CHAPTER 6
Title: MURDER CASE IN BANGTAN ESTATE
Cast: Namjoon, Jin, Yoongi, Hoseok, Jimin, Taehyung, Jungkook
Lenght: Chapter
Rating: 15+
Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95]
CHAPTER 6
.
DESEMBER 2016
Taehyung membuka kedua matanya dan mendapati dirinya berbaring di dalam ruang klinik penjara.
"Kau sudah sadar?" tanya Raewon.
Taehyung menganggukan pelan kepalanya. Rasa pusing masih sedikit menjalar di kepalanya.
"Apa kau sering merasa kepalamu terasa nyeri dan tidak nyaman?" tanya Raewon sambil menatap Taehyung.
Taehyung memiringkan kepalanya. "Kadang-kadang.. Jika aku terlalu banyak berpikir... Tapi biasanya rasa sakitnya masih bisa kutoleransi..."
"Sudah dua kali ini kau tiba-tiba merasa sangat kesakitan... Apa ingatanmu.. Perlahan kembali?" tanya Raewon sambil menatap serius ke arah Taehyung.
Taehyung menatap Raewon. "Mengapa kau tahu?"
"Biasanya, pasien dengan benturan cukup parah di kepalanya dan kehilangan ingatannya, akan merasakan sakit yang luar biasa ketika ingatannya perlahan kembali..." sahut Raewon.
"Aaaaaahhhh..." sahut Taehyung sambil membuka lebar mulutnya.
"Lalu... Apa yang mulai kau ingat? Bisa kau ceritakan padaku?" tanya Raewon sambil menatap Taehyung lekat-lekat. Ia duduk di kursi yang ada di samping kasur tempat Taehyung berbaring.
Taehyung memejamkan matanya dan suara jeritan Jin kembali terngiang.
Taehyung segera membuka matanya dan dadanya terasa sedikit sesak. "Aku... Hhhhh... Hanya baru mengingat... Sedikit sekali... Hhhh..."
"Jangan dipaksakan... Kau butuh waktu untuk bisa mengingat seluruhnya..." sahut Raewon sambil mengelap keringat dingin di wajah Taehyung.
Taehyung menganggukan kepalanya.
"Jadi.. Apa kau ingat.. Siapa yang membunuh hyeongmu? Kau.. Atau orang lain?" tanya Raewon.
Taehyung menatap Raewon sejenak lalu menggelengkan kepalanya. "Aku masih belum ingat hal itu..."
.
.
.
"Jung Hoseok.. Apa kau sudah siap untuk menghadapi persidangan minggu depan?" tanya Namjoon.
"Akhir-akhir ini kau jadi sering main ke kantorku sepertinya, Namjoon ah.." sahut Hoseok yang cukup terkejut dengan kedatangan Namjoon yang tiba-tiba itu.
"Hahaha... Aku sedang ada urusan di dekat kantormu, jadi kupikir ada baiknya aku kesini.." sahut Namjoon.
"Lain kali kalau berkunjung, bawa makanan! Araseo?" sahut Hoseok.
"Neeeeee~" sahut Namjoon.
"Silakan duduk, Kim Namjoon.." sahut Hoseok sambil tersenyum kecil.
Namjoon duduk di sofa yang ada di tengah ruang kerja Hoseok.
"Ngomong-ngomong, bagaimana persiapanmu untuk sidang minggu depan?" tanya Namjoon lagi.
"Sidang pembunuhan Jin hyeong?" tanya Hoseok sambil berjalan menuju sofa di sebelah sofa Namjoon duduk.
Namjoon menganggukan kepalanya.
"Hasil penelitianmu dan Jungkook.. Belum ada hal baru lagi kan?" tanya Hoseok.
Namjoon kembali menganggukan kepalanya.
"Semua bukti yang kita punya sudah cukup kuat untuk menang di persidangan minggu depan... Apalagi tidak ada satupun pengacara yang mau menangani kasus Kim Taehyung..." sahut Hoseok.
"Majjayo... Ia akan berdiri sendiri dalam persidangan minggu depan..." sahut Namjoon.
"Ia bahkan kehilangan ingatannya... Tidak ada pembelaan yang bisa dilakukannya... Ini akan jadi persidangan termudah dalam hidupku, Namjon ah..." sahut Hoseok dengan penuh percaya diri.
.
.
.
Kau sudah baik-baik saja?" tanya Yoongi ketika Taehyung kembali masuk ke dalam sel.
Taehyung hanya menganggukan kepalanya, lalu kembali duduk di sudut ruangan.
"Cih... Kau ini aneh... Kau yang membunuh hyeongmu, itu artinya kau membencinya, sama sepertiku.. Lalu mengapa kau mendiamkanku hanya karena kukatakan hyeongmu layak mati?" sahut Yoongi.
