CHAPTER 15

Title: MURDER CASE IN BANGTAN ESTATE

Cast: Namjoon, Jin, Yoongi, Hoseok, Jimin, Taehyung, Jungkook

Lenght: Chapter

Rating: 15+

Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95]

CHAPTER 15

.

DESEMBER 2016

Taehyung masih belum sadarkan diri, padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul 09.25 AM.

Raewon terus memperhatikan Taehyung.

"Entah mengapa... Aku sangat yakin.. Kau tidak ada hubungannya dengan kasus pembunuhan ini..." gumam Raewon.

"Entah mengapa aku sangat yakin, bukan kau pelakunya, Kim Taehyung.. Karena itu, segeralah mengingat semua yang terjadi malam itu sebelum sidangmu digelar esok siang..." sahut Raewon.

Tak lama kemudian, Raewon melihat ada yang aneh dari Taehyung.

Dahinya tiba-tiba berkerut. Dan tidurnya mulai terlihat kembali gelisah.

BUK!

Suara pukulan yang cukup keras terdengar.

"Arrrggghhhhhhhhhhhhhhh!" teriakan kesakitan yang keluar dari mulut Jin terdengar menggema memenuhi ruangan itu.

Tubuh Taehyung yang tengah tertidur kembali bergoyang pelan dengan gelisah.

"Arrrgggghhhhhhhhhhhhhh"

Taehyung, yang tengah berdiam dalam kamarnya, tersentak mendengar teriakan Jin yang begitu keras.

"Hhhhhhh... Hhhhhhh..." Nafas Taehyung mulai tidak teratur.

"Kim Taehyung! Kim Taehyung!" Raewon memegang pelan bahu Taehyung, berusaha menyadarkan Taehyung.

"Hhhhhhh! Hhhhhh!" Taehyung langsung mengambil posisi duduk dengan nafas terengah-engah.

"Kim Taehyung, kau kenapa?" tanya Raewon.

"Hhhhh... Hhhhhh..." Taehyung menatap Raewon. Tubuhnya mulai berkeringat dingin.

"Kau kenapa? Apa kau mengingat sesuatu?" tanya Raewon dengan cemas sambil menatap Taehyung.

Taehyung berusaha mengatur nafasnya agar kembali normal. "Hhhh... Hhhhh..."

"Kau... Kenapa?" tanya Raewon lagi.

"Gwenchana.." sahut Taehyung setelah nafasnya kembali normal.

Beberapa waktu lamanya mereka sama-sama terdiam, sambil Taehyung menenangkan kondisi tubuhnya yang masih sedikit syok itu.

Setelah terdiam beberapa saat lamanya, Raewon menatap Taehyung.

"Kim Taehyung, apa kau.. Mengingat sesuatu?" tanya Raewon. "Ingatanmu mulai kembali?"

Taehyung menatap Raewon. Entah mengapa ia seperti sulit mempercayai siapapun sejak ia menjadi tersangka pembunuhan hyeongnya itu.

Taehyung menggelengkan kepalanya pelan. "Aku hanya... Bermimpi buruk..."

"Mimpi apa?" tanya Raewon.

Taehyung terdiam sejenak lalu menjawab, "Aku bermimpi terjatuh dari atas jurang yang tinggi..." Tentu saja ia berbohong.

"Aaaaahhh... Kurasa kau mengalami ketakutan dalam menghadapi sidangmu yang akan digelar esok hari..." sahut Raewon.

"Kurasa iya..." sahut Taehyung.

Pukul 10.32 AM, akhirnya Taehyung kembali ke dalam sel tahanannya.

"Taehyung ah, kau sudah membaik?" tanya Yoongi dengan wajah sangat cemas.

Taehyung tersenyum kecil sambil menganggukan kepalanya. "Gumawo, hyeong.. Karena sudah memperhatikanku begini..."

"Tentu saja aku mencemaskanmu! Kau sahabat pertamaku disini..." gerutu Yoongi.

.

.

.

"Besok sidang Kim Taehyung akan digelar... Apa kau sudah punya bukti lain, Jimin ah?" tanya Minseok.

Jimin memiringkan kepalanya. "Ada sesuatu yang mengganjal pikiranku, hyeong..."

