CHAPTER 16
Title: MURDER CASE IN BANGTAN ESTATE
Cast: Namjoon, Jin, Yoongi, Hoseok, Jimin, Taehyung, Jungkook
Lenght: Chapter
Rating: 15+
Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95]
CHAPTER 16
.
DESEMBER 2016
Sebelum sempat beranjak dari depan kamarnya untuk membantu hyeongnya itu, Taehyung melihat Hoseok tengah memukulkan tongkat golf itu ke kepala Jin.
BUK! BUK!
"Arghhhhh! Hoseok ah! Sadar, Hoseok ah! Arghhhhhhhhhhhhhh..." Jin terus menjerit kesakitan.
Taehyung segera berteriak dari depan kamarnya, "Hyeoooong!"
Hoseok dan Namjoon menoleh ke arah Taehyung.
"Argggggggghhhhhhhhhhhhhhh!" Taehyung terus menjerit kesakitan. Rasa sakit yang menjalari kepalanya sungguh luar biasa.
Apalagi, ditambah dengan ingatannya yang sudah mulai kembali.
Dan Taehyung kali ini bisa mengingat dengan sangat jelas, siapakah pelaku pembunuhan yang membunuh hyeong satu-satunya itu malam itu. Tiga bulan yang lalu. Di Bangtan Estate.
Taehyung segera dibawa ke klinik Kim Raewon.
Taehyung terus berteriak merintih kesakitan, sementara Raewon mulai mempersiapkan obat-obatan untuk menenangkan Taehyung seperti biasanya.
"Kim Taehyuuuuuung!" Jin menatap Taehyung dengan tatapan penuh ketakutan.
"Hyeong... Jin hyeong!" Taehyung berjalan mendekat ke arah ketiga pria itu.
"Kim Taehyuuuuuung! Pergi... Cepat... Kabur... Dari... Arghhhh... Sini... Arghhhh..." sahut Jin.
Hoseok kembali memukul kepala Jin dengan tongkat golf itu.
BUK!
"Arrggghhhhh..." Jin semakin merasakan kesakitan yang begitu luar biasa menjalari kepalanya.
"Arrrghhhhhhhhhhhhhh!" Taehyung terus mengerang kesakitan.
"Sebentar lagi, Kim Taehyung, tunggu sebentar.. Sebentar lagi obatnya sudah bisa kusuntikkan.. Bertahanlah sebentar.." sahut Raewon sambil memakai sarung tangan karet.
"Diam kau, brengsek! Kau masih punya tenaga untuk berbicara rupanya?" gerutu Hoseok.
Taehyung segera berlari dan menubruk tubuh Hoseok hingga keduanya terjatuh di atas lantai.
"Hentikan, imma! Dasar bajingan sialan! Mengapa kau menyakiti sahabat baikmu sendiri! Kau gila!" teriak Taehyung sambil mencengkram kerah Hoseok, bersiap memukul wajah Hoseok.
"Arghhhhhh! Arggghhhh!" Taehyung terus mengerang kesakitan.
Raewon segera memasukkan obat dari tabung kemasan obat itu ke sebuah suntikan untuk disuntikan ke tubuh Taehyung. "Sebentar lagi..."
"Arrrghhhhh! Namjoon ah! Arghhhhhhh!" Jin berteriak kesakitan.
Taehyung, sebelum sempat menghajar wajah Hoseok, mendengar teriakan Jin dan langsung melepaskan cengkramannya dari kerah Hoseok.
Taehyung membelalakan kedua bola matanya lebar-lebar melihat Namjoon tengah menusuk-nusuk perut Jin dengan pisau itu secara brutal.
"Dasar bajingan keparat kalian!" teriak Taehyung sambil mendorong tubuh Namjoon agar menjauh dari Jin.
"Hyeooooooooong! Arghhhhhhhh! Hyeoooonggggg!" Taehyung sudah nyaris tidak bisa menahan apa yang tengah dirasakannya saat itu.
Semua rasa sakit yang dirasakannya begitu luar biasa dasyatnya, apalagi ditambah semua kenangan pahitnya itu yang perlahan mulai kembali ke benaknya.
