31 - HOT Gossip

Vita berjalan bolak-balik di ruang tamu. wajahnya merah padam. Beraninya pria itu berkata macam-macam tentang anak mereka! Sudah dulu berkhianat, sekarang malah sok tahu tentang kondisi anak mereka. Lagi pula, dia tidak berhak mencampuri urusannya. Luna adalah anaknya. bajingan itu tak sedikitpun layak menilai bagaimana caranya membesarkan Luna sendirian.

Vita berusaha tak ambil pusing dengan kedatangan mantan suaminya itu. Kini ia kembali terfokus pada Wattpad-nya. Karya kelimanya sudah mencapai 10 juta view. Saatnya mempersiapkan cerita keenam yang tentu saja tak kalah cetar!

Decathect.

Judul yang cukup pasaran di wattpad, tapi dirasa cukup mewakili kisahnya tentang pasangan beda usia yang tak bisa saling melepaskan barang kenangan mereka, meski keduanya harus terpisah akibat desakan keluarga.

Vita menyunggingkan senyum kemenangan. Selenophile—nama fans pendukungnya—pasti akan rela menggelontorkan uang demi membeli buku terbarunya itu. Romantis, baper, dan membius.

Masa depan Luna akan cerah. Masalah ekonomi bukan lagi jadi penghalang anak gadisnya meraih cita-cita. Luna akan mendapat sekolah terbaik, juga makanan yang lezat. Mereka tak perlu lagi sesekali harus berhemat dengan makan mi instan atau nasi dengan sambal bawang saja.

Vita ingin Luna selalu makan makanan bergizi. Salmon panggang, steak daging, sup krim asparagus, atau menu lain yang mahal dan lezat. Vita akan memberikan yang terbaik bagi anak semata wayangnya. Ia akan membuktikan pada bajingan itu, bahwa Luna akan tumbuh dengan baik meski tanpa bantuan uang ayah kandungnya.

Suara bel rumah terdengar. Vita bergegas menutup aplikasi Wattpad-nya dan menyambut kepulangan Luna yang terlambat. Ini bukan waktunya Vita kesal. Ia harus bersikap baik agar Luna tak makin membencinya.

"Pulangnya malam amat, habis dari mana? Makan siangnya gimana? Malam udah makan? Mau makan malam bareng Mama?" Vita tersenyum yang diselingi rona wajah kecemasan seorang Ibu ketika mengetahui Luna-nya pulang melewati batas waktu seperti biasanya. Ia pun rindu bercengkerama dengan Luna. Mendengar gadis itu bercerita tentang temannya yang menyebalkan, juga pelajaran yang memusingkan. Kadang mereka menertawakan hal-hal remeh di sekolah bersama. Ia ingin sekali mengobrol hari ini.

"Luna udah makan, Bu. Permisi." Tanpa memberikan Vita kesempatan bicara, Luna bergegas meninggalkan ibunya yang masih memandang gamang.

Mood Vita terjun bebas. Kenapa lagi Luna? Vita merasa luna menjauhinya sejak dirinya justru sukses menjadi ratu romance di Wattpad. Kenapa tidak bisa kebahagiaan hadir sekaligus dengan sempurna dalam hidupnya?

Ah, sudahlah, lebih baik dia membeli es krim di warung ujung gang untuk mendinginkan kepalanya yang tampaknya mulai berasap. Vita menyambar dompet dan segera melangkah keluar.

Terik matahari main membuatkan gerah. Dia akan membeli banyak es krim sekaligus agar bisa pesta es sekalian. Siapa tahu Luna mau bergabung dan kembali mengobrol seperti biasa. Ya ... itu ide bagus.

"Es cokelatnya yang itu dua, yang sana juga dua lalu...." Vita menyebutkan detail pesanannya sembari menunjuk es berbagai bentuk di dalam kotak es.

"Wah ada tamu, kakinya banyak amat." Tetangganya tersenyum ramah sembari membungkuskan es-es itu ke dalam kantong plastik.

"Bu, telur sekilo, dong!" Tiba-tiba tetangganya yang lain datang. Vita tersenyum basa basi dan sedikit mengangguk.

"Oh, es nya buat dimakan bareng Luna. Udah lama juga ga pesta es sambil nonton film." Vita menjawab pertanyaan yang sempat terpotong sembari menyerahkan uang seratus ribu rupiah.

"Mari, Bu Hasna, Bu Ike." Vita mengangguk dan berbalik.

