CHAPTER 8

Title: MURDER CASE IN BANGTAN ESTATE

Cast: Namjoon, Jin, Yoongi, Hoseok, Jimin, Taehyung, Jungkook

Lenght: Chapter

Rating: 15+

Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95]

CHAPTER 8

.

DESEMBER 2016

Mata Jimin mulai merah karena lelah. Seharian itu ia terus berkutat dengan semua dokumen pembunuhan Kim Seokjin, namun tak ada kemajuan dalam dokumen yang dipelajarinya.

Semua bukti murni tertuju kepada Taehyung.

"Apa benar.. Ia pelaku sebenarnya?" gumam Jimin sambil memijat pelan keningnya.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10.40 PM, dan ruangan itu sudah kosong, hanya ada Jimin seorang diri.

"Aku malas pulang rasanya.. Haruskah aku tidur di ruangan ini saja?" gumam Jimin.

Tiba-tiba handphone Jimin berdering.

Jimin melihat layar handphonenya.

Jungkookie is calling.

"Uh? Ada apa ia meneleponku semalam ini tiba-tiba?" gumam Jimin sambil menekan icon berwarna hijau itu.

"Jungkook ah~~ Waeyo?" sahut Jimin.

"Kau sedang apa, hyeong?" sahut Jungkook.

"Sedang berpikir, haruskah aku pulang selarut ini atau tidur di ruanganku saja... Waeyo?" sahut Jimin.

"Kau masih di ruang kerjamu?" sahut Jungkook dengan nada sangat terkejut.

"Majjayo.. Waeyo? Tumben kau tiba-tiba menelepon begini?" sahut Jimin.

"Kau... Pasti sedang berkutat dengan semua data Kim Taehyung kan?" sahut Jungkook dengan nada sedikit aneh.

"Majjayo.. Bagaimana kau tahu?" sahut Jimin.

"Sudah kubilang, jangan menjadi pengacaranya! Sekeras apapun usahamu, kau tidak akan bisa melepaskan Kim Taehyung dari tuduhan tersangka.. Cih..." gerutu Jungkook.

"Kau berniat menceramahiku lagi, Jeon Jungkook?" sahut Jimin. Dari nada suara Jimin, Jungkook tahu betul betapa lelah sahabatnya itu.

"Berhentilah untuk hari ini, hyeong.. Siap-siap, lima belas menit lagi aku tiba di kantormu... Ayo makan malam bersama lalu aku akan mengantarkanmu pulang..." sahut Jungkook.

"Uh? Ahhh~ Ne, araseo..." sahut Jimin.

Setelah panggilan terputus, Jimin merapikan mejanya sejenak, lalu mencuci muka, dan segera berjalan turun ke lobi.

"Ada apa dengannya? Tumben ia seperhatian ini lagi padaku? Sejak aku menjadi pengacara dan ia menjadi detektif, kami nyaris tidak pernah menghabiskan waktu bersama dengan baik karena disibukkan dengan pekerjaan kami masing-masing..." gumam Jimin sambil menaiki lift menuju lantai dasar.

"Ia bahkan biasanya marah-marah jika aku memintanya menjemputku sepulang kerja..." gumam Jimin lagi sambil keluar dari lift menuju depan gedung kantornya.

Suasana sudah sangat gelap. Hanya tinggal beberapa security yang ada di dalam gedung itu.

Jimin menunggu Jungkook, namun tiba-tiba sebuah suara seolah terdengar di telinganya.

"Park Jimin, kau baru pulang selarut ini? Berjuanglah untuk persidanganmu empat hari lagi.. Sudah kubilang padamu sejak awal kan bahwa kau akan kalah...Untuk apa kau pulang selarut ini? Toh kau akan kalah dalam persidangan melawanku empat hari lagi..."

Suara itu adalah suara Jin. Dan suara itu kembali terngiang di telinga Jimin ketika ia berdiri sendirian di depan lobi menunggu kedatangan Jungkook.

.

.

.

SEPTEMBER 2016 (Tiga Hari Sebelum Pembunuhan Jin Terjadi)

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 08.20 PM.

"Ayo pulang, Jimin ah.." sahut Minseok.

Jinyoung dan Hyungsik juga sudah merapikan meja mereka.

"Kajja, Jimin ah..." sahut Hyungsik.

Sementara tiga teman seruangannya sudah merapikan meja kerja mereka dan bersiap untuk pulang, Jimin dengan rambut kusut dan wajah kelelahan itu masih saja berkutat denga semua data dan dokumen yang menumpuk di mejanya.

"Kalian pulang duluan saja.. Waktuku menuju persidangan tinggal empat hari lagi.. Aku harus berusaha lebih keras kali ini..." sahut Jimin.

