29 - Percaya atau Tidak, Wanita Single Parent ini.....
Tamagochan:
Kali ini kakak harus ....
Vita:
Apa? Ngetikmu kok lama?
Tamagochan:
Sorry, habis ditelpon pacar, padahal baru setengah ngetik. Kali ini kakak harus siapin naskah yang mau diterbitin. Sudah waktunya buku kakak dilempar di pasaran.
Vita:
Serius? Akhirnya! Oke, apa aja yang harus aku siapin?
Tamagochan:
Self editing pastinya. Selagi Kakak beresin naskah, aku sudah jalan untuk pra produksi. Untuk itu aku butuh duit untuk ngurus ISBN. Ga banyak sih. Cuma sejuta. Harus diurus sekarang karena antrian ISBN bisa lama banget. Ini supaya begitu naskah kakak selesai, bisa langsung cetak dan jual, ga perlu nunggu-nunggu lagi.
Vita:
Yes! Minta nomor rekeningmu, aku transfer saat ini juga, biar segera diurus.
Tamagochan:
Oke, Kak!
Wanita bertubuh tambun itu menunggu Rara mengirimkan nomor rekeningnya. Dalam lima menit, uang sejuta sudah berpindah tangan. Saatnya Vita bersinar. Dia tidak bisa menahan senyumnya. Setelah dia bisa menerbitkan buku, uang untuk pendidikan Luna akan aman. Sejuta memang besar, apalagi untuk kondisi keuangannya sekarang, tapi membayangkan uang yang mengalir kemudian membuat Vita semangat. Pada saat itu dia teringat akan Esta.
Vita hanya menggeleng-gelengkan kepala ketika Esta akhirnya undur dari grup what's app Queen Wannabe. Bisa-bisanya gadis itu tumbang hanya karena kebodohan sendiri. Bukannya menikmati kesuksesannya sebagai penulis fanfik populer, Esta malah terjebak dengan permainannya sendiri yang berbahaya. Riwayat gadis itu habis. Selain karena namanya yang sudah tercemar karena dianggap menipu, keluarga Esta juga marah besar sehingga membatasi semua akses sosial medianya.
Harusnya Esta bisa menggunakan namanya untuk hal-hal yang lebih berguna, seperti Vita tentu saja. Semenjak kasus plagiat yang dia terima, popularitas Vita makin memuncak. Bahkan akun barunya sudah melebihi jumlah follower akun lamanya. Sekarang, Vita sudah bertengger di salah satu jajaran penulis romance favorit di Wattpad. Followernya menyentuh angka enam digit dan tak terhitung tawaran dari para penerbit yang ingin menerbitkan karyanya. Namun, Vita masih mengingat perjanjiannya dengan Rara silam. Supaya tidak dianggap tidak tahu balas budi, Vita menyimpan karya-karyanya untuk diterbitkan di tempat langganan Rara. Lagipula, Rara berjanji kalau royaltinya akan jauh lebih besar.
Demi menabung uang kuliah anak semata wayangnya, Vita pun bersabar.
Selama menunggu antrian naskah di penerbit Rara selesai, Vita tentu saja tidak membuang waktu dengan bersantai. Sebagai gantinya, dia menulis makin gila dan mengupdate ceritanya seperti kesetanan. Dalam waktu dua bulan sudah bertengger tiga cerita dengan kata tamat di wattpadnya. Masing-masing memiliki view lebih dari lima juta. Para pembacanya seperti tidak pernah puas dengan setiap cerita yang dia suguhkan dan selalu minta lebih. Ini saja dia sudah ditagih untuk mengupdate cerita keempatnya yang lagi-lagi sedang merangkak menuju popularitas.
Kini semua usahanya akan berbuah manis. Luna akan mendapat pendidikan terbaik. Vita langsung membuka naskah yang dia yakin paling mampu meroketkan namanya di dunia buku cetak dan mulai merevisi. Kata demi kata dia baca ulang dan mengutiknya agar menjadi lebih efektif serta menghanyutkan. Begitu seterusnya hingga dia tak sadar, waktu sudah berganti.
"Bu?" sapa Luna yang baru saja pulang sekolah. Gadis itu melongok ke arah kamar sang ibu dan mendapati Vita asik mengetik di ponsel tanpa sempat mengganti baju kantornya.
"BU!" panggil Luna sekali lagi membuat Vita terlonjak dan langsung menghentikan aktivitasnya.
"Kamu sudah pulang?" balas Vita memasang senyum keibuannya.
"Iya, Bu." Luna mengerutkan alis, tampak tidak suka dengan respon sang ibu yang tidak memperhatikannya. "Aku langsung ke kamar ya. Udah makan sama teman!" lanjut Luna agak ketus menunjukkan kekesalannya tapi dia tidak langsung berlalu, menunggu respon Vita.
Dia berharap Vita akan sadar lalu berusaha membujuk, tapi ibunya itu malah langsung asik lagi dengan ponselnya dan menganggap gadis itu tidak ada. Luna mengembuskan napas kesal lalu mengentak-entakkan kaki menuju kamarnya dan membanting pintu lumayan keras. Sayang, Vita sudah terlalu asik menulis hingga tidak menyadari kalau anaknya sedang marah.
