CHAPTER 14

Title: MURDER CASE IN BANGTAN ESTATE

Cast: Namjoon, Jin, Yoongi, Hoseok, Jimin, Taehyung, Jungkook

Lenght: Chapter

Rating: 15+

Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95]

CHAPTER 14

.

DESEMBER 2016

"Kau!" Taehyung mencengkram erat kerah baju tidur yang dikenakan Hoseok.

Tatapan mereka saling beradu dengan tajam.

"Hhhhhh... Hhhhhhhh... Hhhhhh" Taehyung yang tengah tertidur lelap itu kembali merasa gelisah. Keringat dingin kembali mulai terlihat membasahi wajahnya.

"Hoseok ah! Taehyung ah! Geumanhae!"

Taehyung dan Hoseok menoleh ke asal suara itu.

Jin tengah berdiri disana.

"Hhhhhh! Hhhhhh!" Nafas Taehyung semakin cepat. Kepalanya mulai menoleh ke kana dan ke kiri. "Hhhhhh! Hhhhhh!"

"Hoseok ah! Taehyung ah! Geumanhae, jebal.." sahut Jin lagi.

"Hhhhhh... Hhhhhh... Hyeong... Hhhhhhh..." Keringat dingin semakin membasahi tubuh Taehyung yang tengah tertidur itu.

Taehyung melepaskan cengkramannya. "Cih!"

"Hyeong, kau terbangun? Bagaimana kau tahu kami disini?" tanya Hoseok.

"Aku ingin buang air kecil makanya terbangun... Aku mencarimu sedang ada dimana.. Ternyata kau sedang berkelahi dengan Taehyung disini..:" sahut Jin dengan eskpresi sedikit kesal.

"Mi... Mian, hyeong.." sahut Hoseok.

"Hyeong... Hhhhhh... Hhhhhh..." Taehyung terus menggerakan kepalanya menoleh ka kanan dan ke kiri sementara kedua matanya tetap terpejam.

"Hyeong, lebih baik kau usir saja pria sialan ini dari rumah! Cih!" gerutu Taehyung.

"Kim Taehyung... Jangan menjelek-jelekan Hoseok seenakmu!" bentak Jin.

"Cih! Kalian berdua sama saja tidak bergunanya!" gerutu Taehyung sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

"Hhhhhh... Hhhhhh..." Nafas Taehyung semakin cepat.

Dan tiba-tiba saja rasa nyeri yang luar biasa menjalari kepalanya.

"Arghhhhh... Hhhhhhh... Arghhhhhhh..." Taehyung terbangun dan mendapati kepalanya terasa begitu sakit.

Ia terus memegang kepalanya sambil merintih kesakitan. "Arghhhh... Hhhhhh... Hhhhh..."

Yoongi terbangun dari tidurnya.

Jarum jam menunjukkan pukul 02.20 AM.

"Taehyung ah... Taehyung ah, waeyo? Kau kenapa?" Yoongi memegang kedua bahu Taehyung yang tengah duduk meringkuk kesakitan di atas matrasnya itu.

"Kepalaku, hyeong... Arghhhhhhh... Arghhhh..." Taehyung berusaha menahan sakitnya, namun sia-sia. Rasa sakit yang luar biasa itu benar-benar tak bisa ditahannya.

Yoongi segera berlari ke pintu sel dan berteriak meminta tolong.

Seo Kangjoon segera membuka pintu sel. "Ada apa lagi?"

"Taehyung! Taehyung merintih kesakitan lagi.." sahut Yoongi dengan panik.

Kangjoon melihat ke dalam, dan ia mendapati Taehyung tengah terbaring sambil memegang erat kepalanya dengan kedua tangannya.

Wajahnya sangat merah, terlihat jelas betapa sakit kepalanya itu.

Kangjoon segera membawa Taehyung ke klinik.

"Tolong bantu Taehyung agar sakitnya reda..." sahut Yoongi kepada Kangjoon dengan tatapan sangat memohon.

Kangjoon menganggukan kepalanya, lalu segera membopong tubuh Taehyung dan berlari ke klinik penjara.

Raewon, yang tengah tertidur di atas salah satu kasur disana, segera terbangun mendengar teriakan Kangjoon.

"Ssaem, Taehyung kesakitan lagi!" sahut Kangjoon.

"Letakkan ia di kasur segera!" sahut Raewon.