"Eh it's, Bu Vita." suara Bu Ike terdengar ragu-ragu.

Vita menoleh dan menatap wanita yang kini membayar telur yang dibelinya itu dengan heran. Tetangganya yang hanya mengenakan daster biru dan rambut digulung itu bergerak mendekatinya setelah semua transaksi selesai.

"Minggu lalu, ada yang lihat Luna jalan di mall sama om-om," bisiknya.

Mata Vita mendelik dan langsung berbalik. Nanar wanita itu berusaha meyakinkan Ike tidak main-main dengan ucapannya. "Mungkin Luna bertemu dengan bapaknya diam-diam."

Ike menggeleng. "Orang itu tahu kok muka mantan Bu Vita. Jadi nggak mungkin salah liat."

"Siapa sih yang bikin gosip itu?" Vita tampak tersinggung. Beraninya ada gosip mengatakan anaknya berduaan dengan om-om tak dikenal. Memang mereka pikir siapa Luna?! Dia anak manis yang baik hati. Kesopanan dan kepatuhannya patut diacungi jempol. Bahkan anak gadisnya lebih memilih belajar kelompok setiap sabtu daripada jalan-jalan ke mall.

"Wah, soal itu saya kurang tahu." Ike tampak berduka. "Soalnya cuma terdengar 'katanya' aja. Hanya saja, udah menyebar ke mana-mama, Bu. Saya kasih tahu buat jaga-jaga. Soalnya Bu Vita kan nggak ikut grup Whatsapp kompleks."

Lagi-lagi Vita merasakan dadanya mencelus. Bagaimana bisa anaknya menjadi bahan gosip di kompleks. Kurang ajar!

"Makasih atas infonya. Tapi, anak saya nggak mungkin jalan sama om-om selain sama ayahnya!" Vita pun tanpa berpamitan langsung pergi meninggalkan wanita itu. Terik mentari yang menusuk ubun-ubun makin membuat kepalanya berputar.

"Luna, kamu tidur?" Vita mengetuk kamar Luna beberapa kali.

Suara derit pintu terbuka dan wajah malas Luna muncul di balik pintu.

"Boleh Ibu masuk? Ibu bawakan banyak es krim, nih." Vira mengangkat aneka esnya ke atas.

Luna sempat ragu. Namun, godaan es krim aneka warna menggodanya. Ia pun menggeser tubuhnya dan mengizinkan Vita masuk.

Mereka sempat tak bicara apa pun saat memakan es krim pertama. Vita lebih menghabiskan waktu untuk melihat dekorasi kamar anaknya yang berubah drastis sejak terakhir kali ia masuk ke dalam.

Ada lampu tumblr menghias dinding, karpet merah muda berbentuk lingkaran di tengah ruangan, juga banyak pernak-pernik shabby chic yang menghias di sana-sini.

"Kamarmu sekarang cantik." Vita mulai angkat bicara, tapi Luna hanya menjawab dengan gumaman tak jelas.

Vita berusaha mengorek keterangan lebih lanjut. "Beli di mana?"

"Online shop."

Mulut Vita melongo. "Berapa harganya? Mama pengin buat kamar Mama. Cantik," ucapnya basa-basi.

Vita mendengkus tak suka. "Sudah habis."

"Aaah ... begitu, ya. Mahal?"

Luna terdiam.

"Kamu punya pacar, ya, yang ngebeliin semua ini? Temen sekelas? Atau kakak kelas? Ganteng?" Vita tampak semringah. Anaknya sudah besar rupanya. Namun, sebagai ibu yang baik, ia harus tahu siapa kekasih anaknya.

Alih-alih menjawab, wajah Luna justru ditekuk keras. "Apaan sih, Bu! Sekarang aja mau tanya-tanya. Kemaren ke mana aja? Udah ah, Luna ngantuk!" Luna melemparkan bungkus es krim ke keranjang sampah di samping meja belajar yang biasanya untuk sampah kering saja. Namun, ia tak peduli. Gadis itu hanya ingin tidur. Melihat Vita membuatnya ingin marah saja.

Melihat Luna merebahkan diri di kasur dan langsung menarik selimut hingga menutupi kepala, membuat hati Vita tersayat. Dengan gontai ia berjalan keluar kamar. Hatinya terasa meranggas dan panas hingga es yang baru ditelannya terasa pahit dan menyesakkan.


Ada yang bisa nebak apa yang terjadi berikutnya? Hehehehehe

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top