Raewon segera menyuntikkan obat penenang sekaligus penghilang rasa sakit itu ke tubuh Taehyung, dan Taehyung mulai tertidur.
"Hyeong? Apa ingatannya mulai kembali? Mengapa ia menyebut hyeong tadi?" gumam Raewon sambil menatap wajah Taehyung yang tengah tertidur lelap itu.
Raewon memiringkan kepalanya sambill menatap Taehyung, lalu ia segera mengambil handphone dalam sakunya, dan menghubungi seseorang.
.
.
.
"Kira-kira apa yang menimpa Taehyung? Kali ini ia kelihatannya jauh lebih sakit dari biasanya... Apa ingatannya mulai kembali? Atau... Luka jahitan di kepalanya bermasalah?" Rasa cemas mulai menyelimuti Yoongi.
Yoongi berulang kali bertanya pada petugas penjara yang lewat mengenai kondisi Taehyung, dan mereka semua selalu saja menjawab, "Ia sedang tertidur.."
"Apa kondisinya baik-baik saja?" gumam Yoongi sambil duduk dan menekuk kedua lututnya ke atas.
Ingatannya kembali ke masa-masa dimana ia pertama kali dipenjarakan.
Semua rasa dendam, benci, dan murkanya kepada jaksa bernama Kim Seokjin itu begitu bergejolak dalam hatinya.
Sebulan berlalu setelah ia dimasukkan ke dalam penjara, dan rasa benci itu terus saja bercokol dalam hatinya.
Bulan demi bulan berlalu, dan rasa dendam itu terus saja ada dalam hati dan benaknya.. Sampai akhirnya Taehyung tiba-tiba berjalan masuk ke dalam sel itu.
Detik pertama kali ia menatap wajah Taehyung, sejujurnya detik itu pula ia entah mengapa merasa bahwa Taehyung senasib dengannya, yaitu dipenjarakan karena kesalahan di pengadilan.
Namun, kenyataan bahwa Taehyung adalah adik kandung dari Jin, membuat Yoongi berusaha menyadarkan dirinya bahwa ia seharusnya juga membenci Taehyung, bukan berusaha menjadikan Taehyung sebagai sahabatnya.
Namun, semakin Yoongi melihat betapa Taehyung tersiksa karena menuduh dirinya sendiri atas kematian hyeongnya itu, hati Yoongi semakin melunak dan ia tiba - tiba merasa ingin menyemangati Taehyung. Karena ia paling paham, bagaimana rasanya harus mendekam di penjara atas kesalahan yang tidak dilakukannya.
"Kim Taehyung... Kau baik-baik saja kan?" gumam Yoongi sambil meletakkan kepalanya diantara kedua lututnya yang ditekuk ke atas itu.
"Kim Seokjin! Walau aku begitu membencimu, tapi aku harap kali ini saja... Tolong kau bantu adikmu yang akan menjalani persidangannya esok hari... Jangan sampai ia.. Bernasib sama denganku... Karena entah mengapa aku sangat yakin, bukan ia yang membunuhmu..." gumam Yoongi.
DUAR!
Dan seketika itu juga suara petir yang sangat kencang terdengar menggema dalam sel tahanan itu.
.
.
.
Jimin segera berlari dari ruang kerjanya setelah menjawab sebuah panggilan, tanpa sempat merapikan meja kerjanya yang sangat berantakan.
"Kau mau kemana, Jimin ah?" teriak Jinyoung.
Jimin tidak menjawab. Tidak sempat menjawab karena saking terburu-buru tepatnya.
"Mwoya? Dia kenapa?" sahut Hyungsik sambil bertatapan dengan Jinyoung, terkejut melihat Jimin seterburu-buru itu.
Jinyoung mengangkat kedua bahunya dengan ekspresi tidak mengerti.
Jimin langsung masuk ke dalam mobilnya dan bergegas menuju Seoul Public Prison secepat ia bisa.
Hampir tidak pernah ia mengendarai mobil seterburu-buru itu.