"Arrrghhhhh... Arghhh..." Taehyung terus meronta kesakitan sambil terus memegang kepalanya.

Raewon segera menyuntikkan obat pereda nyeri yang mengandung obat penenang itu.

Tak lama kemudian Taehyung tertidur lelap.

"Mengapa akhir-akhir ini ia begitu sering kesakitan, ssaem? Apakah kondisi kepalanya cukup parah?" tanya Kangjoon.

"Dari hasil pemeriksaanku, keadaan kepalanya sudah mengalami banyak kemajuan..." sahut Raewon.

"Lalu, mengapa ia sering kesakitan akhir-akhir ini? Apa.. Ingatannya... Mulai kembali?" tanya Kangjoon.

"Entahlah.. Ia tidak mau bercerita apapun padaku.." sahut Raewon. "Bisa jadi... Ia kesakitan karena tegang menghadapi persidangannya esok hari... Makanya, semakin mendekati hari persidangan, kepalanya semakin sering terasa sakit..."

Raewon menatap wajah Taehyung yang tengah tertidur akibat obat penenang yang diberikannya.

"Apa kau... Mulai mengingat sesuatu?" gumam Raewon sambil menatap Taehyung.

"Sidangmu akan dilangsungkan esok hari... Kuharap... Kau bisa melewatinya dengan baik..." gumam Raewon.

.

.

.

Jungkook belum juga bisa tertidur, padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul 03.10 AM.

"Apa... Yang seharusnya kulakukan? Apa aku harus menemui Jimin? Atau... Diam begitu saja?" gumam Jungkook.

Malam itu, ia sendirian di kamar yang ada di ruangan kerjanya karena Namjoon sejak kemarin malam ijin pulang ke rumahnya, katanya hendak beristirahat di rumahnya.

"Apa benar ia kembali ke rumahnya? Atau.. Ia tengah merencanakan hal lainnya?" gumam Jungkook.

Jungkook mengingat kembali kejadian tiga bulan yang lalu yang dialaminya di ruangan kerjanya itu.

"Uh? Dus kecil apa ini?" gumam Jungkook sambil membuka isi dus itu, dan ia menemukan sebuah memory didalamnya.

"Uh? Memory apa ini? Jangan-jangan.. Isinya blue film kesukaan Namjoon hyeong? Hehehe~" Jungkook menatap memory itu sambil menyeringai nakal.

"Tidak seharusnya ia menyembunyikannya dariku.. Toh aku kan juga sudah dewasa..." gumam Jungkook sambil memasukkan memory itu ke laptopnya dan mencoba melihat apa isi memory itu.

Video mulai terputar.

Dan kedua bola mata Jungkook terbelalak lebar melihat isi memory itu.

Jungkook jatuh terduduk di depan laptopnya... Kedua mulutnya terbuka lebar...

"Igo.. Mwoya..." gumam Jungkook dengan ekspresi sangat terkejut.

Jungkook terus termenung di atas kasurnya.

"Apa... Yang sebaiknya kulakukan... Demi kebaikan semuanya?" sahut Jungkook sambil menundukkan kepalanya.

"Aku bahkan sama sekali tidak mengerti kali ini... Apa... Yang sebaiknya kulakukan... Dalam keadaan seperti ini..." gumam Jungkook.

Jungkook terus mengacak-acak rambutnya karena bingung akan apa yang sebaiknya dilakukannya. "Yaishhhh!"

.

.

.

Dalam kamar Namjoon, ternyata Namjoon tidak bisa tertidur, sama seperti Jungkook.

"Apa semua... Benar-benar akan berjalan dengan baik pada sidang esok?" gumam Namjoon.

Namjoon memejamkan kedua bola matanya.

Dan kejadian malam itu, tiga bulan yang lalu, seolah terputar kembali di benaknya.

"Arghhhhh!" gerutu Namjoon sambil membanting lampu tidur yang ada di meja disamping kasurnya itu.

"Mengapa... Aku bisa seceroboh itu malam itu? Argggghhhh!" gerutu Namjoon sambil menjambaki rambutnya sendiri karena depresi.

"Pabo, Kim Namjoon! Yaishhhhh!" Namjoon terus memukuli kepalanya sendiri. "Mengapa aku bisa mabuk dan melakukan hal itu?"

Dan tiba-tiba saja nama Kim Taehyung melintas di benaknya.

