CHAPTER 4
Title: MURDER CASE IN BANGTAN ESTATE
Cast: Namjoon, Jin, Yoongi, Hoseok, Jimin, Taehyung, Jungkook
Lenght: Chapter
Rating: 15+
Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95]
CHAPTER 4
.
DESEMBER 2016
"Mengapa... Hyeongku memenjarakanmu... Jika kau bukan pelakunya?" Akhirnya Taehyung buka suara.
Yoongi mendelikkan matanya ke atas, menahan agar air matanya berhenti membasahi kedua bola matanya, lalu kembali menatap Taehyung dengan sebuah tatapan yang aneh.
"Itulah mengapa aku.. Sejujurnya sedikit banyak justru merasa senang.. Karena ia meninggal dengan cara yang cukup mengenaskan..." sahut Yoongi.
Taehyung membelalakan kedua bola matanya.
"Itu adalah hukuman yang setimpal baginya.. Karena telah memenjarakanku yang sama sekali tidak bersalah ini..." sahut Yoongi dengan sebuah seringai mengerikan di wajahnya.
Taehyung langsung bangun dari posisi tidur menjadi posisi duduk sambil menatap Yoongi. "Apa... Maksudmu berkata begitu?"
Yoongi ikut bangun dan mengambil posisi duduk, berhadapan dengan Taehyung. "Kalau kau memang yang membunuhnya, aku rasa tindakanmu sudah sangat tepat... Membunuh orang jahat adalah hal yang tidak salah menurutku..."
"Mengapa sejak awal tidak kau ceritakan padaku bahwa kau dipenjarakan oleh hyeongku?" tanya Taehyung.
"Kau saja sama sekali tidak terlihat berniat untuk bicara denganku... Aku mencari waktu yang tepat untuk menceritakan padamu akan semua kebenaran ini.." sahut Yoongi.
"Tidak mungkin Jin hyeong memenjarakan orang yang salah!" teriak Taehyung. Kali ini emosinya memuncak mendengar ada yang menjelek-jelekan hyeong satu-satunya itu, walaupun sejujurnya Taehyung juga tidak begitu menyayangi hyeongnya karena ia berpikir bahwa Jin juga membencinya seperti kedua orang tuanya.
Yoongi tersenyum sambil mencibir. "Cih... Buktinya? Aku yang tidak tahu apa-apa ini dijebloskannya ke dalam penjara sebagai pembunuh kedua orang tuaku... Apa ini namanya keadilan?"
Taehyung menatap Yoongi dengan tatapan penuh emosi.
"Terserah kau mau percaya atau tidak... Tapi memang kenyataannya aku hanyalah korban dari ketidakjelian hyeongmu itu... Lebih tepatnya, aku adalah korban keegoisannya, demi menang dalam persidangan dan mencari simpati publik dengan nama baiknya..." sahut Yoongi sambil kembali berbaring dan memejamkan kedua matanya.
Taehyung menatap Yoongi yang mulai tertidur.
"Mana mungkin Jin hyeong bisa melakukan kesalahan seperti itu..." gumam batin Taehyung.
.
.
.
"Bagaimana, Jimin-sshi? Sudah kau putuskan? Apa kau bersedia menjadi pengacara dari Kim Taehyung?" tanya Lee Dongwook, atasan Jimin siang itu.
"Sir, bisakah beri aku waktu sehari lagi? Sehari saja.. Besok akan kuberitahukan keputusanku..." sahut Jimin dengan tatapan memelas.
"Aku tahu ini memang pilihan yang sulit untukmu... Karena semua bukti memang sudah mengarah kepadanya... Akan sangat sulit baginya untuk menang dalam persidangan dua minggu lagi..." sahut Dongwook.
Jimin menghela nafas dalam-dalam.
"Namun, aku merasa, akan sangat kasihan jika ia hadir di persidangan tanpa ada satupun pengacara yang mendampinginya..." sahut Dongwook lagi.
"Araseo, Sir.. Akan coba kupikirkan matang-matang..." sahut Jimin.
Setelah kembali ke ruangannya, ia segera menelepon sahabat baiknya.
"Jungkook ah~ Neo eodieyo jigeum?" tanya Jimin ketika Jungkook menjawab panggilannya.