Taehyung menatap Yoongi.
"Waeyo? Kau mulai memahami perkataanku bahwa apa yang kuucapkan ada benarnya? Atau... Kau masih ragu apakah kau yang membunuh hyeongmu atau bukan?" tanya Yoongi.
Taehyung menghela nafas.
"Kalau memang ternyata kau bukan pelakunya, maka jaksa yang menuntutmu itu, Jung Hoseok, yang kudengar adalah sahabat baik hyeongmu, ia juga tak ada bedanya dengan hyeongmu..." sahut Yoongi.
Taehyung mengernyitkan dahinya menatap Yoongi.
"Memenjarakan orang yang salah.. Bagaimana menyebutnya? Innocent.. Defendant?" sahut Yoongi.
Taehyung memiringkan kepalanya.
"Jika memang bukan kau pelakunya dan kau ditahan, maka kita senasib.." sahut Yoongi.
"Mengapa kau bisa berkata ada kemungkinan bukan aku pelakunya? Sementara semua bukti yang ditemukan mengarah padaku..." sahut Taehyung dengan kebingungan.
Yoongi tersenyum sinis. "Sudah berapa kali kukatakan padamu? Aku bukan pelaku yang sebenarnya, namun semua bukti mengarah kepadaku sampai akhirnya aku dipenjara gara-gara hyeongmu itu..."
Taehyung terus menatap Yoongi.
"Kau pikir semua yang ada di dalam penjara ini benar-benar pelaku sebenarnya?" tanya Yoongi. "Tidak semua! Sebagian memang pelaku sebenarnya, sementara sebagian lagi hanyalah korban dari ketidakjelian para jaksa yang terlalu mempercayai semua bukti yang direkayasa agar mengarah kepada mereka.. Aku contohnya..."
Yoongi menundukkan kepalanya. Ekspresinya terlihat sangat sedih.
"Aku kehilangan kedua orang tuaku... Aku bahkan harus dipenjara atas kesalahan yang tak kulakukan.. Dan yang paling menyebalkannya adalah, aku bahkan tidak mengetahui siapa pelaku yang membunuh kedua orang tuaku sebenarnya..." sahut Yoongi dengan ekspresi muram.
"Hyeong..." sahut Taehyung. Rasa iba tiba-tiba dirasakan Taehyung ketika menatap sosok Yoongi saat itu.
Itu pertama kalinya Taehyung melihat sosok Yoongi yang selemah itu.
.
.
.
Jimin menghela nafasnya dalam-dalam sebelum ia turun dari mobilnya.
Jimin menatap bangunan penjara yang ada dihadapannya itu.
Seoul Public Prison.
"Apa yang kulakukan ini... Sudah benar?" gumam Jimin sambil menatap tulisan Seoul Public Prison yang terpampang jelas di hadapannya.
Kedua tangan Jimin masih menggenggam erat setiran mobilnya.
Jimin memejamkan kedua bola matanya. Mencoba meyakinkan dirinya bahwa apa yang dilakukannya ini sudah benar.
"Jangan permasalahkan kau akan menang atau kalah di persidangan.. Yang harus kau ingat hanya satu hal... Yaitu bahwa setidaknya kau sudah berusaha ada disamping Kim Taehyung untuk membantunya di persidangan..."
Ucapan Dongwook kembali melintas di benaknya.
"Majjayo... Setidaknya aku... Masih bisa membuat Kim Taehyung merasa... Bahwa ia tidak seorang diri di dunia ini..." sahut Jimin.
Jimin segera turun dari mobilnya dan berjalan masuk ke dalam Seoul Public Prison.
.
.
.
"Tahanan nomer 3012, ada yang mau menemuimu.." sahut Seo Kangjoon, salah satu petugas penjaga penjara, ketika membuka pintu sel tempat Taehyung dan Yoongi.
"Uh? Kau punya tamu?" Yoongi menatap Taehyung, sementara Taehyung membentuk ekspresi kebingungan di wajahnya.
"Nugu...seyo?" tanya Taehyung dengan ekspresi kebingungan.
"Kau temui saja dulu.." sahut Kangjoon.
Taehyung akhirnya mengikuti Kangjoon ke sebuah ruangan yang dikhususkan untuk tahanan menemui pengunjungnya.
Ketika Taehyung masuk ke dalam ruangan itu, terlihat sesosok pria bertubuh mungil dan berwajah manis dengan bibir tebal kemerahan tengah duduk di dalam ruangan itu.
"Nugu...seyo?" tanya Taehyung dengan ekspresi kebingungan. "Aku sepertinya pernah melihatmu... Tapi entah dimana..."
"Kenalkan.. Namaku Park Jimin.. Aku pengacara yang selalu kalah di persidangan setiap kali melawan jaksa Kim Seokjin di persidangan..." sahut pria manis itu sambil berdiri, memperkenalkan dirinya.
