21 - Kartu Sakti Kesesatan
Esta mengintip ke dapur dan melihat mama sedang menggoreng ikan. Gadis belia itu segera menuju kamar orang tuanya lalu masuk dengan mengendap-endap. Jantungnya bergemuruh, tangannya mulai basah oleh keringat. Tanpa menyalakan lampu kamar, ia membuka lemari pakaian dan memeriksa bagian lacinya.
Yes, ketemu! Esta membatin.
Sebuah dompet kecil khusus menyimpan kartu ia temukan di laci tersebut. Cepat-cepat ia membuka dan memeriksa isinya. Namun, lampu yang tiba-tiba menyala, membuatnya terlonjak kaget.
"Lagi ngapain, Ta?"
Suara mama membuyarkan konsentrasi Esta. Nyaris saja ia menjatuhkan dompet kecil itu. Buru-buru ia memasukkan kembali dompet itu lalu menutup lacinya.
"Eh, anu ... Enggak ngapa-ngapain kok, Ma. Cuma mau pinjam baju kebaya Mama," jawabnya gelagapan.
"Baju kebaya?" tanya Mama heran.
"Itu, Ma, aku ada tugas Bahasa Indonesia untuk pentas drama. Kebetulan kostumnya pakai kebaya," jawab Esta asal. Tentu saja ia hanya mengarang alasan.
"Oh. Kenapa nggak bilang Mama? Kan bisa Mama carikan."
Esta menelan ludah. Ia ketakutan setengah mati. Baru sekali ini ia berusaha mengambil yang bukan miliknya.
"Itu, aku enggak mau ganggu Mama. Maaf ya, kalau Esta lancang ke kamar Mama," katanya sambil terus menunduk.
"Settingnya seperti apa? Nanti Mama carikan kebaya yang cocok."
Degup jantung Esta mulai stabil.
L Syukurlah Mama percaya dengan alasannya. Akhirnya mereka malah mencari baju kebaya Betawi dan selendang untuk drama Si Pitung.
Email dari penerbit datang lagi. Email itu berisi peringatan bahwa batas waktu pelunasan PO novel MY SEXy BOYFRIEND tinggal 2 hari lagi.
Kepala Esta bertambah pusing. Ia segera mengambil kalkulator lalu mengetikkan angka-angka. Biaya cetak seribu exemplar 48 juta. Dia sudah membayar DP 50% artinya dia butuh 24 juta lagi untuk melunasi sisanya.
Dia melihat saldo di tabungannya, hanya ada satu juta rupiah. Jelas dia tidak mungkin bisa mencari uang 24 juta dalam dua hari dengan membuka PO jastip. Lagi pula keuntungan jastip sekali PO rata-rata tidak sampai lima juta.
Astaga, rasanya Esta ingin menggadaikan hidupnya dengan pesugihan saja kalau hal itu memang ada. Namun, cepat-cepat ia mengenyahkan pikiran itu. Ia tidak akan menggadaikan dirinya dengan jin dan sebangsanya.
Gadis SMA itu bertambah pusing, karena setiap membuka media sosial selalu ada saja teror dari para pembeli novel MY SEXy BOYFRIEND. Mereka sudah mulai mengancam dan mengganggu di DM maupun di kolom komentar setiap statusnya. Mulai dari ancaman untuk membuat viral kasusnya sampai mau membawa masalahnya ke polisi. Sampai-sampai Esta menonaktifkan kolom komentar.
Gadis penggemar Jungkook itu sadar jika ia tak bisa terus-menerus menghindar. Masalah ini harus segera diselesaikan. Namun, bagaimana caranya mencari uang dua puluh juta dalam waktu semalam. Ia tidak mungkin pinjam dari teman-teman. Satu-satunya ide paling waras untuk membebaskan dirinya dari jerat masalah novel ini hanya meminjam kartu kredit mama. Dia harus cari timing yang tepat untuk mengambil kartu itu dari kamar mama.
Hari masih pagi ketika notifikasi dari penerbit datang. Esta menyentuh pesan WhatsApp tersebut.
Penerbit Maju Bersama
Dear Ariesta Budiman,
Mohon segera melunasi PO novel My SEXy Boyfriend. Kami tunggu konfirmasi pelunasannya sampai pukul 17.00. Jika tidak ada konfirmasi maka PO kami batalkan dan DP yang sudah dibayar hangus.
Terima kasih.
Mampus! Esta segera memutar otak bagaimana cara supaya bisa masuk kamar mama dan "meminjam" kartu kredit tanpa ketahuan.
Kewajiban sekolah benar-benar menyusahkan dan menyita banyak waktu. Pukul 07.15 dia harus tiba di sekolah, lantas belajar hingga pukul 14.30. Belum lagi jika ada tugas kelompok, dia bisa sampai di rumah menjelang magrib. Habislah tenggat waktu yang diberikan oleh pihak penerbit. Apalagi jika adiknya yang kayak satpam itu sudah sampai di rumah lebih dulu, Esta benar-benar akan kehilangan kesempatan.