"Waeyo?" tanya Minseok.

"Entahlah... Aku juga bingung..." sahut Jimin sambil mengacak pelan rambutnya.

Jimin teringat akan pesan Taehyung sebelum Jimin berpamitan kemarin, yaitu bahwa mengenai semua ingatan Taehyung yang perlahan mulai kembali, jangan sampai ada pihak lain yang tahu selain mereka.

Keberadaan Hoseok dalam ingatan Taehyung cukup membuat mereka merasa harus extra berhati-hati dengan orang-orang disekitar mereka. Jika Hoseok memang ada disana malam itu, mengapa ia tidak mengatakan apapun?

Menurut Taehyung, bisa saja Hoseok memang ada sangkut pautnya, dan ia memiliki mata-mata di sekitar Taehyung dan Jimin, karena itu mulai sekarang mereka harus benar-benar menyimpan rahasia akan semua ingatan Taehyung yang perlahan kembali.

"Waeyo? Kau tidak mau bercerita padaku? Biasanya kau selalu menceritakan semua keluh kesahmu... Aigoo~" sahut Minseok sambil mengusap pelan kepala Jimin.

Jimin tersenyum sekilas.

"Aigoo~ Aigoo~ Busan brothers kembali menunjukkan brothershipnya... Hahaha..." sahut Jinyoung sambil menyenggol bahu Hyungsik.

Hyungsik tertawa kecil melihat kedekatan Jimin dan Minseok. "Kalian harus test DNA, sepertinya kalian memang saudara kandung! Hehehe.."

Minseok tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya. Jimin juga ikut tertawa, menampilkan eye smilenya yang manis itu.

Tiba-tiba saja Lee Dongwook membuka pintu ruangan itu dan berjalan masuk ke dalamnya.

Semua yang ada di dalam ruangan langsung menyapa atasan mereka itu.

Setelah menjawab sapaan anak-anak buahnya, Dongwook menatap Jimin. "Bagaimana persiapanmu untuk sidang esok hari, Park Jimin?"

Jimin mengerutkan sedikit keningnya. "Semoga semua berjalan lancar..."

Dongwook menganggukan kepalanya sambil tersenyum, lalu ia menepuk pelan bahu Jimin sambil berkata, "Hwaiting, Park Jimin.."

Jimin tersenyum dan menganggukan kepalanya, lalu Dongwook berpamitan dan berjalan keluar dari ruangan itu.

"Apa kau... Yakin... Besok kau tidak akan mempermalukan dirimu di depan umum, Jimin ah?" tanya Hyungsik sambil menatap Jimin.

"Molla..." sahut Jimin sambil mengacak pelan poninya. "Aigoo~"

Minseok menepuk pelan bahu Jimin. "Aku percaya, kau akan melakukan semua yang terbaik di persidangan esok hari..."

Jimin menganggukan kepalanya. "Semoga saja..." sahutnya pelan.

.

.

.

Namjoon dan Hoseok makan siang bersama siang itu.

"Kau... Yakin semua berjalan aman? Ingatan Taehyung belum kembali?" tanya Namjoon sambil menatap Hoseok dengan tatapan sedikit cemas.

Hoseok menyeruput jus jeruk di hadapannya sambil menganggukan kepalanya.

"Aku juga bertanya pada Seo Kangjoon, anggota polisi di Seoul Public Prison.. Katanya Raewon-ssaem bilang Taehyung belum mengingat apapun.. Tapi kepalanya semakin sering sakit akhir-akhir ini.." sahut Namjoon.

"Mungkin efek karena ia panik karena persidangannya semakin dekat sementara ia bahkan tidak mengetahui siapa yang membunuh hyeongnya itu.." sahut Hoseok.

"Semoga saja semua berjalan lancar besok..." sahut Namjoon sambil memainkan sendok di cangkir kopinya.

"Jungkook... Ia tidak mengetahui apapun mengenai ini semua kan?" tanya Hoseok.

Namjoon menganggukan kepalanya. "Ia bahkan memarahi sahabatnya itu karena nekat menjadi pengacara Taehyung di persidangan.."