Minggu-minggu ke depan, juga tidak membuahkan hasil. Padahal Luna sudah melancarkan aksi mogok makan bersama, aksi pulang lebih malam dari biasanya dan aksi-aksi lainnya. Gadis muda itu kesal setengah mati karena sang ibu lebih memilih berkutat dengan ponsel daripada mendengarnya berbicara. Luna pun bertanya-tanya apa yang membuat ibunya berubah drastis seperti itu. Jelas, sebelum ini Vita selalu ada untuknya. Kapan pun Luna membutuhkan teman bercerita, secapek apa pun ibunya dari kantor, Vita tidak pernah alpa untuk fokus mendengarnya. Namun kali ini, ibunya seperti orang lain.
"Bu!" seru Luna menuntut perhatian. Dia meletakkan sendok garpu di piring agak keras, menimbulkan bunyi kelontang.
Vita tidak langsung menggubris. Wanita itu fokus mengetik ponsel sambil makan.
Luna kesal dan mengintip ponsel sang ibu yang duduk di sebelahnya. Vita yang menyadari Luna memata-matai langsung menjauhkan ponselnya dari jangkauan mata Luna. Sekejap, Luna dapat melihat sebuah aplikasi dengan logo huruf W berwarna orange.
"Ada apa, Luna?" tanya Vita agak terganggu dengan kelakuan anaknya. "Jangan kurang ajar gitu sama orang tua. Masa ngintip-ngintip gitu."
Jawaban Vita membuat Luna makin kesal. Dia mendorong sisa makanannya. "Aku sudah enggak lapar," ucapnya sambil pergi ke kamar dengan wajah cemberut.
"Loh! Luna!" panggil Vita menyusul anaknya tapi Luna menutup pintu dengan keras dan menolah membukakannya, tidak peduli Vita memanggil.
Untuk menunjukkan kemarahannya, Luna memutar musik keras-keras.
Vita merasa kesal juga dengan kelakuan Luna dan kembali fokus pada ponselnya. Nanti saja dia akan urus Luna, yang penting hari ini harus update satu chapter karena sudah ditunggu oleh para pembacanya. Cerita keempatnya yang berjudul, "Om, I Love You" sudah merangkak naik ke bilangan dua juta kali dibaca. Kalau dia bisa update malam ini, bisa-bisa akhir minggu nanti akan menembus angka tiga juta kali dibaca.
Luna di kamarnya penasaran dengan aplikasi yang digunakan oleh sang ibu. Dia pernah melihat logo itu entah di mana. Jadi dia bertanya pada grup chat genknya tentang aplikasi itu sekaligus curhat karena ibunya tidak peduli. Siapa bilang cuma anak muda yang bisa ketagihan ponsel.
Cherylmoets
Oh aplikasi itu. Aku tahu, soalnya aku juga baca. Coba aja cari di google app. Namanya Wattpad. Ih ibumu gaul banget sampai bisa ngerti Wattpad segala.
LunaL
Gaul apanya? Dia sampai lupa anak! Huft! Itu aplikasi apaan sih?
Cherylmoets
Itu app buat baca cerita. Bagus-bagus loh. Coba baca yang judulnya Om, I Love You. Itu bikin klepek-klepeeeek!
Finna G.
App itu kan isinya cerita mesum! Kalian kok baca sih?
Cherylmoets
Yeee, sok tau amat. Kita kan juga butuh refreshing. Masa belajar mulu. Refreshingku ya baca cerita.
Luna tidak lagi menyimak pertengkaran antara dua temannya itu. Satunya kutu buku, satunya lagi gaul abis. Entah bagaimana mereka bisa bertemu dan menjadi teman baik. Tangan lentik gadis itu segera mengetikkan pencarian aplikasi yang dimaksud oleh Cheryl dan dalam waktu singkat menemukannya. Luna menginstal lalu mengecek secara acak cerita-cerita yang ada di Wattpad hingga dia teringat judul yang disebutkan Cheryl tadi.
Chapter 1, chapter 2, chapter 3. Ceritanya seru. Luna mendapati semalaman dirinya menghabiskan cerita romansa beda usia tersebut.
Setelah beberapa waktu tidak mengobrol dengan Luna, Vita akhirnya sadar kalau dia sudah agak menelantarkan anak semata wayangnya. Maka, setelah mencapai target lima juta kali dibaca untuk cerita terbarunya, Vita memutuskan untuk hiatus sejenak dan memberi pesan bahwa dia akan kembali secepatnya.
Jadi hari itu, Vita pulang kantor lebih cepat dan memasak makanan kesukaan Luna. Ayam cah jamur lengkap dengan sapo tahu. Sebagai pelengkap, Vita juga membeli kue Red Velvet kesukaan Luna. Dia sudah mengirim pesan pada anaknya untuk pulang cepat, sekaligus minta maaf karena sudah mengabaikannya. Vita memberikan alasan bahwa dia sibuk melakukan kerja sambilan untuk menambah uang.
Namun hingga pukul sembilan malam, Luna tidak membalas. Vita pun mulai khawatir sesuatu terjadi pada anaknya. Dia menelpon Luna berkali-kali hanya untuk diabaikan. Ketika jam bergerak ke arah sepuluh, telepon Vita berbunyi. Vita langsung melihat caller id, berharap itu adalah Luna. Namun nama yang muncul di sana sungguh di luar dugaan.
Kami tidak hiatus lagi looh! Kasih semangat dong biar ga hiatus hiatus sampe cerita ini tamat!
Thank you sudah nemeni kami sejauh ini!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top