"Kim Taehyung! Semua karena dia! Karena kebrengsekannya melakukan tindakan kriminal dan berlindung di balik hyeongnya itu! Ini semua karena Taehyung! Majjayo, ini semua bukan kesalahanku! Ini semua karena Taehyung!" gumam Namjoon sambil berusaha menenangkan emosinya.

"Kim Taehyung... Ia berhak mendekam di penjara seumur hidupnya!" sahut Namjoon dengan senyuman sinis di wajahnya.

"Aku tak sabar menunggu sidang esok.. Ketika Kim Taehyung... Dinyatakan akan mendapat hukuman seumur hidup mendekam dalam penjara..." sahutnya lagi dengan senyuman mengerikan di wajahnya.

"Atau mungkin... Ia akan diberikan hukuman mati..." Seringai di wajah Namjoon semakin terlihat menyeramkan.

.

.

.

Bukan hanya Namjoon dan Jungkook.

Hoseok pun malam itu sama sekali tidak bisa tertidur hingga pagi hari.

Semua kejadian malam itu terlintas masih segar dalam benaknya.

Air matanya kembali menetes cukup deras.

"Hyeong... Mengapa kau... Berbuat setega itu kepadaku? Mengapa kau.. Setega itu.. Melukai perasaanku?" gumam Hoseok sambil terus menundukkan kepalanya.

"Jika saja kau... Jujur sejak awal kepadaku... Mungkin keadaannya... Tidak akan berakhir setragis ini... Hyeong..." Air mata terus menetes membasahi wajah tampan Hoseok itu.

"Hyeong... Hyeong..." sahut Hoseok dalam isak tangisnya sambil terus memegang dadanya yang terasa sangat sesak itu.

"Bogoshipo, hyeong..." gumam Hoseok dalam isak tangisnya.

"Jeongmal... Mianhae... Jin hyeong..."

BUK!

Suara pukulan yang sangat keras itu kembali terdengar di telinga Hoseok, dengan sangat jelas.

"Arrrggghhhhhhhhhhhhhhh!"

Teriakan Jin yang penuh dengan rasa kesakitan itu kembali terngiang di telinga Hoseok.

Membuat dada Hoseok semakin terasa sesak.

"Hyeong... Mianhae, jeongmal mianhae, hyeong... Mianhae..." Tangisnya semakin meledak.

Ingatan Hoseok akan tubuh Jin yang tergeletak bersimbah darah di hadapannya itu membuat tangis Hoseok semakin menjadi-jadi.

"Jin hyeong... Seandainya waktu.. Bisa kuputar kembali... Hyeong..." Hoseok jatuh tersungkur di lantai kamarnya. "Mianhae, hyeong... Mianhae..."

Air matanya menetes deras membasahi lantai disekitarnya.

.

.

.

Dan Jimin pun juga tidak tertidur malam itu!

Jimin sejak kembali dari Seoul Public Prison, terus berpikir keras di atas meja belajar yang ada dalam kamarnya.

Mencerna ulang semua cerita Taehyung akan ingatan Taehyung yang sedikit mulai kembali itu.

"Jung Hoseok... Mengapa ia... Juga berada disana? Apa.. Yang sebenarnya terjadi malam itu di Bangtan Estate?" Jimin terus berusaha memutar otaknya.

Kertas dihadapan Jimin sudah sangat dipenuhi oleh coretan-coretan tangannya.

"Jika memang tidak ada hubungan apapun... Mengapa ia.. Tidak mengatakan kepada siapapun bahwa ia juga ada disana?" gumam Jimin lagi sambil mencoret-coret kertas dihadapannya itu.

"Apa benar kecurigaanku? Bahwa ia terlibat dalam kasus pembunuhan ini?" gumam Jimin lagi.

Jimin memejamkan kedua matanya, berusaha menjernihkan pikirannya dan mencerna dengan seksama semua cerita Taehyung semalam.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 04.25 AM, namun Jimin masih juga belum tertidur.

"Besok persidangan akan digelar... Waktuku dan Taehyung sudah tidak banyak! Hoahhmmmm..." gumam Jimin sambil menguap. Rasa kantuk mulai menjalarinya.. "Aku berharap... Taehyung kembali mengingat apa yang terjadi malam itu... Agar semua berjalan dengan baik esok hari..."

Dan sekitar pukul 04.52 AM, Jimin tertidur lelap di atas meja belajar dalam kamarnya itu.