"Aku? Di TKP.. Ada kasus pembunuhan lagi di Gangnam.. Waeyo?" tanya Jungkook.
"Aigoo... Apa malam ini kau bisa menemuiku?" tanya Jimin.
"Kau ingin mengajakku makan malam, hyeong?" sahut Jungkook sambil tersenyum.
"Ada hal yang sangat penting yang harus kudiskusikan denganmu, Jungkook ah..." sahut Jimin dengan suara memelas.
"Kedengarannya benar-benar penting..." sahut Jungkook. "Araseo, setelah kembali dari Gangnam dan membuat laporan, aku akan menjemputmu di kantormu..."
"Gumawo, Jungkook ah..." sahut Jimin.
Setelah panggilan terputus, Jimin menatap layar handphonenya. "Aku dan Jungkook.. Tidak akan bertengkar lagi hanya karena hal ini kan?"
.
.
.
Hoseok sudah tiga hari ini terus berkutat di dalam ruang kerjanya. Ia bahkan tidak kembali ke rumahnya dan memilih tidur serta mandi di ruang kerjanya itu.
Hoseok terus berusaha menelaah semua barang bukti mengenai kasus pembunuhan yang menimpa Jin, sahabat terbaiknya itu, dengan sangat cermat dan teliti.
Hoseok sama sekali tidak ingin ada satu hal pun yang terlewatkan olehnya.
"Jung Hoseok, mwohae?" tanya Namjoon ketika ia tiba-tiba saja sudah berada di dekat pintu ruang kerja Hoseok.
"Kkamjakiya, imma!" gerutu Hoseok yang sangat terkejut dengan kedatangan Namjoon yang sangat tiba-tiba itu.
"Hahaha... Aku sudah berkali-kali mengetuk pintu, tapi kau tidak menjawab, makanya aku langsung saja masuk..." sahut Namjoon.
"Huft~" gerutu Hoseok sambil memajukkan bibirnya.
"Apa yang sedang kau pikirkan, Hoseok ah? Kau terlihat begitu serius memikirkan sesuatu..." sahut Namjoon.
Memang, Namjoon dan Hoseok sangat dekat, karena mereka seumuran, dan mereka berkuliah di kampus yang sama, hanya beda jurusan, dan mereka dulu sama-sama bergabung di klub seni kampus mereka.
"Geunyang..." sahut Hoseok sambil menatap Namjoon.
"Kau tidak ingin ada satu hal pun yang terlewat olehmu?" tanya Namjoon.
Hoseok menganggukan kepalanya.
"Hwaiting, chinggu ya! Ayo kita makan malam dulu, aku lelah dan lapar..." sahut Namjoon.
"Kau baru kembali dari TKP? Badanmu bau tidak enak..." sahut Hoseok.
"Ada kasus pembunuhan di Gangnam.. Aku baru saja kembali dari sana..." sahut Namjoon sambil menganggukan kepalanya.
"Jungkook? Tumben ia tidak bersamamu?" tanya Hoseok sambil melihat ke sekelilingnya.
"Sahabat baiknya mengajak bertemu... Kasihan juga mereka.. Kalau kuingat-ingat, sudah agak lama rasanya mereka tidak bertemu..." sahut Namjoon.
.
.
.
Akhirnya Jungkook muncul juga di hadapan Jimin setelah seminggu lebih mereka tidak bertemu.
"Akhirnya aku bisa melihat wajahmu lagi setelah sekian lama, Jungkook ah~ Hehehe~" sahut Jimin.
"Yaikssss! Badanmu sangat bau.. Kau belum mandi?" tanya Jimin sambil menatap Jungkook.
"Aku dari TKP langsung kesini, hyeong.." sahut Jungkook dengan wajah innocentnya itu.
"Aigoo~ Ckckckck~ Sahabatku ini betapa sibuknya sampai-sampai tidak sempat berdandan untuk menemui sahabat terbaiknya..." sahut Jimin sambil tertawa menatap Jungkook.
Jungkook tertawa kecil, lalu berkata, "Ayo masuk ke mobil... Kita cari tempat makan yang enak untuk mengobrol..."
Jimin menganggukan kepalanya. "Kajja~"
Jimin dan Jungkook pun berjalan menuju mobil Jungkook.
Selama perjalanan, mereka membicarakan banyak hal yang mereka lalui selama seminggu kemarin.