"Kalau begitu, semua berjalan sesuai rencana kita... Tidak ada yang perlu kau cemaskan, Namjoon ah.." sahut Hoseok.

Namjoon menatap Hoseok sejenak.

"Waeyo?" tanya Hoseok sambil menatap Namjoon.

"Aku kadang tidak mengerti dengan karaktermu yang sebenarnya... Kadang kau terlihat begitu tenang menghadapi persidangan besok, tapi terkadang kau menangisi kepergian Jin hyeong yang paling kau kagumi itu dari muka bumi ini..." sahut Namjoon.

Hoseok terdiam sejenak sambil menundukkan kepalanya.

Setelah beberapa saat terdiam, Hoseok menatap Namjoon.

"Di satu sisi, aku sedih karena kehilangan Jin hyeong.. Apalagi jika aku tengah merindukan semua waktu yang telah kami habiskan bersama..." sahut Hoseok. Matanya mulai berkaca-kaca.

Namjoon memberikan tissue kepada Hoseok.

Hoseok mengambil tissue itu dan menghapus air mata yang menggenang di kedua bola matanya.

"Tapi di sisi lain.. Aku senang ia sudah tak ada di dunia ini lagi... Karena artinya, ia tidak jadi menikah dengan Jieun... " sahut Hoseok.

Namjoon terdiam mendengar ucapan Hoseok.

"Aku terlihat gila, Namjoon ah?" sahut Hoseok.

"Apa kau.. Sebegitunya mencintai Lee Jieun?" tanya Namjoon.

Air mata tiba-tiba menetes dari kedua bola mata Hoseok. "Majjayo... Walaupun bahkan sampai detik ini, Jieun sama sekali tidak pernah menghubungiku sama sekali, tapi aku masih mencintainya, Namjoon ah..."

Namjoon kembali terdiam. Rasa bersalah atas pembunuhan yang dilakukannya itu kembali menyelimuti dirinya.

"Mengapa aku.. Berbuat sebodoh itu malam itu?" tanya Hoseok sambil mencoba menghentikan tangisnya.

"Haruskah kita... Mengakui kesalahan kita?" sahut Namjoon.

"Berkali-kali aku terpikirkan untuk mengakui semua kesalahanku... Tapi, aku takut, Namjoon ah... Bagaimana aku akan menghadapi kehidupanku jika aku mengakui kesalahanku?" sahut Hoseok. Air matanya mulai berhenti mengalir.

"Lagipula... Taehyung juga berhak mendekam di penjara! Kalau bukan karena dirinya, kita tidak akan melakukan pembunuhan malam itu.. Iya kan, Hoseok ah?" sahut Namjoon. Dendamnya kepada Taehyung masih saja bercokol dalam hati dan benaknya.

Hoseok menatap Namjoon. "Majjayo.. Karena itu, aku memutuskan agar bagaimanapun caranya membuat Taehyung yang menjadi pelaku pembunuhan ini..."

"Dan besok, semua harapan kita ini akan menjadi kenyataan..." sahut Namjoon.

.

.

.

Jungkook akhirnya berhasil menghubungi sahabatnya yang tengah disibukkan oleh persiapan sidangnya esok hari.

"Ne, Jungkook ah~ Waeyo?" sahut Jimin.

"Aigoo... Akhirnya aku bisa menghubungimu, hyeong.. Kau benar-benar tengah sibuk sekali rupanya?" sahut Jungkook.

"Mian... Aku tadi sedang membantu Hyungsik hyeong merapikan beberapa data yang akan dibawanya ke persidangannya pukul tujuh malam nanti..." sahut Jimin.

"Kau tidak mendengar handphonemu berdering?" tanya Jungkook.

"Data-data milik Hyungsik hyeong ada di dalam gudang data, jadi aku bersamanya disana. Handphoneku kutinggal di meja.. Mian...." sahut Jimin.

"Aigoo... Kau benar-benar terlalu baik, hyeong.. Kau justru sibuk membantu persidangan orang lain, sementara persidanganmu esok saja masih belum ada kepastian mengenai bukti-bukti pembunuhan dan semacamnya..." sahut Jungkook. "Apa kau sudah siap kalah di persidangan besok? Kau sudah siap mendengar hakim menyatakan bahwa Kim Taehyung terbukti bersalah?"