Bahkan, dalam perjalanan, ia nyaris menabrak beberapa mobil lainnya, karena mobilnya melaju begitu kencang.
Handphonenya berkali-kali berdering, namun Jimin mengacuhkan semua panggilan yang masuk itu.
Jungkookie is calling.
Jungkook berkali-kali menghubungi Jimin, namun Jimin tidak lagi mendengar bunyi handphonenya berdering saking ia terfokus pada jalanan di hadapannya.
"Jimin-sshi.. Aku rasa... Aku mengingat semua kejadian... Malam itu..."
Suara Taehyung yang tadi menghubunginya itu langsung saja membuat Jimin, tanpa memikirkan hal lainnya, hanya fokus untuk melajukan mobilnya bergegas menuju Seoul Public Prison.
Setibanya di Seoul Public Prison, ia segera berjalan masuk ke dalam.
.
.
.
"Yaishhhh, kemana Jimin hyeong? Mengapa ia tidak menjawab panggilanku?" gerutu Jungkook yang sedari tadi berusaha menghubungi Jimin namun panggilannya tidak dijawab sama sekali.
Jungkook terus berusaha menghubungi nomor handphone Jimin, namun nihil. Tidak ada jawaban sedikitpun.
Jungkook terus berjalan mondar mandir dalam ruangan kerjanya. Namjoon sedang tidak ada di kantor sehingga hanya tinggal Jungkook seorang diri yang berada di sana.
"Hyeong, jawab panggilanku..." gumam Jungkook sambil terus menghubungi nomor handphone Jimin.
"Hyeong... Ayo jawab..." gumam Jungkook tanpa henti.
Dan tiba-tiba saja, sesosok pria berdiri di pintu ruangan.
"Ada apa, Jeon Jungkook? Mengapa kau terlihat resah begitu?"
DEG!
Jungkook terkejut. Ia segera menatap ke arah suara itu berasal.
Kim Namjoon, sedang berdiri disana, menatap dengan penuh keanehan ke arah Jungkook.
Seketika itu juga, detak jantung Jungkook seperti nyaris berhenti rasanya.
.
.
.
Taehyung dan Jimin duduk berhadapan, saling bertatapan dalam diam.
Hanya ada mereka berdua disana, di ruangan itu.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 09.20 PM.
Taehyung sudah selesai menceritakan semua kejadian sebenarnya malam itu.
Dan setelah Taehyung selesai bercerita, Jimin dan Taehyung hanya bisa bertatapan dalam diam.
Jimin saja sangat terkejut dengan kenyataan yang terjadi di malam pembunuhan itu,. Apalagi Taehyung, yang baru saja mengingat itu semua! Ia merasa bahwa ketidakadilan benar-benar tengah menimpanya.
"Beginikah... Hukum yang sebenarnya berlaku di negara kita? Ketika detektif dan jaksa melakukan sebuah pembunuhan, demi melindungi nama baik mereka, mereka rela menjadikan orang lain yang tak bersalah menjadi pelaku kejahatan?" sahut Taehyung akhirnya setelah terdiam beberapa saat lamanya.
DEG!
Jimin merasa tertusuk.
Jimin ingat betul apa yang diucapkan kliennya yang bernama Min Yoongi pada siang itu, ketika Yoongi dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman penjara.
"Inikah yang dinamakan keadilan di negara kita? Seseorang yang tidak bersalah bisa menjadi tahanan hanya karena kurangnya bukti yang dikumpulkan untuk mencari tahu pelaku sebenarnya?"
"Kudengar kau satu sel tahanan dengan tahanan bernama Min Yoongi..." sahut Jimin.
Taehyung menganggukan kepalanya.
"Kau sudah mendengar semua tentangku darinya?" tanya Jimin.
Taehyung kembali menganggukan kepalanya.
"Aku... Gagal membelanya di pengadilan karena hyeongmu begitu pandai mengolah barang bukti yang ada untuk memasukkan Yoongi-sshi ke dalam tahanan..." sahut Jimin sambil menatap Taehyung.
