan unch unch unch 💗💓💗💓"
Akun @OppaJoFa (dengan nama profil Jo Oppa) memberi komentar pada foto Regina mengajarkan Renald berenang di kolam renang Vila Bali dengan pelambung Iron Man: "Little Brother aqu bergetar kumat nih tiap liat Mas Renald ajar renang. Pls give more sexy photoshoot 😍😍😍"
Akun @masgantengsukamenggalau (dengan nama profil Sugar Daddy Faris) memberi komentar pada foto Renald ketika nangis habis dimandikan: "Stop! Kaumencuri hatiku-hatiku~ Awww handuknya lepas dong. Ummh ummmmh. Pengen kucocok-sedot-tusuk."
Akun @babangbutuhbelai (dengan nama profil John Ris Oppa) memberi komentar pada foto makan es krim di pusat perbelajaan Singapura: "booking gw juga dungs, dokis dokis nih My Junior kebelet ketemu Dedek Renald dicampur es kirimnya 😋😋"
Entah kenapa tangan Regina gemetaran panas dingin. Biasanya ia tak peduli dengan komentar tidak senonoh yang tertuju dirinya. Namun, ketika dilayangkan kepada putranya, ada perasaan tidak rela. Seolah komentar itu menekankan bahwa Renald akan direnggut olehnya.
"Si ... siapa orang-orang ini? Kenapa aku ga ngeh selama ini ...?" Ponselnya ia kembalikan kepada suami saking tidak kuatnya lagi membaca komentar-komentar biadab itu.
Armand mengembuskan napas lelah. "Hasil penyelidikan kepolisian dengan ahli IT-nya, akun-akun itu terbukti milik akun bodong dengan nama KTP John Faris. Satu orang dengan—entah berapa banyak akun yang ia punya. Itu pun aku hanya menyaksikan di akun Instagram-mu. Entah akun-akun selebgram lainnya yang punya hobi sepertimu," cibirnya secara tersirat.
"John Faris ...? A-aku kenal dia. Maksudku dia salah satu follower-ku yang selalu update IG-ku." Mata Regina mulai berkaca-kaca ketika menatap Armand. "Tapi nama akunnya ya John Faris. Normal. Fotonya normal, ga aneh-aneh. Feed-nya juga normal, cuma foto dia lagi traveling ke mana gitu ...."
"Apa kau lebih percaya dengan terkaan dari sudut pandangmu, ketimbang dari hasil penyelidikan polisi?" tembak suaminya sedikit merundukkan kepala untuk memaksakan saling tatap muka dengan istrinya.
Wajah Regina makin kuyu. Ia remas kepalanya yang berdenyut-denyut.
"Dengar, dia pelaku penculikan anak kita dan mengaku penggemar setiamu di mana itu—Wattpad?" Armand mencengkeram kedua lengan Regina. "Apa kamu tahu kalau si JF inilah yang menyodomi kelamin Putra semata wayang kita!"
Bagai tertikam pedang bersamaan tersambar guntur, mata Regina membeliak mencerna apa yang baru saja Armand katakan. "ENGGAK! IIIH—ASTAGA!"
Untung saja koridor yang Armand pilih untuk mengobrol empat mata hanya ada satu pasien inap: Renald. Sehingga perawat lebih jarang berseliweran mengecek kondisi pasien.
Satu per satu fragmen dari komentar vulgar para penggemar mulai menyeruak. Membanting kesadaran Regina yang merasa agung karena sanggup menaklukkan birahi para lelaki di dunia maya. Bahkan penggemar lintas platform yang sebagian besar digandrungi remaja perempuan pun turun tunduk di hadapan tulisan seksual dengan layanan BDSM yang Regina elu-elukan.
Tubuh kurus itu yang terlihat rapuh ambruk juga. Menangis tersedu-sedu di bawah kaki Armand. Sungguh ia merasa tak punya muka menghadapi Renald di masa esok, mertuanya yang selalu menyayangi apa adanya, orang tua yang bangga pada pilihan pasangan hidupnya, dan tentu saja lelaki yang harta serta kuasanya membuatnya silau.
