CHAPTER 11

Title: MURDER CASE IN BANGTAN ESTATE

Cast: Namjoon, Jin, Yoongi, Hoseok, Jimin, Taehyung, Jungkook

Lenght: Chapter

Rating: 15+

Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95]

CHAPTER 11

.

DESEMBER 2016

Jimin mengunjungi Taehyung lagi di penjara sore itu.

"Ada apa, Kim Taehyung-sshi? Mengapa kau memintaku menemuimu?" tanya Jimin ketika ia sudah berada dalam ruangan itu, hanya berdua dengan Taehyung.

Taehyung menatap Jimin beberapa saat lamanya, lalu berkata, "Aku... Sepertinya mulai mengingat sesuatu yang lain..."

Jimin melebarkan kedua matanya yang kecil itu. "Maksudmu? Ingatanmu mulai kembali?"

Taehyung mengerutkan keningnya. "Tidak sepenuhnya kembali... Justru menurutku, hanya sangat sedikit yang kuingat..."

"Apapun itu, sekecil apapun ingatanmu yang kembali, akan menjadi petunjuk dalam kasusmu ini... Ceritakan padaku apa yang kau ingat, Taehyung-sshi..." sahut Jimin.

"Aku... Semalam adegan ini melintas begitu saja dalam benakku ketika aku tertidur dalam klinik..." sahut Taehyung.

Jimin memperhatikan Taehyung dengan seksama, bersiap mendengarkan cerita Taehyung.

"Jin hyeong... Terduduk di lantai lantai tiga rumah kami... Di ruang tengah lantai tiga tepatnya, karena aku melihat ada televisi dan home theater di belakang Jin hyeong.. Wajahnya terlihat sangat ketakutan... Ia terus bertanya, apa yang akan kau lakukan dengan tongkat golf itu... Ekspresi wajahnya begitu ketakutan... Dan tak lama kemudian tongkat golf itu mengenai kepala Jin hyeong.. Jin hyeong berteriak dan darah mulai mengalir dari kepalanya membasahi wajah dan pakaiannya..." sahut Taehyung.

"Jinjja? Hal itu melintas dalam benakmu?" tanya Jimin dengan penuh keterkejutan.

Taehyung menganggukan kepalanya.

"Lalu... Siapa... Yang memukul Jin-sshi dengan tongkat golf itu?" tanya Jimin. "Apa kau mengingatnya?"

Taehyung menggelengkan kepalanya. "Aku sama sekali tidak mengingat siapa yang memukul Jin hyeong..."

Jimin mulai berpikir.

"Bisa jadi... Aku yang memukul Jin hyeong..." sahut Taehyung sambil menundukkan kepalanya.

Jimin menatap Taehyung.

"Mengapa kau berkata begitu?" tanya Jimin.

"Entahlah... Aku hanya... Benar-benar tidak mengerti... Apa yang sebenarnya terjadi malam itu... Mengapa Jin hyeong terbunuh dengan mengenaskan... Mengapa aku lompat dari lantai tiga... Mengapa aku tak ingat apapun... Siapa yang membunuh Jin hyeong sebenarnya? Apa benar.. Aku pelakunya..." sahut Taehyung dengan nada lirih.

Jimin menatap Taehyung. Jimin bisa melihat dengan sangat jelas, betapa depresinya Taehyung saat itu.

"Coba perlahan kau ingat-ingat lagi.. Siapa yang membunuh Jin-sshi... Apa kau yakin... Kau yang membunuhnya? Atau.. Ada orang lain disana ketika kejadian itu terjadi?" tanya Jimin.

Taehyung menatap Jimin. "Aku akan berusaha mengingatnya..."

"Kau bisa langsung hubungi aku jika kau mengingat hal lainnya..." sahut Jimin.

Taehyung menganggukan kepalanya.

"Waktu kita tidak banyak, Taehyung-sshi... Tinggal empat hari lagi..." sahut Jimin.

"Araseo..." sahut Taehyung.

.

.

.

Jungkook terus merenung sambil duduk di meja kerjanya.

Namjoon berkali-kali memanggil namanya namun Jungkook tidak merespon.

Namjoon berjalan menuju tempat Jungkook terduduk.

BUK!