"Aku benar-benar pusing menghadapi kasus pembunuhan belakangan ini..." sahut Jungkook sambil menyetir.
"Nado... Nado..." sahut Jimin sambil mengacak pelan rambutnya karena lelah selalu kalah di persidangan.
"Aigoo~ Minggu ini kau sudah dua kali kalah di pengadilan... Pasti berat untukmu, hyeong..." sahut Jungkook.
"Kupikir setelah Kim Seokjin meninggal, aku ada kemungkinan menang di pengadilan.. Siapa sangka Jung Hoseok juga melakukannya dengan sangat baik?" gerutu Jimin sambil memajukkan bibirnya.
Jungkook tertawa kecil. "Kau harus berjuang lebih kuat lagi kalau begitu, hyeong..."
"Araseo~" sahut Jimin sambil tersenyum.
.
.
.
SEPTEMBER 2016 (Empat Hari Sebelum Pembunuhan Jin Terjadi)
"Kau yakin ini tempatnya, Sungjae ah?" tanya Taehyung sambil mengernyitkan keningnya.
Sungjae menganggukan kepalanya. "Aku yakin... Ayo cepat kita lakukan sesuai perintah Ji Changwook hyeong sebelum pemilik rumah ini kembali..."
"Araseo..." sahut Taehyung sambil menganggukan kepalanya.
Taehyung menatap rumah tua di hadapannya. Rumah itu terlihat sudah cukup tua, cat tembok bagian depan rumah itu sudah banyak yang mengelupas dan terlihat seperti rumah yang tidak terawat.
Taehyung dan Sungjae berjalan dengan hati-hati dan berhasil menerobos ke dalam halam rmah setelah memanjat pagar rumah itu.
Mereka berjalan sambil mencari benda yang harus mereka temukan segera.
Taehyung berkeliling di halaman rumah itu sambil melihat keadaan disekitarnya.
"Aku menemukannya!" sahut Sungjae sambil menunjukkan sebuah kotak kayu ke arah Taehyung.
"Ayo kita segera kembali..." sahut Taehyung.
Dan tepat ketika mereka memanjat pagar untuk keluar dari halaman itu, sebuah mobil melaju ke arah mereka.
"Sang pemilik rumah pulang!" teriak Taehyung.
"Ayo cepat kita lari!" teriak Sungjae.
Taehyung dan Sungjae langsung melompat dari atas pagar dan berlari sekencang-kencangnya di tengah kegelapan.
Sementara sang pemilik rumah segera keluar dari mobilnya dan berusaha mengejar Taehyung serta Sungjae.
Syukurlah sang pemilik rumah sudah cukup berumur, jadi Taehyung dan Sungjae berhasil kabur dan menyerahkan kotak tua itu kepada Ji Changwook, sang kepala preman di wilayah dekat Bangtan Estate.
Tubuh Taehyung sangat basah oleh keringat. Nafasnya tersengal-sengal setelah berlari kencang.
"Kerja yang bagus.. Ini bayarannya untuk kalian berdua..." sahut Changwook sambil menyerahkan sebuah amplop kepada Taehyung.
"Apa isi kotak itu sebenarnya, hyeong?" tanya Taehyung.
Changwook menatap Taehyung. "Tugasmu hanya untuk membawa kotak ini kepadaku, bukan untuk bertanya apa isi kotak ini.." sahut Changwook sambil mengacak pelan rambut Taehyung.
"Araseo, hyeong..." sahut Taehyung.
"Cepat sana pulang sebelum hyeongmu yang jaksa itu kembali lebih dulu ke rumah dan melihatmu berantakan begini... Kau bisa terkena masalah lagi..." sahut Changwook.
Bagi Changwook, Taehyung memang salah satu orang yang paling bisa diandalkannya untuk hal mencuri seperti ini.
Dan Changwook sudah menganggap Taehyung seperti adiknya sendiri.
"Araseo... Kami pulang dulu, hyeong..." sahut Taehyung.
Taehyung dan Sungjae pun berjalan menjauh dari markas Changwook dan membagi dua uang dalam amplop itu.
"Jumlah yang cukup untukku berlibur ke Jeju..." sahut Taehyung dengan senyuman di wajahnya.