Taehyung menghela nafas.
"Aku... Memang masih sangat bodoh saat itu... Aku masih belum bisa menjadi pengacara yang berguna bagi klienku..." sahut Jimin sambil menundukkan kepalanya.
Taehyung terus menatap Jimin.
Dari nada bicara Jimin, Taehyung bisa menangkap betapa besar rasa bersalah Jimin karena tidak berhasil menyelamatkan Yoongi.
Tiba-tiba saja Jimin mengangkat kepalanya dan kali ini tatapannya berubah seratus delapan puluh derajat.
Jimin menatap Taehyung dengan tatapan yang menunjukkan sebuah tekad yang begitu kuat.
"Tapi, kali ini.. Aku tidak akan lagi menjadi pengacara yang tidak berguna... Aku, Park Jimin, berjanji... Akan membelamu habis-habisan semampuku di persidangan esok hari... Agar kau.. Terbebas dari hukuman yang tidak seharusnya kau jalani..." sahut Jimin.
Taehyung menatap Jimin sejenak, lalu sebuah senyuman terbentuk di wajahnya. "Aku... Percaya padamu, Park Jimin..."
Jimin menganggukan kepalanya. "Aku akan berusaha sebisa mungkin... Agar membebaskanmu dari tuduhan kejahatan yang tidak pernah kau lakukan.."
.
.
.
Jimin masuk ke dalam mobilnya dan duduk sejenak, bersandar di sandaran kursinya.
Kedua matanya terpejam.
"Inikah.. Yang dinamakan keajaiban?" gumam Jimin, tidak menyangka ingatan Taehyung kembali, tepat satu hari sebelum sidang akan digelar.
Jimin membuka matanya dan mengambil handphonenya yang sudah dilupakannya sejak tadi, dan terkejut melihat ada lebih dari 30 missed call dari Jungkook di handphonenya.
"Uh? Ada apa ia menghubungiku sampai sebanyak ini?" gumam Jimin sambil menghubungi nomor Jungkook.
Namun, Jungkook tidak juga menjawab panggilan Jimin.
Sudah sepuluh kali lebih Jimin menghubungi Jungkook, namun tak ada jawaban.
"Cih! Apa ia marah? Ia sengaja tidak menjawab panggilanku karena balas dendam? Dasar bocah!" gumam Jimin.
Jimin meletakkan handphonenya di jok kursi sebelahnya, lalu segera melajukan mobilnya menuju ruang kerjanya.
"Sekarang, yang perlu aku pikirkan baik-baik adalah... Bagaimana menemukan cara agar kesaksian Taehyung akan ingatannya yang telah kembali itu dapat dipercaya... Karena lawan kami sangatlah berat..." gumam Jimin.
"Jung Hoseok... Dan Kim Namjoon..." gumam Jimin sambil menyetir mobilnya dengan ekspresi sangat kesal. "Tega-teganya kalian bertindak sekeji ini! Cih..."
.
.
.
Taehyung duduk dalam sel tahanannya.
Yoongi sudah tertidur lelap ketika Taehyung kembali ke dalam sel tahanan itu.
Taehyung menatap Yoongi yang tengah tertidur lelap.
"Aku kini bisa memahami, hyeong... Mengapa kau.. Begitu membenci hyeongku..." gumam Taehyung sambil terus menatap Yoongi.
Taehyung menghela nafas sejenak, lalu kembali berucap pelan, "Karena aku... Juga kini tengah merasakan... Betapa sakitnya difitnah dan dihukum atas kesalahan yang tidak kulakukan..."
Taehyung terus menatap wajah Yoongi yang tengah terbaring sambil tertidur itu.
"Hyeong... Pasti sangat berat rasanya selama kau berada dalam sel tahanan ini ya? Mianhae... Atas nama Jin hyeong, aku ingin meminta maaf padamu untuk semua kesalahan yang dilakukannya dalam persidanganmu dulu..."