"Yaishhh, imma! Kupingmu sudah tidak berfungsi lagi?" tanya Namjoon sambil memukul kepala Jungkook dengan beberapa kertas berkas kasus di tangannya.

"Ouchh!" gerutu Jungkook sambil menatap Namjoon dan memegang kepalanya yang dipukul Namjoon barusan.

"Apa yang kau pikirkan? Daritadi aku terus memanggilmu namun kau tak menyahut juga..." sahut Namjoon.

"Uh? Mian, hyeong..." sahut Jungkook dengan ekspresi polos di wajahnya. "Geunyang.. Ada sesuatu yang mengganggu pikiranku sejak kemarin..."

"Kau bantu aku urus kasus ini, aku ada keperluan sebentar.. Dua jam lagi aku kembali.. Aku pergi dulu ya!" sahut Namjoon sambil meletakkan beberapa berkas di atas meja Jungkook.

"Uh? Ahhh.. Ne... Araseo, hyeong.. Kau mau kemana?" tanya Jungkook.

"Ke tempat temanku.." sahut Namjoon sambil berjalan keluar dari ruang kerja mereka itu.

"Hati-hati, hyeong..." sahut Jungkook.

Namjoon mengangkat tangan kanannya, menandakan ia mengiyakan ucapan Jungkook, sambil terus berjalan tanpa menoleh ke arah Jungkook.

Jungkook terus memperhatikan sosok Namjoon yang mulai menghilang dari hadapannya itu.

Beberapa saat lamanya Jungkook menatap ke arah Namjoon itu, lalu memejamkan kedua bola matanya sambil memijat pelan keningnya.

"Apa yang harus kulakukan?" gumam Jungkook.

.

.

.

"Waktu kita tidak banyak, Taehyung-sshi... Tinggal empat hari lagi..."

Ucapan Jimin terus terngiang di benak Taehyung.

"Tinggal empat hari lagi..." gumam Taehyung.

"Waeyo, Taehyung ah?" tanya Yoongi, yang sudah sedari tadi diam-diam memperhatikan Taehyung yang tengah merenung dalam sel itu.

Taehyung mengangkat kepalanya, menatap Yoongi. "Gwenchana, hyeong..."

"Himnae, Kim Taehyung! Sidangmu akan digelar.. Empat hari lagi kan?" tanya Yoongi.

Taehyung menganggukan kepalanya.

"Apa kau bisa menang? Kau bahkan masing kehilangan ingatanmu..." sahut Yoongi.

"Molla, hyeong..." sahut Taehyung dengan nada lemah.

Yoongi mendekati Taehyung, lalu kedua tangan Yoongi menggenggam kedua tangan Taehyung. Tatapan Yoongi terkunci ke kedua bola mata Taehyung.

"Aku berharap... Di persidangan nanti, semua berjalan dengan sebaik mungkin, Kim Taehyung.. Jangan sampai... Kau menjadi tahanan tak bersalah sepertiku..." sahut Yoongi.

"Uh?" Taehyung menatap Yoongi.

"Entah mengapa, aku merasa sangat yakin.. Bukan kau yang membunuh hyeongmu itu..." sahut Yoongi.

Taehyung dan Yoongi saling bertatapan.

"Aku benar - benar tidak mau, kejadian tidak adil yang menimpaku ini.... Menimpamu juga..." sahut Yoongi.


.

.

.

"Apa yang Taehyung katakan padamu, hyeong?" tanya Jungkook.

Malam itu, Jungkook menyempatkan dirinya menjemput Jimin di kantornya untuk makan malam bersama.

Jimin menatap Jungkook. "Mengapa kau begitu terlihat penasaran? Tidak biasanya kau ikut campur sejauh ini dalam kasus yang kutangani..."

Jungkook terdiam beberapa saat.

Jimin mengerutkan keningnya sambil menatap Jungkook.

"Aniya... Geunyang..." sahut Jungkook.

"Waeyo?" tanya Jimin.

"Aku... Mencemaskan karirmu, hyeong... Kau maju menjadi jaksa pembela Kim Taehyung saja sudah banyak yang menghujatmu, apalagi kalau kau benar-benar kalah telak dalam persidangan nanti..." sahut Jungkook.