.

.

.

Yoongi sarapan seorang diri pagi itu karena Taehyung masih terbaring di klinik dan belum sadarkan diri.

"Kim Taehyung... Ada apa denganmu sebenarnya? Kau.. Membuatku merasa sangat cemas..." gumam Yoongi sambil memakan sarapannya itu.

"Hoahhhhmmmm..." Yoongi menguap lebar. Ia sama sekali tidak bisa tertidur setelah Taehyung dibawa ke klinik.

Yoongi begitu mencemaskan kondisi Taehyung hingga ia sama sekali tidak bisa tertidur.

"Mengapa ia terlihat begitu kesakitan?" gumam Yoongi lagi.

"Apa ingatannya... Mulai kembali lagi?" gumam Yoongi sambil memiringkan kepalanya.

Seo Kangjoon melintas di samping Yoongi.

"Apa Taehyung masih belum juga sadarkan diri?" tanya Yoongi kepada Kangjoon.

Kangjoon menatap Yoongi sekilas, lalu menganggukan kepalanya. "Sepertinya iya..."

"Aigoo..." gumam Yoongi sambil menghela nafas karena kecewa.

"Kim Taehyung, cepatlah sadar... Ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu..." gumam Yoongi lagi.

.

.

.

SEPTEMBER 2016 (Satu Hari Sebelum Pembunuhan Jin Terjadi)

Jin, Namjoon, dan Hoseok memutuskan berkumpul di lantai tiga rumah Jin, agar teriakan Namjoon yang tengah mabuk itu tidak terdengar sampai ke ruamh tetangga mereka.

"Kim Taehyung brengsek! Kim Taehyung sialan!" Namjoon terus memaki Taehyung dalam keadaan mabuk.

Namjoon memang baru saja mendapat teguran dari atasannya karena akhir-akhir itu banyak kasus yang tidak terselesaikan. Dan itu karena Jin selalu berusaha membela Taehyung dan menutup-nutupi semua tindakan kriminal yang Taehyung lakukan.

Mata Namjoon terlihat agak merah. Kesadarannya benar-benar hilang karena mabuk.

Namjoon menatap dengan sangat tajam ke arah Jin.

"Ini semua karena kau, hyeong! Karena kau selalu menutup-nutupi semua kejahatan yang Taehyung lakukan! Karena kau dan Taehyung! Karirnya terancam berantakan! Yaishhhh!" Namjoon menerjang Jin hingga tubuh Jin terjatuh ke lantai.

Namjoon mencengkram kerah baju tidur yang dikenakan Jin, sementara tubuh Namjoon duduk di atas tubuh Jin yang terbaring di lantai.

"Ini semua... Karena kau dan Taehyung!" bentak Namjoon dengan tatapan penuh amarah. "Sudah seharusnya kalian... Kuberikan pelajaran setimpal!"

"Lepaskan, Namjoon ah.. Kau sedang mabuk! Hentikan ini semua..." sahut Hoseok, berusaha mengingatkan Namjoon agar menghentikan tindakan bodohnya itu.

Namjoon melepaskan cengkramannya dan berdiri.

Hoseok membantu Jin berdiri.

Dan tepat ketika Hoseok membantu Jin berdiri, Hoseok melihat, di leher Jin terdapat sebuah kalung emas putih berbentuk hati, dan ada foto di tengah hati itu.

Foto Jin tengah saling bertatapan mesra dengan seorang wanita.

"Hyeong... Itu..." Hoseok menunjuk ke arah leher Jin.

Jin baru menyadari bahwa kalung itu terlihat oleh Hoseok.

Jin menatap Hoseok. "Mian, Hoseok ah..."

"Mengapa kau... Meminta maaf padaku?" Hoseok menatap Jin dengan sangat terkejut.

"Aku.. Sebenarnya sudah bertunangan dengan Lee Jieun..." sahut Jin.

"Mwo... Mwoya..." Kedua bola mata Hoseok membulat sempurna.

Hoseok ingat betul siapa itu Lee Jieun. Cinta pertama Hoseok.

Jin, Hoseok, dan Jieun bersahabat dekat dan selalu berkumpul bersama. Namun, ketika Hoseok menyatakan perasaannya pada Jieun dan Jieun menolaknya, Jieun pelan - pelan menjaga jarak dan tidak lagi pernah mau diajak berkumpul bertiga dengan Jin dan Hoseok.