"Molla... Aku juga bingung apa lagi yang bisa kulakukan agar sidang esok berjalan dengan sebaik mungkin..." sahut Jimin, nada bicaranya semakin lemah.

"Hyeong..." sahut Jungkook dengan nada lembut.

"Ne? Ada apa, Jungkook ah? Mengapa nada bicaramu selembut ini tiba-tiba?" tanya Jimin.

Jungkook menghela nafas sejenak, lalu berkata, "Hwaiting, hyeong..."

Jimin membelalakan kedua bola matanya.

"Kau... Kenapa sebenarnya, Jeon Jungkook?" tanya Jimin.

"Waeyo, hyeong? Apa memberikan semangat kepada sahabat terbaikku membutuhkan alasan?" tanya Jungkook.

"Kau... Tidak biasanya seperti ini..." sahut Jimin. "Mengapa firasatku jadi tidak enak?"

"Apapun yang terjadi, aku hanya ingin mengingatkan padamu.. Bahwa aku selalu mendukungmu, hyeong..." sahut Jungkook.

"Apa.. Maksudmu?" tanya Jimin.

Jungkook terdiam sejenak, lalu berkata, "Apapun hasil persidanganmu besok, ingatlah, bahwa aku akan selalu ada disampingmu.. Dan mendukungmu dengan segenap hatiku, hyeong..."

"Kau... Berfirasat aku akan kalah dalam persidangan besok? Itu maksudmu?" tanya Jimin.

"Entahlah..." sahut Jungkook. "Intinya.. Aku hanya ingin kau tahu.. Betapa aku bersyukur memiliki sahabat sebaik dirimu, hyeong..."

.

.

.

SEPTEMBER 2016 (Dua Hari Setelah Pembunuhan Jin Terjadi)

Namjoon dan Jungkook terus berkeliaran di kediaman Kim Seokjin itu untuk mengumpulkan semua barang bukti mengenai kasus pembunuhan Jin dan juga musibah yang menimpa Taehyung.

"Apa benar ia lompat dari atas sini untuk bunuh diri? Aigoo.. Kurasa ia memang sudah gila!" sahut Jungkook sambil bergidik ngeri melihat ke arah bawah dari balkon lantai tiga.

"Namanya juga bunuh diri, mana mungkin ia lompat dari tempat yang pendek? Aigoo, kau ini..." sahut Namjoon sambil mengacak pelan rambut Jungkook.

"Ah.. Majjayo, hyeong... Hehehe.." sahut Jungkook sambil kembali meneliti dengan seksama mengenai semua barang yang bisa dijadiakan barang bukti dalam kasus ini.

"Rumah sebesar ini tapi tidak ada CCTV nya, cih.. Ini benar-benar merepotkan kita..." sahut Jungkook sambil berusaha mengumpulkan semua barang bukti sebisanya.

"Karena tidak ada CCTV lah makanya kasus kriminal yang dilakukan Taehyung tidak pernah berhasil kita selidiki dengan baik.." gerutu Namjoon.

Jungkook terus mengumpulkan semua barang bukti yang ada di lantai tiga itu, begitu juga Namjoon.

Dan betapa terkejutnya Namjoon ketika ia melihat sesuatu yang tersembunyi di dalam mulut sebuah pahatan kayu berbentuk rusa yang tertempel di dinding yang berada tepat di depan kamar Taehyung!

Setitik cahaya merah yang nyaris tak terlihat tengah berkedip-kedip.

Jungkook berjalan mendekati Namjoon. "Ada apa dengan pahatan rusa itu, hyeong?"

Namjoon segera membalikkan tubuhnya menghadap Jungkook. Wajahnya terlihat agak pucat.

"Waeyo, hyeong?" tanya Jungkook. "Kau terlihat pucat... Apa kau sakit?"

"Jungkook ah.. Kurasa aku agak kelelahan.. Bisakah kau ke mini market sejenak dan membelikanku kopi kaleng? Atau minuman buah yang segar? Atau.. Apa saja yang kira-kira bisa menyengarkanku..." sahut Namjoon.

"Araseo, hyeong.. Tapi, apa kau berani sendirian disini?" tanya Jungkook.

