CHAPTER 13
Title: MURDER CASE IN BANGTAN ESTATE
Cast: Namjoon, Jin, Yoongi, Hoseok, Jimin, Taehyung, Jungkook
Lenght: Chapter
Rating: 15+
Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95]
CHAPTER 13
.
DESEMBER 2016
"Kim Taehyung... Apa kau ada waktu untuk bicara denganku?" tanya Hoseok.
"Kau... Benar-benar tidak tahu aturan rupanya?" sahut Hoseok dengan nada sinis sambil menatap Taehyung.
Hoseok refleks menarik handphone itu dari tangan Taehyung dan membanting handphone itu.
"Hhhhhhh! Hhhhhhhh!" Nafas Taehyung menjadi sangat cepat. Tubuhnya mulai mengeluarkan keringat dingin.
Hoseok refleks menarik bahu Taehyung dan mencengkram erat bahu Taehyung.
"Hhhhh! Hhhhh!" Taehyung membolak balikkan wajahnya ke kanan dan ke kiri. Sementara keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuhnya.
Kim Raewon segera menyadari suara-suara yang dikeluarkan Taehyung dan berlari menghampiri Taehyung yang masih terbaring belum sadarkan diri di ranjang yang ada dalam kliniknya itu.
"Hhhhh! Hhhhhhh!" Kepala Taehyung terus menoleh ke kanan dan ke kiri dengan cepat.
BUK!
Sebuah pukulan mendarat di wajah Taehyung, membuat Taehyung jatuh terduduk.
Darah mulai menetes dari sudut bibir Taehyung.
Taehyung langsung terbangun dan mengambil posisi duduk dengan nafas terengah-engah. "Hhhhhhh! Hhhhhhh!"
"Kim Taehyung! Kim Taehyung! Kau tidak apa-apa?" tanya Raewon.
"Hhhhhh! Hhhhhhh! Hhhhhh!" Taehyung berusaha mengatur nafasnya, lalu menatap Raewon.
"Aku... Hhhhhh... Ada dimana? Hhhhh..." sahut Taehyung.
"Dalam klinik.. Kau lupa? Tadi siang kau kesakitan lagi dan aku memberikanku obat penenang." sahut Raewon.
Taehyung menatap jam dinding yang ada di dalam klinik.
Pukul 06.13 PM.
"Sekarang sudah jam enam sore?" tanya Taehyung.
Raewon menganggukan kepalanya.
Taehyung mulai berhasil mengatur nafasnya kembali normal.
"Kau... Bermimpi sesuatu?" tanya Raewon sambil menatap Taehyung.
Taehyung menatap ke arah Raewon.
"Apa ingatanmu.. Mulai kembali?" tanya Raewon.
Taehyung terdiam sejenak. Kepalanya mulai kembali terasa sakit.
"Kepalaku mulai sakit lagi... Berikan aku obat penghilang rasa sakit, ssaem..." sahut Taehyung sambil memegang kepalanya.
"Kepalamu nyeri lagi?" tanya Raewon.
Taehyung menganggukan kepalanya.
.
.
.
Jimin segera berlari dari ruangan kerjanya menuju ke parkiran mobil.
Ia segera menjalankan mobilnya menuju ke Seoul Pulic Prison.
Sebuah panggilan dari Taehyung barusan segera membuatnya tanpa berpikir panjang segera pergi menuju ke sana.
"Jimin-sshi.. Sepertinya aku... Mulai mengingat sesuatu lagi... Tapi.. Entahlah.. Apa ini akan membantu persidangan nanti... Atau tidak..." sahut Taehyung tadi ketika menghubungi Jimin dari penjara.
"Apa ini yang dinamakan keajaiban? Apa ini yang Minseok hyeong sebut dengan keajaiban? Apa keajaiban... Akan benar-benar terjadi pada persidangan kali ini?" gumam Jimin sambil terus mengemudikan mobilnya menuju Seoul Public Prison.
Handphone Jimin berdering.
Jungkookie is calling.
Jimin segera menekan tombol call dan menyalakan loudspeaker agar ia bisa terus fokus mengendarai mobilnya.
"Waeyo, Jungkook ah?" tanya Jimin.