Jimin memiringkan kepalanya. Tidak biasanya Jungkook bersikap sedikit berlebihan seperti ini.

"Jeon Jungkook.. Ada apa denganmu?" tanya Jimin.

"Jinjja, hyeong... Aku benar-benar mencemaskanmu kali ini..." sahut Jungkook.

Jimin terus menatap Jungkook dengan penuh tanda tanya.

"Jinjja, hyeong..." sahut Jungkook dengan wajah memelas, berusaha meyakinkan Jimin.

Setelah suasana menjadi hening beberapa saat lamanya, Jimin menatap Jungkook.


"Bagaimana kasus yang tengah kau tangani akhir - akhir ini, Jungkook ah?" tanya Jimin.

"Seperti biasa, hyeong... Melelahkan..." sahut Jungkook sambil mengunyah makanan dalam mulutnya.

.

.

.

Tiga hari lagi sidang Taehyung mengenai kasus pembunuhan Jin akan digelar, namun ingatan Taehyung tetap belum mengalami kemajuan.

Jimin juga sudah berusaha sekuat tenaga untuk mencari dan meneliti semua dokumen mengenai kasus pembunuhan itu, namun Jimin belum juga menemukan titik cerah. Semua bukti benar-benar mengarah kepada Taehyung!

"Apa lagi cara yang bisa kulakukan?" gumam Jimin di meja kerjanya. Seperti hari-hari kemarin, wajahnya dan rambutnya terlihat sangat kusut pagi itu.

"Ini masih jam sepuluh, namun kau sudah terlihat sekusut itu.. Kau baik-baik saja, Jimin ah?" tanya Hyungsik.

Jimin menganggukan kepalanya pelan sambil menggaruk kepalanya.

"Aigoo... Lagipula, siapa suruh kau mengambil kasus itu?" sahut Jinyoung.

"Kudengar atasan kita langsung yang memohon Jimin menangani kasus ini..." bisik Hyungsik kepada Jinyoung.

"Ah.. Majjayo..." bisik Jinyoung.

Tak lama kemudian, Minseok masuk ke dalam ruangan.

"Jimin ah... Kau disuruh menghadap ke ruangannya..." sahut Minseok.

"Ne, hyeong..." sahut Jimin dengan nada lemah.

Jimin segera berjalan menuju ruangan atasannya yang bernama Lee Dongwook.

TOK! TOK!

Jimin mengetuk pintu ruang kerja Dongwook.

"Masuk..." sahut Dongwook.

Jimin berjalan masuk ke dalam ruangan itu.

"Silakan duduk..." sahut Dongwook, mempersilakan Jimin duduk di kursi yang ada dihadapan kursi yang diduduki Dongwook.

"Ada apa, Sir?" tanya Jimin.

"Kau.. Bagaimana kemajuan yang kau peroleh mengenai kasus Kim Taehyung?" tanya Dongwook.

Jimin menundukkan kepalanya.

"Aku bisa melihat dari wajahmu yang lemas itu... Kau sudah berusaha sebisa mungkin, namun hasilnya sama saja?" tanya Dongwook.

Jimin menganggukan pelan kepalanya.

"Himnae, Park Jimin!" sahut Dongwook.

"Tinggal tiga hari lagi, Sir..." sahut Jimin.

"Taehyung... Ingatannya belum kembali?" tanya Dongwook.

Jimin menatap Dongwook. "Sedikit... Hanya sedikit..."

"Dan tetap saja pelakunya belum dapat dipastikan?" tanya Dongwook.

Jimin menganggukan kepalanya.

Dongwook menghela nafas. "Entah mengapa, feelingku merasa bukan Taehyung pelakunya... Namun, hanya ingatan Taehyung lah satu-satunya bukti mengenai siapa pelaku sebenarnya... Dan ia kehilangan ingatannya yang sangat berharga itu..."

"Majjayo..." sahut Jimin.

"Kau juga... Mulai yakin bukan Taehyung pelakunya?" tanya Dongwook sambil menatap Jimin.

Jimin menatap Dongwook sejenak, lalu berkata, "Entah mengapa, aku juga merasa.. Feelingku kali ini tidak salah.. Bahwa Taehyung, bukan pelakunya..."