"Mengapa kau... Merahasiakannya dariku, hyeong?" tanya Hoseok.

"Aku mana bisa menceritakan hal ini padamu, Hoseok ah?" sahut Jin dengan tatapan penuh rasa bersalah.

"Mwoya? Jin hyeong ternyata bertunangan dengan cinta pertamamu itu, Hoseok ah? Hahaha! Habis sudah harapanmu, Hoseok ah!" sahut Namjoon, yang masih sangat mabuk itu, memperkeruh suasana.

"Aku dan Jieun beberapa kali makan malam bersama ketika kau sedang tidak bisa berkumpul bersama kami, dan aku pelan - pelan mulai jatuh hati juga kepadanya... Namun aku tahu kau sangat menyukainya jadi aku memilih untuk melupakan perasaanku padanya... Sampai akhirnya ia tiba - tiba menyatakan cintanya padaku... Aku... Tidak rela kalau harus menolaknya, jadi kami berkencan diam - diam selama ini.. Dan dua bulan lalu, aku melamarnya, lalu kami bertunangan.. Tapi, kami masih bingung bagaimana denganmu..." sahut Jin sambil menatap Hoseok. "Lebih tepatnya lagi, kami belum menemukan cara yang tepat untuk menceritakan ini semua padamu, Hoseok ah..."

Hoseok menatap Jin dengan tatapan penuh rasa kesal bercampur kecewa.

"Kau bilang aku ini sahabat terbaikmu... Lalu, mengapa kau merahasiakan ini semua dariku?" tanya Hoseok. Air mata mulai menggenangi kedua bola matanya.

"Hoseok ah... Karena aku dan Jieun menyayangimu sebagai sahabat terbaik kami, makanya aku dan Jieun belum siap menyakiti perasaanmu..." sahut Jin.

Tanpa berpikir panjang, Hoseok mengambil sebuah tongkat golf yang berada di dekat tembok yang terletak tak jauh dari tempat Hoseok berdiri.

"Hoseok ah... Apa.. Yang akan kau lakukan?" tanya Jin.

Hoseok berjalan mendekat ke arah Jin sambil mengangkat tongkat itu tinggi-tinggi.

Tatapan Hoseok sangat dipenuhi amarah. Ia menatap begitu tajam dan mengerikan ke arah Jin.

.

.

.

SEPTEMBER 2016 (Hari Ketika Pembunuhan Jin Terjadi)

"Apa yang akan kau lakukan? Apa... Yang akan kau lakukan dengan tongkat golf itu?" sahut Jin dengan ekspresi penuh ketakutan sambil menatap Hoseok yang terus berjalan ke arahnya.

Hoseok terus menatap tajam penuh amarah ke arah Jin sambil menggenggam erat tongkat golf di tangannya itu.

"Apa... Yang akan kau lakukan dengan tongkat golf itu?" sahut Jin lagi. Kedua bola matanya terbelalak sangat lebar. "Hoseok ah... Hoseok ah... Letakkan tongkat golf itu, Hoseok ah..."

Hoseok sudah tidak bisa mendengar ucapan Jin. Tubuhnya kini sudah seratus persen dikuasai oleh amarah dan rasa kecewa yang terlampau dalam.

Tanpa pikir panjang, Hoseok segera mengayunkan tongkat golf itu, tepat di kepala Jin.

BUK!

Suara pukulan yang cukup keras terdengar.

"Arrrggghhhhhhhhhhhhhhh!" teriakan kesakitan yang keluar dari mulut Jin kembali terdengar menggema memenuhi ruangan itu.

Jin tergeletak di lantai. Rasa nyeri yang begitu hebat menjalari kepalanya.

Darah mulai mengalir dari kepala Jin, membasahi tangan Jin yang sedang memegang erat kepalanya itu.

"Arrrgggghhhhhhhhhhhhhh"

Namjoon tertawa kecil dalam keadaan mabuk. "Hahaha! Itu hukuman yang setimpal untukmu karena telah menghancurkan karirku, Kim Seokjin! Hahaha... Hajar terus, Hoseok ah! Habiskan ia! Habiskan! Hahaha~"

Taehyung, yang sedari tadi berdiam dalam kamarnya, tersentak mendengar teriakan Jin yang begitu keras.

Taehyung membuka pintu kamarnya, dan bukan main terkejutnya ia ketika melihat hyeongnya itu tergeletak kesakitan. Darah mulai membasahi lantai disekitarnya.