Namjoon menganggukan kepalanya. "Aku akan berbaring sejenak di kursi..."

Jungkook segera berlari ke lantai satu, lalu menuju parkiran, dan mengemudikan mobilnya menuju mini market terdekat.

Setelah suara mobil terdengar menjauh dari rumah itu, Namjoon segera saja mengecek cahaya merah itu, dan ia sangat terkejut mendapati sebuah CCTV yang nyaris tak terlihat itu.

Ternyata, selama ini Jin diam-diam memasang CCTV tersembunyi itu satu-satunya, tepat di depan kamar Taehyung agar Jin bisa melihat apa saja aktivitas yang dilakukan Taehyung, juga bisa memantau mengenai keberadaan Taehyung di rumah itu.

Jin sengaja diam-diam meletakkan CCTV itu disana agar bisa memantau jam berapa Taehyung keluar dan masuk ke dalam kamarnya.

Dan tentu saja! Beberapa adegan pembunuhan Jin yang dilakukan oleh Hoseok dan Namjoon itu, juga terekam disana!

Namjoon segera mencabut CCTV itu. Ia segera berlari ke halaman bawah dan mengubur CCTV itu dengan rapi agar tidak ada seorangpun yang menyadarinya, sementara memory card kecil yang ada dalam CCTV itu segera diambilnya dan dimasukkan ke dalam sakunya untuk ia sembunyikan.

Tak lama kemudian terdengar suara mobil mendekat ke arah rumah itu.

Namjoon segera berlari menuju lantai tiga dan berpura-pura berbaring lemas di atas sofa di lantai tiga itu.

.

.

.

DESEMBER 2016

"Apa Kim Taehyung belum mengingat apapun lagi? Sidang akan digelar esok hari... Apa yang harus kulakukan sekarang? Bagaimana caraku mencari tahu mengenai keberadaan Jung Hoseok disana malam itu?" gumam Jimin sambil menatap ke langit.

Saat itu pukul 04.40 PM. Jimin tengah terduduk di sebuah kursi yang berada di roof garden gedung tempatnya bekerja. Sebuah taman kecil yang tenang yang berada di atap gedung itu.

Angin berhembus lembut di sekitarnya, menerpa wajahnya, menerbangkan rambutnya menjadi sedikit acak-acakan.

Jimin menatap langit di atas kepalanya sambil menikmati hembusan angin yang tengah menerpa wajahnya itu.

"Besok sidang kematianmu akan digelar, Jin-sshi.. Tidak bisakah.. Kali ini saja.. Kau membantuku mendapat petunjuk akan kematianmu?" gumam Jimin, entah kepada siapa ia bicara.

"Apa benar adikmu itu pelakunya? Jika bukan, apa kau rela melihatnya dihukum atas kejahatan yang tidak pernah dilakukannya?" gumam Jimin lagi sambil terus menatap langit di atas kepalanya itu.

Tiba-tiba saja petir bergemuruh di langit.

Dan secara tiba-tiba langit pun menjadi gelap.

"Aigoo... Sepertinya hujan deras akan segera turun!" Jimin segera berlari menuju lift yang ada di ujung sana dan kembali ke ruang kerjanya.

Tak lama kemudian, hujan yang sangat deras turun mengguyur kota Seoul.

Bukan hujan biasa. Hujan itu sangat berangin. Membuat beberapa pohon di jalanan tumbang karena angin yang cukup kencang itu.

"Untung aku sudah kembali ke ruangan..." sahut Jimin ketika melihat hujan angin itu dari jendela ruang kerjanya. "Kalau aku masih di atas, pasti tubuhku basah kuyup.."

"Kau dari roof garden, Jimin ah?" tanya Jinyoung.

Jimin menganggukan kepalanya.

"Untung kau sudah kembali ke ruangan.. Kalau tidak, kau bisa terbang terbawa angin karena tubuh kecilmu itu, hehehe..." goda Hyungsik.

Minseok tertawa cukup kencang mendengar ucapan Hyungsik.

"Aigoo..." sahut Jimin sambil tersenyum kecil dan berpura-pura hendak meninju Hyungsik dari jauh.