Regina merasa dirinya jijik. Lebih hina dari pelacur yang berjuang hidup demi sesuap nasi.
"Untuk apa kamu nangis .... Enggak ada gunanya ...."
Regina menengadah. Ini yang sedari tadi ia takutkan. Sorot mata kekecewaan dari Armand lebih menakutkan ketimbang luapan emosi bernada tinggi. Kalau boleh memilih hukuman fisik akan Regina terima asal Armand berhenti memandang dirinya dengan sorot mata seolah menyesal telah menikahinya.
"Maaf ... maaf ... aku minta maaf .... Aku sudah gagal menjadi Ibu dan istri yang baik untuk kalian, juga ... menantu." Isak tangisnya melimpah ruah. "Maafkan aku ...."
Armand tahu betul istrinya merupakan sosok yang angkuh. Bahkan meminta maaf untuk kesalahan sepele pun ia berani bertaruh, wanita yang ia cintai segenap hatinya itu akan bertingkah kekanak-kanakan untuk melindungi harga dirinya. Bagi Regina meminta maaf seperti menjatuhkan martabat. Akhirnya dirinyalah yang berinisiatif mengalah.
"Berdiri," perintah Armand. Kali ini ia tidak mau membantu Regina beranjak. "Apa kamu enggak dengar? Berdiri, Regina!"
Regina yang gelagapan berdiri. Dirasa tumitnya mulai senyar tidak keruan seperti ditusuk ribuan jarum. "Ceraikan saja aku ...."
Terdengar tarikan napas dalam, pria di hadapannya itu menyandarkan punggungnya pada dinding. "Kamu ingin melarikan diri dari kesalahan yang kamu perbuat dengan meminta cerai? Enak sekali."
Bibir Regina membuka dan mengatup hendak bersuara. Namun, ditahan oleh isyarat jari Armand.
"Hukuman yang paling pas kamu terima adalah belajarlah menjadi Ibu yang pantas untuk Renald. Tidak, aku tidak menuntutmu sesuai kodrat wanita secara konservatif," ujar pria itu kembali bersedekap. "Kamu paham enggak maksudku?"
Kedua mata Regina melebar. Kepalanya mengangguk-angguk. Seolah berada di hutan, bahunya terasa dingin diguyur derasnya air terjun.
"Black Card-mu sementara ini aku yang bawa. Sampai aku memutuskan kapan waktunya kamu bisa pakai dengan tepat." Armand melangkahkan kaki meninggalkan Regina sendirian. "Pekalah terhadap perasaan orang di sekitarmu. Terutama anak kita."
Genangan air mata kembali mendesak keluar, Regina sujud syukur kepada Armand.
"Terima kasih .... Terima kasiiiiiih ...."
Sebuah pemberitahuan pembaruan story baru muncul di kolom notifikasi Vita ketika ia berselancar untuk mengurus akun personalnya yang telah diubah menjadi toko online busana baju reseller. Ia sekarang memiliki mitra yang membantunya agar lebih produktif memperoleh pemasukan.
Regina? batinnya saat melihat foto profil Instagram cewek selebgram itu. Jempolnya ia gulir untuk melihat story itu. Penasaran, tentu saja.
Story
Hai, ini gw Regina T.
Haha kaget ya tiba-tiba gue bikin story background item. Singkat aja nih, pertama-tama gue minta maaf terutama buat yang merasa ada masalah sama gue, baik gue sengaja nyakitin lo atau ga sengaja, termasuk temen deket gue yang selama ini bantuin gue naikin engagement IG atau Wattpad gue (ga mau gue sebutin biar ga nambah drama hehe).
Sampai di titik ini gue merasa ada banyak hal yang harus gue jadiin guru pengalaman. Entah itu buruk atau baik.