Taehyung terus menatap Yoongi yang tengah terlelap. "Hyeong... Apa aku... Bisa memenangkan persidangan besok? Apa aku bisa... Membuat semua yang ada di pengadilan besok mempercayai semua ucapanku? Karena lawanku... Sangatlah berat..."
"Si brengsek Jung Hoseok... Dan si keparat Kim Namjoon..." gumam Taehyung. Tatapan matanya berubah menjadi sangat dingin. "Aku... Akan melakukan apapun untuk membuat kalian membayar semua dosa-dosa kalian yang telah membunuh hyeongku dan menganiayaku!"
.
.
.
Hoseok dan Namjoon bertemu malam itu. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 11.10 PM, namun kedua pria itu masih saja asik minum berdua di sebuah bar.
"Bersiap untuk kemenangan kita!" sahut Hoseok dan Namjoon bersamaan dengan wajah tersenyum.
Mereka minum beberapa gelas bir sambil membahas mengenai persidangan yang akan berlangsung esok.
"Kau yakin semua sudah dipersiapkan sematang mungkin?" tanya Namjoon.
Hoseok menganggukan kepalanya. "Taehyung... Tidak akan bisa lepas dari hukumannya esok.. Hahahaha~"
"Baguslah kalau begitu, aku bisa tidur tenang malam ini.." sahut Namjoon.
Hoseok menatap Namjoon.
"Waeyo?" tanya Namjoon.
"Jeon Jungkook... Kau benar-benar sudah mengurus semua mengenainya?" tanya Hoseok sambil menatap Namjoon sambil memicingkan kedua matanya.
"Tentu saja! Kita tidak perlu takut... Masalah Jeon Jungkook sudah kubereskan dengan sempurna..." sahut Namjoon sambil tertawa kecil.
"Araseo... Tinggal beberapa jam lagi... Taehyung akan mendapatkan hukumannya... Dan kita selamat! Hehehehe..." sahut Hoseok sambil tertawa kecil.
.
.
.
Pagi itu, cuaca sama seperti biasanya.
Matahari bersinar seperti hari-hari sebelumnya.
Angin berhembus sama seperti hari-hari kemarin.
Namun, tidak bagi Taehyung dan Jimin. Bagi Taehyung dan Jimin, pagi itu tidak seperti pagi-pagi sebelumnya. Karena pertarungan mereka... Akan segera dimulai.
Jimin bangun sangat pagi, pukul 05.10 AM, walaupun ia baru saja tertidur dua jam!
Jimin segera memastikan, agar semua dokumen dan hal-hal lain yang harus dibawanya ke persidangan siang itu sudah dipersiapkannya dengan baik dan tidak boleh ada satupun yang tertinggal.
Jimin mandi, lalu sarapan bersama ibunya.
"Kau... Yakin sidang ini akan berjalan baik, Jimin ah?" tanya ibu Jimin.
Jimin menatap sejenak wajah ibunya yang mulai menua itu dalam diam, lalu sebuah senyuman kecil terbentuk di wajahnya.
"Aku.. Akan menunjukkan hari ini... Bahwa keajaiban itu benar adanya, eomma... Tenang saja... Aku.. Pasti bisa melakukannya dengan baik..." sahut Jimin.
"Jinjja?" sahut ibu Jimin sambil menatap lembut ke arah Jimin.
Jimin menganggukan kepalanya. "Aku... Akan membuatmu bangga padaku, eomma... Aku berjanji... Setelah sidang ini berakhir, aku akan membuatmu bangga... Karena memiliki anak sepertiku..."
Senyuman kecil terbentuk di wajah ibu Jimin. "Bahkan sekarangpun, kau sudah menjadi kebanggaan eomma, imma..."
"Jinjja? Ahhh.. Tentu saja.. Dimana lagi kau bisa menemukan anak semanis diriku, iya kan eomma? Hehehehehe~" sahut Jimin sambil tertawa kecil.
"Aigoo~ Lihat betapa besar rasa percaya dirimu... Aigoo~" sahut ibu Jimin sambil tertawa kecil dan mengacak pelan rambut anak satu-satunya itu.