"Jumlah yang cukup untukku membeli playstation terbaru!" sahut Sungjae sambil tersenyum senang. "Yuhuuuu~"
.
.
.
"Apa yang baru saja kau lakukan lagi, Kim Taehyung?" sahut Jin ketika Taehyung baru saja masuk ke dalam rumahnya.
Sial sekali, malam itu Jin pulang lebih awal dan melihat Taehyung pulang larut dengan keadaan kotor dan berkeringat.
"Lembur di cafe.. Ada beberapa krat minuman yang datang agak malam, makanya aku dan Sungjae harus menata semua krat minuman itu dan baru pulang.." sahut Taehyung. Berbohong adalah hal yang sudah tak asing lagi baginya.
Jin menatap Taehyung. "Apa kau jujur?"
Taehyung menatap balik ke arah Jin. "Toh, apapun yang kukatakan, tak akan ada satupun yang kau percaya kan? Untuk apa kau bertanya kalau kau tak percaya akan jawabanku?"
"Yaaaishh! Kim Taehyung!" bentak Jin.
"Geumanhae, hyeong.. Aku lelah... Aku ingin mandi.." sahut Taehyung sambil berjalan menjauhi Jin.
Jin refleks saja memukul pipi kanan Taehyung dengan genggaman tangan kanannya.
BUK!
Taehyung mundur beberapa langkah, lalu menatap Jin sambil membelalakan kedua bola matanya.
"Aku tidak bermaksud menyakitimu.. Aku hanya berusaha untuk mengaturmu agar kau bisa hidup dengan lebih baik!" bentak Jin.
Tatapan kebencian itu terpancar sangat kuat dari kedua bola mata Taehyung yang tengah menatap Jin.
Tanpa membalas ucapan Jin, karena Taehyung sudah merasa sangat lelah dan juga kecewa diperlakukan sekasar itu oleh hyeongnya, Taehyung langsung saja berjalan cepat, berlari ke lantai tiga menuju ke dalam kamarnya.
"Cih... Mengapa aku harus memukulnya? Ia pasti semakin membenciku..." gumam Jin sambil menundukkan kepalanya.
Sesampainya di dalam kamar, Taehyung masuk ke dalam lemarinya, lalu menutup pintu lemarinya, dan berteriak sekerasnya di sana. Hanya tempat itu yang bisa membuatnya berteriak melampiaskan emosinya tanpa harus terdengar oleh hyeongnya itu.
"ARRRRRGHHHHHHHHHHH!"
Setelah berteriak, Taehyung terduduk di dalam lemari itu. Kepalanya diletakkan di antara kedua lututnya yang ditekuk ke atas.
Ingin rasanya ia menangis, tapi harga dirinya memaksanya agar tidak menangis.
"Mengapa jalan hidupku harus seburuk ini?" gumam Taehyung sambil memejamkan kedua matanya.
.
.
.
DESEMBER 2016
Sesuai tebakan Jimin.
Jungkook dan Jimin bertengkar cukup parah ketika Jimin berkata bahwa ia mungkin akan menjadi pengacara Taehyung.
"Kau berniat kalah lagi? Kau berharap namamu semakin jelek karena kalah lagi di persidangan? Hyeong! Kasus ini sudah dua bulan kuselidiki, dan tidak ada satupun bukti yang menunjukkan ada keterkaitan pihak lain dalam kasus pembunuhan Jin-sshi! Semua bukti jelas-jelas tertuju kepada Taehyung!" bentak Jungkook ketika Jimin berusaha meyakinkan Jungkook bahwa siapa tahu kali ini ia bisa memenangkan persidangan.
"Jungkook ah... Aku tidak tega membayangkan seorang tersangka harus hadir di persidangan tanpa ada satupun pengacara yang mendampinginya..." sahut Jimin malam itu.
"Tapi kasus kali ini berbeda, hyeong! Kau pikir, mengapa tak ada satupun pengacara yang mau membelanya? Karena ia... Sudah jelas-jelas terbukti bersalah!" sahut Jungkook, nada bicaranya semakin meninggi.
Dan malam itu pun pertengkaran cukup lama terjadi diantara mereka berdua.
Jimin kembali ke rumahnya dengan sangat depresi malam itu. Setelah bertemu sahabatnya, moodnya bukannya membaik, justru semakin memburuk.