Gue mau pamit dari Instagram biar gue bisa lebih fokus ngurus RL gue. Karna, gue merasa terlalu disibuki di dunia maya dan kehidupan real gue jadi terbengkalai. Gue akui, gue belum bisa balance ngaturnya, so ini keputusan final gue. Thank you pokoknya bagi siapa pun yang udah nikmatin feeds IG gue selama ini sebagai hiburan. Semoga berfaedah. Yang jelek dari gue jangan diambil, buat pembelajaran aja untuk kalian.
Bye-bye
Thank you!
Ps: Gue akan hapus akun gue ini dalam waktu 2 x 24 jam dari sekarang. Jadi kalau ada akun yang ngaku-aku gue, itu palsu ya.
Regina menonaktifkan semua notifikasi yang membanjiri Instagramnya. Ia mulai belajar bagaimana agar hal-hal personalnya biarlah tetap privat. Kemudian ia membuat status serupa di Wattpad. Tentu dengan template yang sama tinggal ia ubah dari Instagram menjadi Wattpad.
Tak lama muncul notifikasi dari WhatsApp menyembul di layar ponselnya. Seulas senyum terukir lamat-lamat pada bibirnya.
"Astaga, udah gue bentak sama kata-katain orang ini masih coba peduliin gue," gumamnya.
Vita
Gin? Are you oke?
Regina T
I'm okay for now.
Thanks, Vit.
Again, gue minta maaf udah ngebentak lo, ngata-ngatain lo senak jidat gu.
TBH lo kenalan daring gue yang paling waras.
Thank you udah nyadarin gue betapa egoisnya manusia bernama Regina ini.
Vita
Syukur deh kalau gitu.
Oh ya, Gin, aku barusan baca portal berita ttg kasus pedofilia yang entah kebetulan atau ngga di kawasan yang sama kamu tinggal.
Kamu sama sekeluarga ngga kenapa-napa, kan?
Regina T
Oh itu. Iya anak gue salah satu korbannya. Ternyata yang selama ini stalking gue itu, pelaku pedofilia. Bukan Rara. Astaga kenapa gue terobsesi kalau pelakunya Rara sih.
Vita
Eh!? Serius? Astaga ....
Trus anakmu gimana sekarang keadaannya?
Regina T
Anak gue udah membaik. Lagi dirawat di rumah sakit. Kayaknya butuh penanganan psikiatri buat nyembuhin trauma.
Vita
Oh, syukur deh.
Semoga lekas pulih.
Masa depan anakmu masih panjang.
Regina T
Thanks, Vit.
Kini Regina mematut dirinya di depan cermin. Biasanya ia akan melakukan ritual sepuluh langkah untuk merias parasnya hingga menawan, tapi kali ini hanya berbekal bedak yang ia gunakan. Baju yang ia pilih pun hanya dress menggembang bebas di bawah lutut berbahan sifon. Tidak ketat. Berlengan ¾. Tanpa mengekspos belahan dada sama sekali. Setitik pun. Namun, tetap menawan. Jauh lebih sopan.
"Ayo, berangkat?"
Regina dan Armand pun pergi bersama menjemput Renald dari rumah sakit.
Bagi Regina ini baru permulaan menjadi pribadi yang lebih baik. Tidak mudah. Suatu saat pasti ada kebiasaan buruk yang akan kambuh. Namun, ia akan mengendalikan itu agar tidak membuatnya gila akan pengakuan diri secara kulit. Karena ada banyak pekerjaan rumah yang akan menanti. Ia akan membuktikan bahwa dirinya berhak mendapat kesempatan.
[END]
TAMAAAAAT!!! AKHIRNYA TAMAAAAT!!!!
THANK YOU BUAT TEMAN-TEMAN YANG SUDAH BACA CERITA INI SAMPAI AKHIR!!!
Setelah ini masih ada Author Note buat cuap-cuap DAN BOCORAN CERITA BARU KAMI!
Stay tune!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top