"Jaksa Kim Seokjin lagi yang akan kau hadapi?" tanya Jinyoung.

Jimin menganggukan kepalanya.

"Aigoo~ Himnae, Jimin ah! Ini akan menjadi persidangan yang berat lagi..." sahut Minseok.

"Gumawo, hyeong.." sahut Jimin.

"Sepertinya jaksa Kim Seokjin sedang ada di lantai tiga... Ia ada meeting tadi jam tujuh malam dengan Jo Insung sunbae..." sahut Hyungsik.

"Kudengar mereka berteman cukup dekat..." sahut Jinyoung.

"Aku baru tahu ada jaksa yang bisa bersahabat dengan kepala pengacara..." sahut Minseok.

"Kudengar dulu jaksa Kim Seokjin sering kalah dalam persidangannya di awal karirnya setiap ia berhadapan dengan Jo Insung sunbae... Tapi sejak Insung sunbae menjadi kepala pengacara dan tidak lagi menghadiri persidangan, mereka jadi berteman dekat.." sahut Hyungsik.

"Whoaaa~ Kurasa suatu saat nanti kau juga akan bisa bersahabat akrab dengan jaksa Kim Seokjin, Jimin ah..." sahut Minseok, menggoda Jimin.

"Yaishhh~ Aku tidak akan pernah mau bersahabat dengannya! Ia sangat menyebalkan!" gerutu Jimin.

Setelah itu, ketiga sahabatnya itu pulang dan tinggal Jimin seorang diri di ruangannya.

Pukul 09.20 PM, Jimin turun ke lobi untuk pulang, dan ia berpapasan dengan Jin yang juga baru saja akan pulang dari gedung itu.

"Oooooh~" sahut Jin ketika berpapasan dengan Jimin.

Jimin menatap Jin dengan agak terkejut, tak menyangka ia akan berpapasan dengan Jin.

"Park Jimin, kau baru pulang selarut ini?" sahut Jin dengan senyuman angkuh di wajahnya. "Berjuanglah untuk persidanganmu empat hari lagi.. Sudah kubilang padamu sejak awal kan bahwa kau akan kalah...Untuk apa kau pulang selarut ini? Toh kau akan kalah dalam persidangan melawanku empat hari lagi..."

"Cih..." gerutu Jimin. Wajahnya menunjukkan ekspresi kesal.

"Berjuanglah semampumu, Park Jimin... Sampai bertemu lagi di ruang persidangan empat hari lagi..." sahut Jin sambil menepuk pelan bahu Jimin, lalu Jin berjalan menuju parkiran mobil, meninggalkan Jimin berdiri sendirian dengan rasa kesal di lobi itu.

.

.

.

DESEMBER 2016

"Hyeong... Jimin hyeong... Ada apa?" sahut Jungkook sambil menepuk pelan bahu Jimin.

Jungkook sudah hampir lima menit berdiri di hadapan Jimin, namun Jimin tidak menyadari kedatangan Jungkook.

Wajah Jimin menunjukkan bahwa ia sedang termenung memikirkan sesuatu hingga tak menyadari kedatangan Jungkook.

Jimin tersadar dari lamunannya karena tepukan Jungkook di bahunya.

"Ah! Kau sudah datang?" tanya Jimin.

"Kau sedang memikirkan apa sampai tidak menyadari kedatanganku?" tanya Jungkook.

Jimin menggelengkan kepalanya. "Aniya.. Aku hanya kelelahan... Ayo, kita makan malam..."

"Aigoo~ Kau terlihat sangat sangat lelah sekali, hyeong... Ayo, waktunya kita makan..." sahut Jungkook.

Jimin tersenyum sambil menganggukan kepalanya. "Kajja~"

.

.

.

"Taehyung ah.. Apa ingatanmu sudah ada yang kembali?" tanya Yoongi.

Malam itu Yoongi dan Taehyung sedang berbaring bersiap untuk tidur. Posisi matras mereka tergelar bersebelahan.

Taehyung menjawab pelan, "Eobseo..."

"Lalu.. Bagaimana dengan sidangmu? Tinggal enam hari lagi sidangmu akan dimulai..." sahut Yoongi.

Taehyung diam sejenak, lalu menjawab, "Aku juga tidak tahu... Apa yang harus kulakukan atau kukatakan pada persidanganku nanti..."

"Apalagi pengacaramu si bodoh Park Jimin itu... Kau tidak bisa berharap banyak darinya..." sahut Yoongi.

"Apa ia sepayah itu?" tanya Taehyung.

"Sangat sangat payah..." sahut Yoongi.

"Aaaahh..." sahut Taehyung sambil membuka mulutnya cukup lebar.