"Waeyo, Jimin ah?" tanya ibunya yang sedari tadi duduk di sofa menunggu kepulangan Jimin.
"Gwenchana, eomma..." sahut Jimin sambil duduk disamping ibunya.
Ibunya menatap Jimin lekat-lekat. "Wajahmu menunjukkan kau sedang banyak pikiran.. Waeyo? Ceritakan pada eomma, siapa tahu eomma bisa membantumu.."
Jimin menatap wajah ibunya yang semakin menua. "Eomma... Mianhae... Karena aku belum bisa menjadi anak yang dapat membahagiakanmu..."
"Aigoo~ Melihatmu tersenyum saja sudah membuatku bahagia, sayang..." sahut ibu Jimin.
Jimin tersenyum, sementara kedua bola matanya mulai dibasahi air mata.
"Gwenchana... Setiap kehidupan pasti memiliki masalah di dalamnya... Kau pasti bisa melaluinya dengan baik.. Karena kaulah satu-satunya kebanggaan eomma..." sahut ibu Jimin sambil tersenyum.
Jimin menganggukan kepalanya, lalu berdiri. "Aku mandi dulu ya, eomma..."
.
.
.
Sudah empat hari berlalu sejak Yoongi memberitahukan Taehyung bahwa Jin yang menjebloskannya ke dalam penjara.
Selama empat hari itu, suasana dalam sel mereka sangat hening.
Taehyung kembali mendiamkan Yoongi karena kesal mendengar apa yang Yoongi ucapkan waktu itu padanya.
Sementara Yoongi berkali-kali menyindir Taehyung, namun tentu saja Taehyung mengacuhkan semua ucapan Yoongi.
Pagi itu, Yoongi kembali menyindir Taehyung.
"Aigoo~ Betapa indahnya dunia jika keadilan benar-benar dapat ditegakkan dengan baik..." sahut Yoongi setelah selesai mandi.
Taehyung terduduk di pojok ruangan sambil terus memeluk kedua lututnya yang ditekuk ke atas.
"Setidaknya, takdir cukup adil... Orang jahat sudah selayaknya mendapatkan hukuman... Seperti Jin yang akhirnya harus meninggal di tangan adiknya sendiri, sebagai hukuman karena telah memenjarakanku yang tak bersalah ini..." sahut Yoongi lagi.
Kali ini kesabaran Taehyung sudah habis.
Taehyung langsung bangun dan memukul pipi Yoongi dengan kepalan tangan kanannya. "Tutup mulutmu, saekkiya!"
Yoongi terjatuh dalam posisi duduk.
Taehyung menatap Yoongi dengan tatapan penuh amarah.
Yoongi memegang bibirnya yang mengeluarkan darah, lalu menatap Taehyung. "Inilah reaksi yang sewajarnya kau lakukan, imma... Bukan diam saja seperti mayat hidup!"
Taehyung membelalakan kedua bola matanya.
"Kupikir benturan di kepalamu begitu parah sampai kau tidak bisa menunjukkan emosimu... Tapi, melihat reaksimu kali ini, kurasa kau baik-baik saja..." sahut Yoongi dengan seringai di wajahnya.
Taehyung mengernyitkan dahinya.
Yoongi bangun dan berdiri berhadapan dengan Taehyung.
"Kim Taehyung... Apa kau memang benar-benar lupa ingatan? Atau... Kau pura-pura lupa ingatan karena kau ketakutan setelah membunuh hyeongmu?" sahut Yoongi.
Taehyung menatap Yoongi.
"Kau berencana bunuh diri dengan loncat dari lantai tiga rumahmu setelah membunuh hyeongmu, namun rencanamu gagal... Kau tidak mati dan nyawamu terselamatkan... Jadi, demi menutupi kelakuan busukmu itu kau terpikirkan untuk pura-pura hilang ingatan? Begitu?" tanya Yoongi sambil menatap Taehyung dari jarak yang sangat dekat.
"Diam kau!" bentak Taehyung.
"Apa benar... Kau yang membunuh Kim Seokjin? Karena kau membencinya? Kalau benar, kita berarti berada di jalan yang sama..." sahut Yoongi sambil menyeringai. "Aku sudah berkali-kali berusaha meloloskan diri dari penjara ini... Dengan maksud ingin membunuh jaksa keparat itu..."
.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top