"Kau sedang apa, hyeong?" tanya Jungkook.
"Aku?" Jimin terdiam. Ia berpikir, haruskah ia mengatakan ia akan menemui Taehyung?
Entah mengapa, akhir-akhir ini Jimin merasa, sikap Jungkook agak berbeda. Sikap dan ekspresi Jungkook jadi sedikit aneh setiap mereka membahas mengenai kelanjutan penyelidikan kasus Taehyung.
"Uhmmm... Aku sedang dalam perjalanan..." sahut Jimin.
"Kemana?" tanya Jungkook.
"Suatu tempat... Ada apa kau menghubungiku?" tanya Jimin, mengalihkan perhatian Jungkook.
"Aniya... Geunyang... " sahut Jungkook.
Jimin sedikit kebingungan, ia merasa ada yang aneh dengan Jungkook akhir - akhir ini.
"Hyeong..." sahut Jungkook, agak terdengar sedikit ragu.
"Ne? Waeyo?" tanya Jimin.
"Apa kau ada waktu malam ini?" tanya Jungkook.
Jimin terdiam sejenak, lalu menjawab, "Mian, Jungkook ah... Sepertinya tidak bisa... Ada... Yang harus kukerjakan..."
"Mengenai kasus Kim Taehyung?" tanya Jungkook.
"Uhhh... Majjayo..." sahut Jimin.
Jungkook terdiam sejenak.
"Yeobeseyo? Kau masih disitu, Jeon Jungkook?" tanya Jimin.
"Uhhhh.. Ne... Uhmmm..." Suara Jungkook terdengar sedikit ragu.
"Waeyo? Ada apa sebenarnya?" Jimin semakin merasa, ada yang aneh dengan nada bicara Jungkook.
"Aniya.. Dweso..." sahut Jungkook.
Mereka berbincang sejenak, lalu Jungkook memutuskan panggilan itu.
"Ada apa dengan Jungkook?" gumam Jimin sambil terus fokus menyetir.
.
.
.
Hoseok dan Namjoon makan malam bersama malam itu.
"Dua hari lagi..." gumam Namjoon.
"Kau sudah menemuiku siang tadi... Apa yang mau kau bicarakan lagi malam ini, Namjoon ah?" tanya Hoseok.
"Aniya... Aku hanya sedang memastikan, bahwa persidangan dua hari lagi akan berjalan dengan baik.." sahut Namjoon.
"Tentu saja, imma.. Tenanglah.. Percayakan kasus ini padaku..." sahut Hoseok.
"Mengapa perasaanku akhir-akhir ini sering tidak enak ya?" tanya Namjoon.
"Karena itu, kau berkali-kali menemuiku hanya untuk memastikan sidang kematian Jin hyeong?" sahut Hoseok.
Namjoon menganggukan kepalanya. "Majjayo.."
Hoseok menatap Namjoon dengan serius. "Tenang saja, imma... Semua akan berjalan dengan baik..."
"Semoga saja..." sahut Namjoon.
"Habiskan makananmu.. Harga makanan disini sangat mahal, dan aku sudah berbaik hati mentraktirmu.. Awas kalau tidak kau habiskan..." sahut Hoseok.
"Araseo... Aigoo, kau memang selalu perhitungan terhadapku... Hehehe..." sahut Namjoon.
Namjoon dan Hoseok terdiam sambil menghabiskan makanan mereka.
Tak lama kemudian, Hoseok berkata, "Namjoon ah... Aku... Merindukan Jin hyeong..."
Namjoon menatap Hoseok.
Namjoon bisa melihat, ada genangan air mata di kedua bola mata Hoseok.
"Kau... Begitu mengaguminya kah?" tanya Namjoon.
Hoseok menganggukan pelan kepalanya. "Ia adalah sahabat terbaik sekaligus panutanku, Namjoon ah..."
"Aigoo..." sahut Namjoon sambil menatap iba ke arah Hoseok.
.
.
.
Yoongi sangat terkejut ketika Taehyung menceritakan apa yang diingatnya itu kepada Yoongi.
"Apa mimpimu itu... Bagian dari ingatanmu yang hilang?" tanya Yoongi.