Setelah selesai sarapan, Jimin kembali ke kamarnya untuk mengganti pakaian dan merapikan rambutnya.
Jimin menatap pantulan wajahnya yang terpampang di cermin di hadapannya itu.
"Park Jimin... Kau... Pasti bisa melakukannya dengan baik hari ini... Pasti!" gumamnya sambil menyemangati dirinya sendiri.
.
.
.
Taehyung duduk berdua dengan Yoongi di bangku yang ada di tepi lapangan penjara.
"Aku... Berharap kau bisa memenangkan persidangan hari ini, Taehyung ah..." sahut Yoongi sambil menatap rerumputan di sekitar sepatunya. "Tapi... Di sisi lain... Aku... Tidak rela kehilangan satu - satunya sahabatku disini... Apa yang akan kulakukan di dalam penjara sialan ini jika kau telah bebas nanti?"
Taehyung menoleh, menatap Yoongi, lalu menghela nafas. "Apa aku... Bisa memenangkan persidanganku hari ini?"
"Waeyo? Bukankah kau bilang kau sudah ingat semuanya? Walau kau tidak mau memberitahuku siapa pelaku sebenarnya, cih.." gerutu Yoongi.
Setelah kemarin sore Taehyung sadarkan diri, ia memang memberitahu Yoongi bahwa semua ingatannya sudah kembali, hanya saja, Taehyung tidak ingin memberitahu Yoongi siapa pelaku sebenarnya... Bukan tidak mempercayai Yoongi, hanya saja Taehyung berpikir, belum waktunya keberanan itu diungkapnya.
"Karena pelaku sebenarnya... Adalah orang yang tidak akan pernah kau pikirkan, bahkan sedikitpun... Jadi... Sang pelaku yang sebenarnya akan sangat mudah membuat pembelaan dan aku yakin akan sangat sedikit orang yang bisa mempercayai kesaksianku nanti..." sahut Taehyung dengan nada lemah.
Yoongi menatap Taehyung. "Siapa pelaku sebenarnya, Taehyung ah?"
Taehyung menatap balik ke arah Yoongi. "Seseorang... Yang ketika namanya kusebutkan, kau akan membelalakan kedua bola matamu dan bertanya padaku apakah aku sedang bercanda atau serius..."
"Apa... Sang pelaku sebenarnya... Benar-benar orang yang sama sekali terdengar mustahil melakukan pembunuhan ini?" tanya Yoongi.
Taehyung menganggukan pelan kepalanya. "Dan beratnya... Aku... Sama sekali tidak memiliki barang bukti apapun selain ingatanku yang kembali ini.."
Yoongi menatap Taehyung. "Pasti... Semua terasa sangat berat bagimu, Taehyung ah..."
"Haruskah aku menyerah saja dan menghabiskan sisa hidupku bersamamu dalam tahanan ini, hyeong?" sahut Taehyung tiba-tiba sambil tersenyum paksa menatap Yoongi.
"Jangan berpikir bodoh, imma! Senyummu saja menunjukkan keterpaksaan begitu..." sahut Yoongi sambil menyentil pelan kening Taehyung.
"Aku... Benar-benar ingin menemanimu disini, hyeong.. Tapi.. Aku juga ingin membuktikan, bahwa aku sebenarnya tidak bersalah..." sahut Taehyung dengan ekspresi suram.
"Berjuanglah sekuat tenagamu, Taehyung ah.. Jika kau benar-benar dibebaskan, kau bisa mengunjungi disini setiap kau ada waktu luang, kan? Hehehehe~" sahut Yoongi, berusaha menyemangati sahabatnya itu.
Taehyung menganggukan pelan kepalanya. "Araseo, hyeong..."
.
.
.
Taehyung dan Jimin tiba di gedung pengadilan.
Mereka bertemu sejenak di sebuah ruangan sebelum sidang dimulai setengah jam lagi.
"Tenang saja, Kim Taehyung... Aku pasti akan memenangkan persidangan ini!" sahut Jimin, meyakinkan Taehyung yang terlihat sedikit gelisah. "Aku berjanji padamu... Aku pasti akan memenangkan persidangan kali ini..."