Sebelum sempat beranjak dari depan kamarnya untuk membantu hyeongnya itu, Hoseok kembali memukulkan tongkat golf itu lagi ke kepala Jin.

BUK! BUK!

"Arghhhhh! Hoseok ah! Sadar, Hoseok ah! Arghhhhhhhhhhhhhh..." Jin terus menjerit kesakitan.

Taehyung segera berteriak dari depan kamarnya, "Hyeoooong!"

Hoseok dan Namjoon menoleh ke arah Taehyung.

"Kim Taehyuuuuuung!" Jin menatap Taehyung dengan tatapan penuh ketakutan.

Jin seolah meminta tolong kepada Taehyung, dan di sisi lain Jin juga berusaha menyuruh Taehyung segera pergi menjauh sebelum Taehyung menjadi korban selanjutnya.

"Hyeong... Jin hyeong!" Taehyung berjalan mendekat ke arah ketiga pria itu.

"Kim Taehyuuuuuung! Pergi... Cepat... Kabur... Dari... Arghhhh... Sini... Arghhhh..." sahut Jin.

Hoseok kembali memukul kepala Jin dengan tongkat golf itu.

BUK!

"Arrggghhhhh..." Jin semakin merasakan kesakitan yang begitu luar biasa menjalari kepalanya.

"Diam kau, brengsek! Kau masih punya tenaga untuk berbicara rupanya?" gerutu Hoseok.

Taehyung segera berlari dan menubruk tubuh Hoseok hingga keduanya terjatuh di atas lantai.

"Hentikan, imma! Dasar bajingan sialan! Mengapa kau menyakiti sahabat baikmu sendiri! Kau gila!" teriak Taehyung sambil mencengkram kerah Hoseok, bersiap memukul wajah Hoseok.

Namjoon, yang melihat sebuah pisau dapur di atas piring berisi beberapa buah apel di meja yang ada disampingnya, segera mengambil pisau itu dan menusukkan pisau itu ke perut Jin yang tengah terbaring kesakitan di atas lantai.

"Inilah balasanku atas semua kebohongan yang kau katakan padaku, Kim Seokjin!" sahut Namjoon dengan penuh amarah sambil terus menusuk perut Jin dengan pisau itu.

"Arrrghhhhh! Namjoon ah! Arghhhhhhh!" Jin semakin berteriak kesakitan. Nyeri di kepalanya sudah begitu luar biasa dasyatnya, ditambah lagi kini rasa nyeri di perutnya.

Taehyung, sebelum sempat menghajar wajah Hoseok, mendengar teriakan Jin dan langsung melepaskan cengkramannya dari kerah Hoseok.

Taehyung membelalakan kedua bola matanya lebar-lebar melihat Namjoon tengah menusuk-nusuk perut Jin dengan pisau itu secara brutal.

"Dasar bajingan keparat kalian!" teriak Taehyung sambil mendorong tubuh Namjoon agar menjauh dari Jin.

Seketika itu juga kepala Namjoon terantuk lemari kecil di dekat tembok, dan rasa sakit di kepalanya membuatnya tiba-tiba tersadar seketika dari mabuknya, dan ia sendiri sangat terkejut melihat apa yang baru saja dilakukannya.

"Hyeong! Hyeong! Sadarkan dirimu, hyeong! Hyeong!" Taehyung berlutut disamping tubuh Jin yang tergeletak bersimbah darah di perut dan kepalanya itu. Air mata mulai membasahi kedua bola matanya melihat hyeongnya terluka seperti itu.

"Tae... Taehyung ah... Hhhhhhh... Kau... Tahu kan... Betapa... Hhhhh... Aku... Hhhhh... Begitu... Menyayangimu? Hhhhhh..." Dan itulah detik terakhir Jin menghembuskan nafasnya di dunia ini.

"Hyeooooooooooong!" Taehyung berteriak sambil memeluk tubuh hyeongnya itu.

Dan tiba-tiba saja!

BUK!

Sebuah pukulan keras mendarat di kepala Taehyung.

"Arghhhhhhhhhhhhhhhh!" teriak Taehyung.

BUK! BUK!

Pukulan bertubi-tubi itu menghantam kepala Taehyung hingga ia tergeletak tidak sadarkan diri. Darah mulai mengalir membasahi rambut dan telinga serta wajah Taehyung.