Taehyung menganggukan kepalanya. "Sepertinya iya, hyeong... Ingatanku mulai kembali secara perlahan..."
Taehyung pun menceritakan akan ingatannya mengenai teriakan Jin yang diimpikannya beberapa hari yang lalu.
"Jadi... Ada orang lain di rumahmu malam itu?" tanya Yoongi.
Taehyung menganggukan kepalanya. "Tapi.. Aku sama sekali tidak mengingat siapa yang membunuh Jin hyeong..."
Yoongi menepuk pelan bahu Taehyung. "Waktumu masih ada dua hari, Taehyung ah... Berharaplah akan keajaiban.. Semoga ingatanmu kembali dengan sempurna dalam waktu dua hari ini..."
Taehyung menganggukan pelan kepalanya. "Semoga saja, hyeong..."
.
.
.
"Kim Taehyung.. Pengacaramu sudah tiba... Ayo ikut aku.." sahut Seo Kangjoon sambil membuka pintu sel tempat Taehyung dan Yoongi ditahan.
"Hwaiting, Taehyung ah..." sahut Yoongi sambil menatap Taehyung.
Taehyung menganggukan kepalanya sambil tersenyum sekilas, lalu berjalan bersama Kangjoon menuju ruang tempat Jimin sudah menunggu.
"Annyeong, Kim Taehyung-sshi.." sapa Jimin ketika Taehyung masuk ke ruangan itu.
Taehyung menyapa Jimin dengan menganggukan pelan kepalanya.
Mereka duduk berhadapan.
"Apa... Yang mulai kau ingat, Taehyung-sshi?" tanya Jimin.
Taehyung tidak langsung menjawab. Ia menatap Jimin beberapa saat lamanya.
Jimin memiringkan kepalanya. "Waeyo?"
"Aku... Agak bingung bagaimana menceritakannya padamu.." sahut Taehyung.
"Waeyo?" tanya Jimin.
"Karena... Ternyata... Ada orang lain di rumah kami malam itu... Bukan hanya aku dan Jin hyeong..." sahut Taehyung.
Kedua bola mata Jimin terbelalak. "Ada orang lain?"
Taehyung menganggukan kepalanya.
"Nugu...?" tanya Jimin.
Taehyung terdiam lagi beberapa saat lamanya, lalu akhirnya menjawab, "Jung Hoseok... Sahabat terbaik Jin hyeong..."
Jimin nyaris terbatuk mendengar ucapan Taehyung. "Jung... Hoseok?"
Taehyung menganggukan kepalanya.
"Tapi... Siapa yang membunuh Jin hyeong.. Belum dapat kupastikan.. Karena aku belum mengingat sejauh itu..." sahut Taehyung.
Taehyung mulai menceritakan tentang apa saja yang berhasil diingatnya tadi sore.
Saat itu jarum jam sudah menunjukkan pukul 08.20 PM.
"Kalian sempat berkelahi?" tanya Jimin.
Taehyung menganggukan kepalanya.
"Ia memukulmu sampai kau terjatuh?" tanya Jimin lagi.
Taehyung menganggukan kembali kepalanya.
"Setelah itu, aku terbangun dan tidak ingat apa yang terjadi selanjutnya..." sahut Taehyung.
"Ada apa sebenarnya antara kau dan Hoseok-sshi malam itu?" tanya Jimin sambil tengah berpikir keras.
"Nado molla..." sahut Taehyung sambil menghela nafas. "Aku sama sekali tidak ingat apa-apa..."
"Apa mungkin ia pelakunya?" tanya Jimin sambil menatap Taehyung.
"Kita tidak bisa menuduhnya begitu saja.. Karena setelah itu, apa yang terjadi aku sama sekali tidak ingat... Bisa jadi Hoseok pulang setelah itu, lalu aku bertengkar dengan Jin hyeong karena Jin hyeong kesal melihatku bertengkar dengan sahabat baiknya, dan karena dikuasai emosi, aku membunuh Jin hyeong..." sahut Taehyung sambil menundukkan kepalanya.