"Aaaaahhh... Pengacara Park Jimin.. Aku pernah mendengar namamu beberapa kali.. Pantas wajahmu terlihat tak asing.." sahut Taehyung.
Jimin kembali duduk. Taehyung juga duduk di kursi yang berhadapan dengan Jimin.
"Lalu... Ada apa kau menemuiku?" tanya Taehyung.
"Aku... Yang akan menjadi pengacaramu dalam persidanganmu minggu depan, Kim Taehyung-sshi.." sahut Jimin sambil menjaga agar ekspresi wajahnya terlihat dapat dipercaya.
"Uh?" Taehyung membelalakan kedua bola matanya.
"Aku yang akan menjadi pengacaramu... Dan seminggu ini kau akan cukup sering bertemu denganku karena waktu kita sangat sempit untuk menghadapi persidangan minggu depan.." sahut Jimin.
"Kau... Menjadi pengacaraku?" tanya Taehyung dengah wajah sangat terkejut, seolah tidak percaya.
Seketika itu juga kepercayaan diri Jimin runtuh seketika.
"Waeyo? Apa kau kecewa? Karena aku yang selalu kalah dalam persidangan ini yang menjadi pengacaramu?" tanya Jimin dengan wajah kecewa.
Taehyung langsung saja menggelengkan kepalanya. "Aniya! Bukan karena itu..."
"Lalu? Mengapa kau terlihat sangat terkejut?" tanya Jimin. "Seolah tidak percaya padaku..."
Taehyung menghela nafas, lalu menatap Jimin. "Aku... Tidak percaya kalau masih ada pengacara yang mau membela kasusku ini..."
"Ne?" Kali ini giliran Jimin yang menatap Taehyung dengan ekspresi terkejut.
"Kupikir... Sudah tidak ada satupun pengacara yang mau membela tersangka yang lupa ingatan sepertiku..." sahut Taehyung sambil menundukkan kepalanya.
Jimin tersenyum. Kepercayaan dirinya kembali timbul.
"Tenang saja, Kim Taehyung-sshi.. Aku akan berusaha untuk membantumu sebisaku.." sahut Jimin.
Taehyung menatap Jimin. "Tapi.. Bagaimana caramu membantuku? Sementara aku saja tidak tahu... Apa bukan aku yang membunuh Jin hyeong... Atau justru.. Memang akulah pelakunya..."
Jimin langsung terdiam sambil menatap Taehyung.
Taehyung dan Jimin saling bertatapan dalam hening.
.
.
.
"Siapa yang menemuimu, Taehyung ah?" tanya Yoongi yang sangat penasaran ketika Taehyung kembali ke selnya.
"Seorang pengacara..." sahut Taehyung sambil kembali berjalan ke sudut ruangan.
Yoongi langsung bangun dan duduk disamping Taehyung. "Pengacara? Untuk membelamu?"
Taehyung menganggukan kepalanya.
"Masih ada pengacara yang bersedia membelamu?" tanya Yoongi dengan sangat terkejut.
Taehyung kembali menganggukan kepalanya.
"Whoaaaa~ Daebak!" sahut Yoongi sambil mencoba membuka lebar kedua mata kecilnya itu. "Masih ada orang yang memiliki rasa kemanusiaan rupanya? Siapa pengacaranya?"
"Park Jimin namanya..." sahut Taehyung.
Yoongi kembali terkejut. "Park.. Jimin?"
Taehyung menganggukan kepalanya. "Katanya, ia selalu kalah di persidangan setiap melawan Jin hyeong.."
"Majjayo! Ia pengacara yang membela kasusku dan kalah telak melawan hyeongmu itu sampai akhirnya aku dipenjara!" sahut Yoongi.
Taehyung menatap Yoongi. "Ia yang menjadi pengacaramu dulu?"
Yoongi menganggukan kepalanya. "Persiapannya sangat kurang.. Ia juga kurang tegas melontarkan semua informasi yang dimilikinya... Makanya aku kalah dan terjebak dalam sel sialan ini padahal aku tak melakukan kejahatan apapun!"
"Aaaaahhh..." Taehyung membuka lebar mulutnya.
"Ckckckck~ Sepertinya kau sudah tidak ada harapan sama sekali, Taehyung ah..." sahut Yoongi sambil menepuk bahu Taehyung dan berdiri, lalu kembali berbaring di atas matrasnya.
"Apa benar ia sepayah itu?" gumam Taehyung sambil memiringkan kepalanya.
.
.
.
"Keputusanku sudah benar kan? Benar kan, Park Jimin?" gumam Jimin sambil menatap pantulan wajahnya di cermin di dalam kamarnya.
Sejak menemui Taehyung siang tadi, entah kenapa Jimin jadi merasa semakin yakin bahwa keputusannya menjadi pengacara Taehyung adalah keputusan yang tepat.