Yoongi terdiam sejenak, lalu berkata, "Sebenarnya... Bukan payah... Hanya saja, ia kurang tegas dalam membela kliennya... Dan... Kemampuannya kalah jauh ketika ia berhadapan dengan hyeongmu yang sudah meninggal itu..."

"Ia selalu kalah... Melawan Jin hyeong?" gumam Taehyung.

"Aigooo~ Hoaaahhhmmmmm~ Aku sudah mulai mengantuk.. Kurasa lebih baik kau juga tidur, siapa tahu ingatanmu melintas begitu saja lewat mimpimu..." sahut Yoongi.

Sementara Yoongi perlahan mulai terlelap dalam tidurnya, Taehyung belum juga bisa tertidur.

"Apakah selamanya... Ingatanku ini tidak akan kembali?" gumam Taehyung.

Malam semakin larut, dan suasana menjadi sangat hening.

Taehyung, yang baru saja mulai terlelap, tiba-tiba terbangun dengan penuh keringat.

"Kim Taehyuuuuuuuuuuuung!"

Wajah dan tubuh Jin yang berlumuran darah sambil memanggil namanya itu seolah terlihat jelas dalam mimpinya, membuatnya terbangun dengan penuh keringat di sekujur tubuhnya.

"Hhhhh... Hhhhh... Hhhhh..." Taehyung mengambil posisi duduk di atas matrasnya sambil berusaha mengatur nafasnya. Jantungnya berdetak sangat cepat karena mimpinya barusan.

Yoongi, yang mendengar nafas Taehyung yang sangat cepat itu, terbangun.

Yoongi segera duduk dan menatap Taehyung. "Kim Taehyung.. Neo gwenchana?"

Taehyung menganggukan pelan kepalanya.

"Kau... Mengingat sesuatu?" tanya Yoongi sambil memicingkan matanya.

"Aniya..." sahut Taehyung sambil menggelengkan kepalanya.

Yoongi terus menatap Taehyung yang tengah berusaha menetralkan kembali nafasnya.

Tak lama kemudian nafas Taehyung mulai kembali normal.

"Kau tidur lagi saja, hyeong... Aku baik-baik saja..." sahut Taehyung sambil kembali berbaring di atas matrasnya.

.

.

.

Ucapan Namjoon kembali melintas di benak Hoseok pagi itu ketika ia sendirian di dalam ruang kerjanya.

"Kim Taehyung mendapat pengacara... Ia tidak akan berdiri sendirian dalam persidangan minggu depan..."

Kedua telapak tangan Hoseok dilipat tepat di depan mulutnya dengan kedua sikutnya menempel di meja.

Bibirnya berkali-kali ditempelkan ke kedua tangannya yang terlipat di depan mulutnya itu.

"Dan kau tahu siapa pengacara yang akan membelanya? Park Jimin... Sang pengacara yang selalu kalah melawan Jin hyeong..."

"Mengapa Park Jimin justru bersedia membela Kim Taehyung? Bukankah setahuku ia begitu membenci Jin hyeong? Aku bahkan pernah mendengar ia menggerutu setelah kalah dalam persidangan dan berkata bahwa ia ingin membunuh Jin hyeong seandainya ia punya kesempatan..." gumam Hoseok.

Hoseok memiringkan kepalanya. "Atau... Ia memiliki sesuatu untuk ditunjukkannya dalam persidangan ini? Apa ia.. Terlibat juga dalam kasus ini? Apa ia tahu sesuatu makanya ia bersedia menjadi pengacara Taehyung?"

"Aku agak aneh mengapa ia bersedia menjadi pengacara Taehyung padahal dalam kurun waktu sesingkat ini sidang Taehyung akan kembali digelar? Apa ia tahu sesuatu mengenai kasus pembunuhan ini? Coba kau telaah segala sesuatu tentang Park Jimin sebelum persidangan dimulai... Siapa tahu... Ia bisa saja menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan ini..."

"Kalau dipikir-pikir, bukankah kematian Jin hyeong terjadi tepat sehari sebelum persidangan Jin hyeong melawan Park Jimin akan digelar?" gumam Hoseok.

Hoseok tiba-tiba menjadi sangat bersemangat untuk mencari tahu segala hal mengenai pengacara bernama Park Jimin itu.

"Kurasa... Sidang minggu depan akan menjadi sidang yang cukup menarik..." gumam Hoseok.

.

.

.

"Argggghhhhh!"

Siang itu, tiba-tiba saja Taehyung kembali berteriak dalam sel.

Rasa sakit yang luar biasa kembali menjalari kepalanya.

Daerah bekas luka jaitannya tiga bulan yang lalu terasa sangat nyeri, dan seluruh saraf di kepalanya terasa sangat sakit.