Namjoon dan Hoseok, yang mulai tersadar dari setan yang baru saja menguasai pikiran mereka, segera berpikir bagaimana agar mereka bisa kabur dari situasi mengerikan itu.

Karena, jika pembunuhan ini terungkap, maka karir mereka sebagai detektif dan jaksa sudah dipastikan akan hancur begitu saja!

Dan ide itu muncul di benak Namjoon. Namjoon ingat ada sepasang sarung tangan karet dalam sakunya yang biasa digunakan dalam penyelidikan. Ia segera memakai sarung tangan karet itu agar sidik jarinya tidak tertempel dimanapun.

Namjoon segera menghilangkan semua sidik jarinya dan Hoseok di tongkat golf dan pisau itu, lalu meletakkan kedua barang itu ke tangan Taehyung agar sidik jari Taehyung tertempel disana.

"Bagaimana dengan Taehyung? Haruskah ia kita bunuh juga?" tanya Hoseok dengan wajah ketakutan.

Namjoon berpikir sejenak, lalu menatap Hoseok.

"Aku punya ide bagus! Kita lemparkan ia ke bawah, dan kita buat seolah ini menjadi kasus bunuh diri Taehyung setelah Taehyung membunuh Jin hyeong!" sahut Namjoon.

Dan tiba-tiba saja Hoseok teringat, handphone Taehyung masih etrgeletak di pinggir kolam renang!

Maka mereka berdua segera menggotong dan melemparkan tubuh Taehyung dari lantai tiga ke halaman bawah, lalu menghilangkan semua bukti yang menunjukkan keberadaan mereka disana.

Hoseok segera mengambil ponsel Taehyung, dan ia menyadari akun twitter Taehyung tidak dilock, jadi ia segera membuat tweet-tweet yang menyatakan seolah Taehyung bunuh diri setelah membunuh Jin.

Hoseok segera mencemplungkan handphone Taehyung ke dalam kolam renang agar sidik jarinya terhapus.

Lalu, ia dan Namjoon segera bergegas meninggalkan rumah itu secepat mereka bisa.

Namjoon segera kembali ke kamar tidur yang berada di ruang kerjanya, saat itu jarum jam menunjukkan pukul 02.25 AM.

Namjoon melihat Jungkook masih asik tertidur lelap. Namjoon segera berbaring di atas kasurnya, berpura-pura tertidur sebelum Jungkook terbangun.

.

.

.

Dini hari itu, sekitar pukul 03.15 AM, keramaian terjadi di Bangtan Estate.

Telepon di ruang kerja Namjoon dan Jungkook berdering beberapa kali.

Jungkook terbangun dari tidurnya, lalu segera turun dari kasurnya dan mengangkat telepon yang terus berdering sejak beberapa menit yang lalu itu.

Setelah menjawab panggilan itu, Jungkook segera berlari ke kamar.

"Hyeong! Ada yang melaporkan kejadian pembunuhan, hyeong!" sahut Jungkook sambil membangunkan Namjoon yang tertidur di kasur bawah.

Namjoon membuka matanya dengan agak malas.

"Kejadian pembunuhan lagi?" sahut Namjoon dengan wajah masih sangat mengantuk.

"Dan kau tahu siapa korbannya?" sahut Jungkook dengan ekspresi sangat syok.

"Nugu?" sahut Namjoon sambil mengucek matanya.

"Kim Seokjin..." sahut Jungkook.

"Jaksa... Kim.. Seok.. Jin...?" sahut Namjoon sambil membelalakan kedua bola matanya.

Jungkook menganggukan kepalanya. "Majjayo..."

Seketika itu juga rasa kantuk Namjoon menghilang.

"Secepat inikah kematiannya disadari oleh orang-orang disekitarnya?" gumam batin Namjoon.

"Ayo, hyeong! Kita harus segera meluncur ke TKP!" sahut Jungkook, membuyarkan keterkejutan Namjoon.

"Kajja!" sahut Namjoon sambil berdiri dan mengambil jaket kulit hitam kesayangannya, lalu berjalan bersama Jungkook ke parkiran mobil, dan segera meluncur menuju Bangtan Estate.

.

-TBC-

AKHIRNYA SEMUA TERJAWAB SUDAH YA WKWKW XD

YANG NEBAK NAMJOON HOSEOK, CHUKKAE :*



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top