Namun, tentu saja, mengingat betapa Jungkook sangat melarangnya menjadi pengacara Taehyung, Jimin jadi kembali dilanda keraguan.
"Haruskah aku bertengkar lagi dengan Jungkook? Hufttt~" gerutu Jimin sambil duduk di atas kasurnya.
Jimin memejamkan kedua matanya, dan bayangan wajah Jin kembali terlintas di benaknya.
Semua persidangan yang dijalani Jimin saat dulu melawan Jin, seolah seperti sebuah film, terputar begitu saja dalam benak Jimin.
Semua tatapan Jin yang sangat tegas yang tengah menatap Jimin di setiap persidangan, masih sangat segar terlintas dalam benak Jimin.
Jimin membuka kedua matanya.
"Bukankah sejak dulu, aku memang sangat menginginkan agar kau menghilang dari dunia ini, Jin-sshi?" gumam Jimin dengan sebuah ekspresi aneh di wajahnya.
.
.
.
"Jeon Jungkook... Ada kabar yang harus kau dengar.." sahut Namjoon ketika berjalan masuk ke dalam kamar tempatnya dan Jungkook tertidur di kantor mereka.
Jungkook sudah sejak setengah jam yang lalu berbaring di atas kasurnya, sementara Namjoon baru saja masuk setelah menerima telepon.
"Waeyo, hyeong? Ada kasus lagi? Selarut ini?" tanya Jungkook dengan nada lelah.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 02.10 AM.
"Aniya..." sahut Namjoon.
"Lalu?" tanya Jungkook.
"Kim Taehyung.. Sudah mendapatkan pengacara yang akan membelanya di persidangan minggu depan..." sahut Namjoon.
Jungkook langsung duduk dari berbaringnya.
"Jinjja? Masih ada pengacara yang bermurah hati membelanya?" sahut Jungkook dari kasur atas sambil menatap Namjoon yang tengah berdiri di samping meja dalam kamar itu.
Namjoon menganggukan kepalanya. "Dan kau harus tahu siapa pengacara itu..."
Tiba-tiba saja perasaan Jungkook tidak enak. "Jangan bilang..."
"Majjayo.. Park Jimin.. Sahabat baikmu itu..." sahut Namjoon, memotong ucapan Jungkook.
"Mwoya? Jinjja? Ia benar-benar menjadi pengacara Taehyung?" Kedua mata Jungkook terbelalak lebar.
Namjoon menganggukan kepalanya.
"Whoaaaa! Kurasa ia benar-benar sudah gila!" gerutu Jungkook sambil mencari handphonenya yang ia letakkan di bawah bantal.
"Yaishhh! Ini sudah jam dua pagi! Besok saja kalian bertengkarnya! Aku mau tidur!" gerutu Namjoon.
"Cih..." gerutu Jungkook. Jungkook memang tidak pernah bisa membantah Namjoon jika Namjoon sudah terlihat kesal begitu.
Sementara Namjoon mulai tertidur pulas, Jungkook terus menggerutu pelan sendirian di kasur atas, memaki sahabatnya itu.
"Apa sebenarnya yang ada dalam pikirannya? Mengapa ia bersedia menjadi pengacara Kim Taehyung? Mengapa ia tak mau mendengarkan ucapanku?" gerutu Jungkook pelan agar tidak terdengar oleh Namjoon.
.
.
.
Taehyung berbaring di matrasnya dan tertidur cukup pulas malam itu.
Entah karena ia memang kurang tidur selama ini, atau karena perasaannya sudah jauh lebih lega setelah mengetahui akan ada pengacara yang membantunya dalam persidangan minggu depan.
Malam semakin larut, pagi hampir tiba.
Pukul 03.09 AM, Yoongi terbangun.
Setelah membuka kedua matanya, ia terduduk di atas amtrasnya sambil terus menatap wajah Taehyung yang tengah tertidur lelap.
"Tidurlah yang lelap, imma..." gumam Yoongi sambil menatap Taehyung.
Taehyung tentu saja tidak sedikitpun mendengar apa yang diucapkan Yoongi karena ia sangat pulas.
Yoongi mengusap pelan rambut Taehyung. "Akan lebih baik lagi jika mimpi burukmu akan kematian hyeongmu itu segera menghilang... Agar kau bisa terus tertidur pulas seperti ini..."
"Apa kau tahu? Aku seringkali cemas melihatmu tertekan akan kematian hyeongmu itu..." sahut Yoongi lagi sambil mengusap pelan pipi Taehyung.
"Bukankah sudah selayaknya... Orang seperti hyeongmu itu... Lenyap dari dunia ini?" sahut Yoongi lagi sambil tersenyum dan menatap wajah Taehyung.
.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top