"Arrrgggghhhhhh...!" teriak Taehyung sambil terus memegang kepalanya.

"Waeyo, Taehyung ah? Waeyo?" Yoongi menjadi sangat panik melihat Taehyung kesakitan seperti itu.

Tak lama kemudian Seo Kangjoon datang dan membawa Taehyung ke klinik penjara.

"Dokter, tahanan nomer 3012 kembali merasakan kesakitan..." sahut Kangjoon kepada Raewon.

Taehyung segera dibaringkan di atas kasur. Ia masih terus berteriak kesakitan.

Raewon segera menyuntikkan obat pereda rasa sakit yang sekaligus mengandung obat bius untuk menenangkan Taehyung dari rasa sakitnya.

Tak lama kemudian, Taehyung menjadi sangat tenang dan tertidur.

"Apa yang terjadi padanya? Mengapa ia kembali kesakitan begini?" tanya Raewon kepada Kangjoon.

"Nado molla... Tiba-tiba saja ia berteriak kesakitan dalam selnya..." sahut Kangjoon.

"Araseo... Kau sudah bisa pergi, aku yang akan mengurusnya..." sahut Raewon.

.

.

.

"Apa Taehyung baik-baik saja?" gumam Yoongi.

Sudah tiga jam berlalu sejak Taehyung dibawa ke klinik, namun belum ada kabar juga mengenai kesehatan Taehyung.

Yoongi duduk dalam selnya, Kepalanya disenderkannya ke lemari kecil yang ada di dalam sel itu.

"Semoga ia baik-baik saja.." gumam Yoongi.

Tak lama kemudian, Kangjoon melewati depan sel itu untuk membagikan sekotak susu.

Seoul Public Prison terkenal sebagai salah satu penjara terbaik di Seoul. Mereka bahkan memberikan dua kotak susu kepada seluruh tahanan setiap harinya.

Sekotak susu pertama diberikan pagi hari saat sarapan, dan sekotak susu kedua diberikan jam tiga sore.

Pihak Seoul Public Prison bahkan memberikan waktu untuk para tahanan merefresh pikiran mereka dari sumpeknya sel tahanan.

Setiap jam delapan pagi sehabis sarapan, para tahanan diberikan waktu untuk berolahraga dan bermain di lapangan yang berada di dalam penjara hingga pukul sembilan pagi. lalu pada jam empat sore sampai jam lima sore, seluruh tahanan diberikan waktu lagi untuk berolahraga dan bermain di lapangan itu.

"Apa sudah ada kabar mengenai kondisi Taehyung?" tanya Yoongi ketika Kangjoon memberikan dua kotak susu ke sel yang ditempati Yoongi dan Taehyung itu.

Kangjoon menggelengkan kepalanya. "Belum ada... Kurasa ia masih belum sadarkan diri..."

"Aigoo..." Yoongi kembali duduk di dekat lemari setelah mengambil dua kotak susu untuknya dan Taehyung itu.

"Semoga kau baik-baik saja, Kim Taehyung..." gumam Yoongi sambil menundukkan kepalanya.

.

.

.

SEPTEMBER 2016 (Tiga Hari Sebelum Pembunuhan Jin Terjadi)

Yoongi menatap pantulan wajahnya di cermin di hadapannya.

Ia baru saja selesai mandi dan tengah merapikan rambutnya.

"Cih..." gumam Yoongi. "Sudah berapa lama aku terjebak dalam sel tahanan sialan ini?"

TES...

TES...

Suara tetesan air keran yang belum tertutup rapat itu terdengar.

"Seharusnya, sekarang aku sedang mempersiapkan pernikahanku yang sebenarnya akan diadakan tiga hari lagi..." gumam Yoongi.

Air mata tiba-tiba menetes dari kedua bola matanya.

Ya, memang seharusnya, tiga hari lagi adalah tanggal pernikahan Yoongi dengan tunangannya.

Namun, karena awal 2016 kemarin ia ditahan atas pembunuhan yang tidak dilakukannya, pernikahannya tentu saja dibatalkan, karena tunangannya pun sudah memutuskan hubungannya dengan Yoongi di hari ketika Yoongi dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara.

"Kalau bukan karena jaksa keparat Kim Seokjin, aku sedang dalam masa-masa berbahagiaku saat ini!" gerutu Yoongi.

Yoongi menghapus air matanya, lalu kembali menatap cermin dihadapannya dengan tatapan yang mengerikan.

"Apapun yang terjadi... Malam ini.. Aku harus bisa kabur dari dalam penjara ini... Untuk membalaskan dendamku pada Kim Seokjin keparat itu!" sahut Yoongi dengan tatapan yang seolah ingin membunuh.

.

-TBC-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top