Taehyung menatap Jimin. "Jinjja?"
Jimin menganggukan kepalanya. "Kali ini, percayalah padaku... Aku akan berjuang semaksimal yang ku bisa untuk membelamu yang sama sekali tidak bersalah ini..."
"Bagaimana jika tidak ada yang mempercayai ucapanku?" tanya Taehyung dengan wajah gelisah.
"Karena apa yang akan kau ucapkan nanti tentu saja terdengar tidak masuk akal, itu kan maksudmu?" tanya Jimin.
Taehyung menganggukan pelan kepalanya sambil menatap Jimin.
Jimin menepuk pelan bahu Taehyung. "Himnae, Kim Taehyung... Aku berjanji, kita akan memenangkan persidangan ini..."
Taehyung menganggukan pelan kepalanya.
.
.
.
Suasana dalam ruangan itu terasa sangat mencekam.
Jimin dan Taehyung duduk berdampingan di meja yang berada di sudut kanan ruangan. Sementara Hoseok duduk di meja yang berada di sudut kiri ruangan, berseberangan tepat dengan meja tempat Jimin dan Taehyung berada.
Namjoon duduk di kursi yang disediakan untuk orang-orang yang diijinkan menyaksikan sidang berlangsung.
"Persidangan mengenai pembunuhan Jaksa Kim Seokjin resmi digelar." sahut sang hakim sambil mengetuk palunya ke meja.
Sidang pun resmi dimulai.
Setelah beberapa hal dibahas dan perdebatan terjadi antara Jimin dan Hoseok mengenai kasus pembunuhan itu, Taehyung dipersilakan duduk di kursi yang berada di tengah ruangan.
"Tersangka Kim Taehyung, kudengar ingatanmu sudah kembali?" tanya sang hakim.
Taehyung menganggukan pelan kepalanya.
Hoseok dan Namjoon terbelalak mendengar bahwa ingatan Taehyung sudah kembali.
Taehyung dipersilakan menceritakan apa kejadian sebenarnya yang terjadi malam itu di Bangtan Estate.
Dan setelah Taehyung selesai menceritakan semua hal yang diingatnya, tentu saja kericuhan terjadi.
"Jaksa Jung Hoseok dan Detektif Kim Namjoon? Cih! Mana mungkin? Kurasa ia sudah gila!" cemooh orang-orang yang ada disana untuk menyaksikan sidah itu berlangsung.
Namjoon dan Hoseok beradu tatap, dan tiba-tiba saja senyuman terbentuk di wajah Hoseok.
"Apakah kau sudah selesai mendongeng, tersangka Kim Taehyung?" tanya Hoseok sambil berjalan mendekat ke arah Taehyung terduduk.
"Aku tidak sedang mendongeng.." sahut Taehyung.
"Lalu.. Kau pikir... Apa ceritamu ini masuk akal? Apa kau bisa membuktikan bahwa aku dan Namjoon berada disana malam itu?" tanya Hoseok sambil menatap Taehyung dengan ekspresi mengerikan.
Taehyung menatap Hoseok.
"Kau.. Bisa kutuntut dengan pasal penjelekan nama baik, apa kau tidak mengerti?" sahut Hoseok dengan nada tenang, namun ekspresi wajahnya jelas-jelas tengah menertawai Taehyung karena tidak ada seorangpun yang terlihat mempercayai ucapan Taehyung disana.
"Aku juga merasa... Ucapanmu tidak masuk akal, tersangka Kim Taehyung.." sahut sang hakim.
Tiba-tiba Jimin bangun dari kursinya.
"Lalu.. Bagaimana jika... Aku bisa membuktikan pada kalian semua... Bahwa kau dan Kim Namjoon benar ada disana malam itu, Jung Hoseok-sshi?" sahut Jimin.
Kericuhan semakin menggema dalam ruangan itu, sementara Hoseok dan Jimin saling bertukar tatap.
Dan sebuah senyuman simpul terbentuk di wajah Jimin.
.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top