"Kau harus banyak-banyak tersenyum begitu, imma.." sahut Jinyoung sambil tersenyum menatap Jimin.

"Uh?" Jimin membelalakan kedua bola matanya.

"Sejak mengurus kasus pembunuhan jaksa Kim Seokjin, kau nyaris tidak pernah tersenyum lagi di hadapan kami bertiga..." sahut Hyungsik.

"Apa kau tahu, betapa kami mencemaskan keadaanmu?" tanya Minseok. "Kau berjuang begitu keras sendirian, sementara kami tidak bisa membantu apapun." sahut Minseok lagi.

Jimin tersenyum lebar kali ini, ia tidak menyangka ternyata selama ini semua orang disekitarnya begitu mencemaskannya. "Gumawo, kalian semua~"

"Hwaiting, Park Jimin!" sahut Hyungsik dan Jinyoung bersamaan.

"Hwaiting!" sahut Minseok.

Jimin tersenyum sambil menganggukan kepalanya.

.

.

.

Hujan angin yang turun mengguyur kota Seoul sore itu membuat hawa dalam sel tahanan Taehyung dan Yoongi menjadi semakin dingin.

"Kudengar tengah terjadi hujan angin yang cukup besar di luar sana..." sahut Kangjoon kepada rekannya yang bertugas bersamanya sore itu.

"Pantas saja hawa disini jadi terasa lebih dingin..." sahut Yoongi.

Taehyung segera mengambil selimutnya dan diletakkannya di bahu Yoongi. "Pakai ini hyeong agar tubuhmu semakin hangat..."

"Gumawo, Taehyung ah.." sahut Yoongi sambil tersenyum.

Taehyung dan Yoongi tengah berbincang-bincang sejenak, sampai tiba-tiba saja kepala Taehyung kembali terasa sakit.

Dan rasa sakitnya kali ini benar-benar luar biasa.

Taehyung terbaring di lantai sambil terus berteriak kesakitan. Kedua tangannya memegang kepalanya dengan erat.

"Argghhhhhhhhhhhhhh! Arghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!"

Dan diantara rasa sakit yang tengah dirasakannya itu, ingatan itu sedikit demi sedikit seolah mendatangi benak Taehyung.

Taehyung, yang sedari tadi berdiam dalam kamarnya, tersentak mendengar teriakan Jin yang begitu keras.

Taehyung membuka pintu kamarnya, dan bukan main terkejutnya ia ketika melihat hyeongnya itu tergeletak kesakitan. Darah mulai membasahi lantai disekitarnya.

"Argghhhhhhhhhhhhhh! Arghhhhhhhhhhhhhhh!" Taehyung terus menjerit kesakitan sambil memegang kepalanya.

"Taehyung ah! Taehyung ah! Kau kenapa?" Yoongi terlihat sangat panik.

"Arghhhhh! Argghhhh!"

Yoongi segera berteriak meminta tolong. "Kim Taehyung kembali merasa kesakitan! Siapapun yang sedang bertugas, tolong kesini segera!"

Seo Kangjoon, yang mendengar teriakan Yoongi meminta tolong, segera berlari menuju sel tahanan tempat Yoongi dan Taehyung berada.

Sebelum sempat beranjak dari depan kamarnya untuk membantu hyeongnya itu, Taehyung melihat Hoseok tengah memukulkan tongkat golf itu ke kepala Jin.

BUK! BUK!

"Arghhhhh! Hoseok ah! Sadar, Hoseok ah! Arghhhhhhhhhhhhhh..." Jin terus menjerit kesakitan.

Taehyung segera berteriak dari depan kamarnya, "Hyeoooong!"

Hoseok dan Namjoon menoleh ke arah Taehyung.

"Argggggggghhhhhhhhhhhhhhh!" Taehyung terus menjerit kesakitan. Rasa sakit yang menjalari kepalanya sungguh luar biasa.

Apalagi, ditambah dengan ingatannya yang sudah mulai kembali.

Dan Taehyung kali ini bisa mengingat dengan sangat jelas, siapakah pelaku pembunuhan yang membunuh hyeong satu-satunya itu malam itu. Tiga bulan yang lalu. Di Bangtan Estate.

.

-TBC-


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top