Jimin berpikir sejenak. Ucapan Taehyung ada benarnya. Semua kemungkinan bisa saja terjadi. Keberadaan Hoseok dalam ingatan Taehyung belum bisa membuat Hoseok menjadi tersangka.
Tapi, seperti ada sesuatu yang terasa janggal!
"Masalahnya... Jika memang dia ada disana, mengapa ia tidak berkata apapun? Mengapa... Tidak ada satupun ucapan atau pernyataan dari Hoseok-sshi yang mengatakan bahwa ia ada disana pada malam sebelum pembunuhan Jin-sshi terjadi?" sahut Jimin.
Tiba-tiba saja ucapan Jimin mengejutkan Taehyung.
"Benar... Jika ia sempat berada disana, mengapa ia tidak mengatakan apapun selama ini?" tanya Taehyung.
"Seolah... Ada sesuatu yang ditutup-tutupi..." sahut Jimin.
Taehyung menganggukan kepalanya. "Majjayo..."
"Aku benar-benar semakin penasaran, apa sebenarnya yang terjadi malam itu di rumahmu, Taehyung-sshi..." sahut Jimin. "Mengapa Hoseok-sshi.. Juga ada disana... Dan tidak mengatakan apapun mengenai hal itu selama penyelidikan kematian Jin-sshi berlangsung..."
Taehyung menatap Jimin.
.
.
.
Taehyung berjalan masuk ke dalam sel tahanan.
Yoongi belum tidur. Ia menunggu Taehyung kembali ke dalam sel.
"Bagaimana, Taehyung ah? Apa kata Park Jimin?" tanya Yoongi ketika Taehyung duduk di atas matrasnya.
Taehyung menatap Yoongi sejenak, lalu berkata, "Jimin-sshi... Juga berpikir.. Ada yang janggal dalam kasus pembunuhan Jin hyeong..."
"Keberadaan Hoseok-sshi disana? Itu yang membuat semuanya terdengar janggal?" tanya Yoongi.
Taehyung menganggukan kepalanya. "Menurutnya.. Jika Hoseok tidak ada hubungan apapun dengan kasus ini, mengapa keberadaannya disana malam itu ditutupi? Mengapa.. Tidak ada satupun bukti... Yang menunjukkan keberadaannya disana malam itu..."
"Lebih tepatnya, mengapa ia sama sekali tidak menceritakan pada siapapun bahwa malam itu ia juga berada disana.. Ya kan?" sahut Yoongi.
Taehyung menganggukan kepalanya. "Majjayo, hyeong..."
Yoongi terlihat tengah berpikir, lalu berkata, "Apa mungkin... Hoseok-sshi adalah... Pelaku yang membunuh hyeongmu?"
Taehyung menatap Yoongi lekat-lekat.
"Kalau memang iya... Mengapa ia.. Membunuh Jin hyeong? Bukankah mereka... Bersahabat sangat baik?" tanya Taehyung.
"Majjayo..." sahut Yoongi.
"Dan mengapa aku... Bisa terjatuh dari lantai tiga?" tanya Taehyung lagi.
"Apa mungkin Hoseok-sshi.. Mendorongmu setelah kau melihatnya membunuh hyeongmu?" tanya Yoongi.
"Apa mungkin... Jung Hoseok... Sahabat baik hyeongku... Sekeji itu?" tanya Taehyung.
.
.
.
SEPTEMBER 2016 (Satu Hari Sebelum Pembunuhan Jin Terjadi)
"Yaishhh!" Hoseok refleks menarik bahu Taehyung dan mencengkram erat bahu Taehyung.
"Lepaskan!" bentak Taehyung sambil menampis tangan Hoseok hingga tangan Hoseok terlepas dari bahu Taehyung.
Taehyung dan Hoseok saling bertatapan dengan sinis.
"Kau pikir kau siapa sampai kau berani menyentuhku, huh?" tanya Taehyung. Ekpresi wajahnya mulai terlihat menyeramkan.
"Kau... Sebaiknya kau berhenti membuat Namjoon terjebak dalam kesulitan... Asal kau tahu saja, karena hyeongmu itu selalu berusaha melndungimu, karir Namjoon terancam!" bentak Hoseok.