"Karena itu... Katakan pada dirimu, bukan tinggal tiga hari lagi waktu yang tersisa, tapi masih ada tiga hari lagi waktu yang kau miliki untuk mencari bukti-bukti lainnya..." sahut Dongwook.

Jimin tercengang mendengar ucapan Dongwook.

"Majjayo... Bukan tinggal tiga hari, tapi masih ada tiga hari lagi..." sahut Jimin. Dirinya kembali termotivasi oleh ucapan atasannya yang sangat bijaksana itu.

Dongwook menganggukan kepalanya sambil tersenyum.

"Kalau begitu, silakan lanjutkan pekerjaanmu, Park Jimin.. Semoga sukses..." sahut Dongwook.

Jimin kembali menuju ruangannya, dan semangatnya yang nyaris hilang itu kembali muncul ke permukaan.

.

.

.

SEPTEMBER 2016 (Satu Hari Sebelum Pembunuhan Jin Terjadi)

"Besok kau ada sidang lagi, hyeong?" tanya Hoseok setelah ia dan Jin selesai makan siang bersama.

"Majjayo.. Jam sembilan pagi..." sahut Jin.

"Kudengar pengacaranya Park Jimin..." sahut Hoseok.

Jin menganggukan kepalanya.

"Kau pasti menang.. Sudah berapa kali kau membuatnya kalah telak di persidangan... Hahaha..." sahut Hoseok.

Jin terdiam sejenak.

"Waeyo, hyeong?" tanya Hoseok.

"Sebenarnya.. Park Jimin adalah orang yang baik..." sahut Jin. "Ia juga cerdas... Sayangnya, ia terlalu mempercayai kliennya... Makanya aku selalu menang.. Karena selama ini, semua yang dibelanya di pengadilan memiliki terlalu banyak bukti yang mengarah padanya..."

"Harusnya ia menolak klien-klien yang memang terbukti jelas-jelas bersalah? Itu maksudmu, hyeong?" sahut Hoseok.

Jin menganggukan kepalanya. "Semua klien yang diterimanya selama ini adalah orang-orang yang beresiko tinggi sebagai pelaku sesungguhnya.. Makanya ia selalu kalah telak..."

Hoseok menatap Jin. "Aigoo~"

Mereka pun segera berjalan masuk ke dalam ruang kerja mereka.

.

.

.

"Hyeong... Ayo makan siang, kepalaku pusing sekali... Aku kelaparan sepertinya.." sahut Hoseok.

"Aigoo... Kau pasti tidak sarapan lagi?" tanya Jin.

Hoseok menganggukan kepalanya. "Aku bangun kesiangan... Makanya terburu-buru berangkat dan tidak sempat makan tadi pagi..."

Jin menatap Hoseok. "Makanya, cepat-cepat menikah.. Supaya ada yang memasakkan makanan untukmu setiap pagi..."

Hoseok memajukan bibirnya sedikit, lalu berkata, "Hufttt~ Pekerjaan kita saja sesibuk ini, mana ada waktu untuk mencari calon istri?"


"Benar juga.... Kalau begitu, ayo kita ke kantin, Jung Hoseok~" sahut Jin sambil bangun dari mejanya. "Waktunya mengisi tenaga!"

Hoseok masih terdiam di kursinya.

Jin menatap Hoseok. "Ayo~ Katamu tadi kau lapar..."

"Ne..." sahut Hoseok sambil berjalan dengan malas-malasan ke tempat Jin berdiri.

Jin dan Hoseok berjalan berdua menuju kantin.

"Hoseok ah.. Sore nanti sepulang bekerja nanti, bagaimana kalau kita bermain golf lagi? Sudah cukup lama kita tidak main golf berdua~" sahut Jin sambil merangkul bahu Hoseok.

"Ide bagus, hyeong..." tanya Hoseok sambil menatap Jin. "Bermain golf lumayan ampuh untuk melepaskan stres akibat pekerjaan kita!"

Jin tersenyum. "Aku juga butuh melepaskan stresku karena Kim Taehyung..."

"Araseo... Ayo kita bermain golf sore ini, hyeong..." sahut Hoseok sambil merangkul pundak Jin.

.

-TBC-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top