Akhirnya sebuah bohlam menyala di otaknya.
Pagi itu Esta berselimut meski udara kota Surabaya sudah hangat. Ia sedang berpura-pura sakit. Dengan senhaja ia tidak menyahut waktu mama dan adiknya memanggil untuk sarapan.
Kamar Esta diketuk, lalu muncul mama dari balik pintu. Wajah panik mama langsung timbul ketika melihat anak sulungnya masih bergelung dengan selimut di atas kasur.
"Esta, kamu kenapa?" tanya mama sambil memegang dahi putrinya.
Kepanikannya mulai berkurang saat mengetahui suhu tubuh Esta cenderung normal.
"Aku pusing banget, Ma. Tadi aku udah bangun, tapi semua malah keliatan muter-muter sampai dahiku jedot tembok. Kayaknya migrainku kambuh," jawab Esta lemah sembari memijit keningnya.
"Ya, sudah. Hari ini kamu nggak usah sekolah dulu. Istirahat aja. Sebentar ya, Mama ambilkan sarapan dan obat."
Esta merasa lega untuk sesaat. Dramanya berhasil, tetapi ia tidak boleh lengah dan harus bisa memanfaatkan kesempatan yang ada. Kalau hari ini ia gagal maka tamatlah riwayatnya.
Setelah memastikan semua orang sudah pergi, papa ke kantor, Freddy sekolah, dan mama ke tukang sayur langganan, Esta buru-buru turun ke kamar orang tuanya. Beruntung mama tidak pernah mengunci kamar. Pun lemari, kuncinya selalu tergantung di tempatnya.
Esta tidak kesulitan mencari di mana kartu sakti mamanya disimpan. Sebelum ini, ia sudah pernah mencoba mengambil meski gagal. Semoga mama tidak memindahkan atau malah membawa dompet kartu itu.
Kali ini Esta harus cermat menghitung waktu, jangan sampai kesempatannya hilang lagi. Begitu masuk ke kamar mama, ia langsung menuju laci kecil di dalam lemari pakaian.
"Yes!" gumam Esta senang ketika dompet kulit berwarna hitam itu ada di tangannya.
Tanpa berpikir dua kali, gadis belia itu segera mengambil sebuah kartu warna emas berlambang VISA lalu memasukkannya ke saku piyama. Setahu Esta, mama sangat jarang menggunakan kartu kredit.
"Semoga mama tidak sadar kalau kartunya aku pinjam," doanya.
Kemudian dengan sangat hati-hati, ia mengembalikan dompet itu ke tempatnya semula. Semua dilakukan dengan cermat sehingga tidak ada benda lain yang posisinya berubah walau seinci. Setelah beres, Esta pun keluar dari satu-satunya kamar di lantai bawah itu.
Untuk memperkuat alibinya, Esta mengambil termos kecil di dapur, lalu mengisinya dengan air teh hangat dan madu. Ia bersenandung riang kembali ke kamarnya.
Baru saja kakinya menginjak pertengahan tangga, seseorang memanggil namanya. Suara mama terdengar dari dasar tangga.
"Esta, kamu kok jalan-jalan? Bagaimana kalau nanti terjatuh?"
Esta berhenti dan menoleh. Cepat-cepat ia mengenyahkan senyum semringah di wajahnya dan mengganti dengan memasang tampang lemah.
"Esta jalannya pelan-pelan kok, Ma. Lagian ini Esta cuma bikin teh manis hangat," jawabnya beralasan. "Aku ke kamar dulu ya, Ma," pungkas Esta sambil berbalik meninggalkan mama.
Sampai di lantai dua, ia cepat-cepat masuk kamar dan mengunci pintu. Jangan sampai nanti mama memergokinya sedang menyalakan laptop, padahal disuruh beristirahat.
Esta membuka chrome lalu mengetikkan nama website penerbitnya. Usai login, ia pun langsung menuju ke menu pesanan dengan mengetikkan nomor order. Setelah keluar rincian biaya, ia segera mengeklik menu pembayaran dengan kartu kredit. Esta memasukkan deretan angka yang tertera di kartu, tak lama kemudian muncul notifikasi pelunasan PO.
Akhirnya masalah dengan penerbit beres. Sebentar lagi novelnya bisa ia kirim ke tangan para pembelinya. Dengan begitu ia akan terbebas dari warganet yang telah mengancamnya di dunia maya.
Esta tersenyum puas. Tugasnya tinggal mengembalikan kartu mama ke tempat semula dan berpura-pura seakan tak ada apa-apa. Namun, sayang sekali kalau kartu sakti seperti ini hanya menganggur sia-sia di lemari. Sebuah ide cemerlang kembali singgah di benaknya.
Hai!
Aku kembali lagi :'D maaf seminggu kemarin hiatus tanpa pemberitahuan :')
Minggu ini akan kembali aktif tapi pertama-tama kudu update yang tertinggal hahahaa
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top