Bagi Hoseok, Namjoon adalah salah satu sahabat terbaiknya. Makanya, ia berusaha membantu Namjoon.
"Ini urusanku dengan detektif sialan itu... Bukan urusanmu!" bentak Taehyung.
BUK!
Sebuah pukulan mendarat di wajah Taehyung, membuat Taehyung jatuh terduduk.
Darah mulai menetes dari sudut bibirnya.
"Kau... Cari mati rupanya?" sahut Taehyung sambil menatap ke arah Hoseok.
Taehyung bangun sambil mengusap darah di sudut bibirnya.
"Apa kau sudah bosan hidup?" sahut Taehyung sambil menatap tajam ke arah Hoseok.
Hoseok menatap Taehyung dengan tatapan dingin. "Kau... Terlahir hanya untuk merepotkan hyeongmu... Dan membuat karir Namjoon di ambang kehancuran.. Kau yang seharusnya menghilang dari dunia ini, imma..."
"Kau!" Taehyung mencengkram erat kerah baju tidur yang dikenakan Hoseok.
Tatapan mereka saling beradu dengan tajam.
Dan tiba-tiba saja terdengar suara di belakang mereka.
"Hoseok ah! Taehyung ah! Geumanhae!"
Taehyung dan Hoseok menoleh ke asal suara itu.
Jin tengah berdiri disana.
"Hoseok ah! Taehyung ah! Geumanhae, jebal.." sahut Jin lagi.
Taehyung melepaskan cengkramannya. "Cih!"
"Hyeong, kau terbangun? Bagaimana kau tahu kami disini?" tanya Hoseok.
"Aku ingin buang air kecil makanya terbangun... Aku mencarimu sedang ada dimana.. Ternyata kau sedang berkelahi dengan Taehyung disini..:" sahut Jin dengan eskpresi sedikit kesal.
"Mi... Mian, hyeong.." sahut Hoseok.
"Hyeong, lebih baik kau usir saja pria sialan ini dari rumah! Cih!" gerutu Taehyung.
"Kim Taehyung... Jangan menjelek-jelekan Hoseok seenakmu!" bentak Jin.
"Cih! Kalian berdua sama saja tidak bergunanya!" gerutu Taehyung sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
"Kau!" Hoseok berusaha menghampiri Taehyung, namun Jin menahannya.
"Biarkan saja... Ia sudah biasa mengatakan apa saja sesukanya begitu.." sahut Jin.
Hoseok masih menggerutu kecil.
"Ayo kita ke ruang utama, Hoseok ah... Ada yang harus kita bicarakan..." sahut Jin.
"Uh? Uhhh... Araseo, hyeong..." sahut Hoseok.
Mereka berdua berjalan menuju ke ruang utama.
.
.
.
Taehyung segera masuk ke dalam kamarnya yang berada di lantai tiga dengan hati yang tengah dipenuhi kekesalan.
"Apa sebenarnya yang direncanakan si keparat Jung Hoseok itu?" gerutu Taehyung.
Taehyung merogoh saku di celananya, dan berusaha mencari handphonenya namun tidak ada.
"Ah, majjayo! Handphoneku jatuh di dekat kolam renang! Yaishhh! Aku malas turun kesana untuk mengambilnya.." gerutu Taehyung. "Aku malas bertatapan muka dengan si keparat Jung Hoseok!"
Taehyung segera mengambil IPOD miliknya yang ada di atas meja belajar dalam kamarnya itu dan segera memasangkan kedua earphone ke telinganya.
"Lebih baik aku mendengarkan musik saja daripada harus berurusan dengan dua pria menyebalkan seperti mereka! Cih!" gerutu Taehyung sambil berbaring di atas kasurnya.
.
.
.
Hoseok terus menggerutu bahkan ketika mereka sudah tiba di ruang utama.
Jin tiba-tiba menatap Hoseok dengan penuh tanya setibanya mereka disana.
"Hoseok ah... Ada apa... Kau menemui Taehyung?" tanya Jin sambil menatap Hoseok.
"Uh? Uhmmm... Aniya..." sahut Hoseok, salah tingkah karena Jin memergokinya menemui Taehyung.
"Tidak mungkin kau berpapasan dengannya secara tidak sengaja disini..." sahut Jin.
"Aku.. Uhmmm.. Sedang mencari udara segar makanya ke kolam renang.. Ternyata ada bajingan kecil itu disini..." sahut Hoseok, tentu saja, berbohong.
Jin menatap Hoseok.
Hoseok berusaha memasang ekspresi tidak tahu apa-apa. "Jinjja, hyeong.. Tadi kau sudah tertidur, tapi aku belum mengantuk, makanya aku berusaha mencari udara segar.. Dan tidak sengaja bertemu dengan Taehyung disana..."
"Apa benar.. Kau tidak sengaja bertemu Taehyung?" tanya Jin sambil terus menatap Hoseok.
Hoseok menganggukan kepalanya, ekspresi wajahnya masih dibuat sepolos mungkin.
"Kurasa, kau sengaja kesana.. Untuk menemui Taehyung..." sahut Jin. "Kau menungguku tertidur.. Dan setelah aku tertidur, kau segera menemui Taehyung.. Iya kan?"
"Aniya!" Hoseok masih terus berusaha berbohong.
"Aku... Memang sudah curiga... Mengapa kau tiba-tiba ingin menginap padahal selama ini kau selalu menolak setiap ku ajak menginap..." sahut Jin.
"Uh?" Hoseok masih berusaha memasang ekspresi innocent.
"Kau... Apa yang ingin kau cari tahu dari Taehyung?" tanya Jin. "Apa... Yang ingin kau tanyakan padanya?"
Sebelum Hoseok sempat menjawab, terdengar suara bel berdering.
"Uh? Siapa yang datang malam-malam begini?" gumam Jin.
Jin dan Hoseok segera berjalan menuju pintu gerbang dan mereka sangat terkejut ketika menemukan Namjoon disana, dalam keadaan mabuk parah.
"Nam... Namjoon ah..." Hoseok terkejut melihat Namjoon mendatangi rumah Jin dalam keadaan mabuk berat begitu.
"Kim Taehyung keparat! Mana Kim Taehyung si bocah keparat itu? Mana!" teriak Namjoon dalam keadaan mabuk.
Padahal Hoseok sengaja menginap disana dengan maksud diam-diam hendak membantu Namjoon mendapatkan pengakuan Taehyung. Mengapa Namjoon justru harus ikut datang kesana dan merunyamkan semuanya?
.
.
.
Jin, Namjoon, dan Hoseok memutuskan berkumpul di lantai tiga rumah Jin, agar teriakan Namjoon yang tengah mabuk itu tidak terdengar sampai ke rumah tetangga mereka.
Jin dan Hoseok berusaha sekuat tenaga membopong tubuh Namjoon yang tidak bisa berdiri tegak akibat mabuk.
"Kim Taehyung brengsek! Kim Taehyung sialan!" Namjoon terus memaki Taehyung dalam keadaan mabuk setibanya mereka di lantai tiga.
Namjoon memang baru saja mendapat teguran dari atasannya karena akhir-akhir itu banyak kasus yang tidak terselesaikan. Dan itu karena Jin selalu berusaha membela Taehyung dan menutup-nutupi semua tindakan kriminal yang Taehyung lakukan.
"Namjoon ah.. Sadarlah, Kim Namjoon..." Hoseok berusaha menenangkan Namjoon.
Mata Namjoon terlihat agak merah. Kesadarannya benar-benar hilang karena mabuk.
Namjoon menatap dengan sangat tajam ke arah Jin.
"Ini semua karena kau, hyeong! Karena kau selalu menutup-nutupi semua kejahatan yang Taehyung lakukan! Karena kau dan Taehyung! Karirku kini terancam berantakan! Yaishhhh!" Namjoon menerjang Jin hingga tubuh Jin terjatuh ke lantai.
Namjoon mencengkram kerah baju tidur yang dikenakan Jin, sementara tubuh Namjoon duduk di atas tubuh Jin yang terbaring di lantai.
"Ini semua... Karena kau dan Taehyung!" bentak Namjoon dengan tatapan penuh amarah. "Sudah seharusnya kalian... Kuberikan pelajaran setimpal!"
.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top