CHAPTER 10
Title: MURDER CASE IN BANGTAN ESTATE
Cast: Namjoon, Jin, Yoongi, Hoseok, Jimin, Taehyung, Jungkook
Lenght: Chapter
Rating: 15+
Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95]
CHAPTER 10
.
DESEMBER 2016
Jimin mengunjungi Taehyung di penjara malam itu.
"Kim Taehyung-sshi.. Lima hari lagi, persidanganmu akan digelar... Apa kau.. Belum mengingat apapun?" tanya Jimin.
Taehyung menatap Jimin sambil menggelengkan kepalanya.
"Huftttt..." gumam Jimin.
"Dari semua dokumen yang kau pelajari... Semua bukti benar-benar mengarah kepadaku kah?" tanya Taehyung sambil terus menatap Jimin.
Jimin menganggukan pelan kepalanya. "Majjayo..."
"Apa memang benar... Aku yang membunuh Jin hyeong?" tanya Taehyung dengan ekspresi merasa bersalah.
Jimin menatap Taehyung, sementara Taehyung menundukkan kepalanya dengan lemas.
"Apa sedikitpun... Tak ada yang kau ingat?" tanya Jimin.
Taehyung kembali menatap Jimin.
"Kudengar, sudah tiga kali kau mengeluh kesakitan di kepalamu... Tak adakah... Ingatan yang melintas ketika kau kesakitan?" tanya Jimin lagi.
Taehyung sedikit ragu, haruskah ia menceritakan apa yang akhir-akhir ini sering terlintas di benaknya.
"Apapun itu, ceritakan padaku... Aku ini pengacaramu.. Aku akan berusaha sekuat mungkin membelamu.. Jadi kumohon, ceritakan padaku apapun yang kau ketahui... Kim Taehyung..." sahut Jimin, berusaha meyakinkan Taehyung.
Setelah berpikir beberapa saat lamanya, akhirnya Taehyung menceritakan mengenai sosok Jin yang sedikit diingatnya akhir-akhir ini, sosok tubuh Jin yang penuh darah dan meneriakan namanya.
"Ia... Meneriakkan namamu?" tanya Jimin.
Taehyung menganggukan kepalanya. "Karena itu.. Aku berpikir... Apa benar aku pelakunya? Apa ia berteriak setelah aku... Memukul kepalanya?"
Jimin menatap Taehyung beberapa saat lamanya, lalu tiba-tiba tangan Jimin menggenggam tangan Taehyung.
"Ini bisa menjadi sebuah clue lain, Kim Taehyung-sshi! Bisa saja... Ia berteriak... Memperingatkanmu... Bahwa ada orang lain disana... Yang menyakitinya dan berencana melukaimu juga!" sahut Jimin.
Saat itu juga, tiba-tiba rasa nyeri itu kembali menjalari kepala Taehyung.
"Aaaaarrggghhhhh!" Taehyung kembali berteriak kesakitan sambil memegang kepalanya.
"Kim Taehyung-sshi! Kim Taehyung-sshi! Kau kenapa?" sahut Jimin dengan sangat panik.
"Argggghhhh!" teriak Taehyung. Wajahnya semakin memerah karena kesakitan. Tubuhnya mulai mengeluarkan keringat dingin.
"Siapapun yang di depan! Tolong! Kim Taehyung kembali merasa kesakitan!" teriak Jimin.
Seo Kangjoon segera berlari masuk ke dalam ruangan itu dan segera membawa Taehyung ke klinik Kim Raewon yang ada di dalam penjara.
"Arrrggghhhhh!" Taehyung terus berteriak kesakitan.
Raewon segera menyuntikkan obat pereda rasa sakit, yang sekaligus mengandung obat penenang.
Tak lama kemudian Taehyung mulai tertidur.
Jimin masih syok, terkejut melihat betapa kesakitannya Taehyung barusan.
"Apa ia... Selalu berteriak kesakitan begini ketika sakit di kepalanya menyerangnya?" tanya Jimin kepada Raewon.
"Majjayo..." Raewon menganggukan kepalanya. "Ngomong-ngomong, kau siapa?"
"Ah... Park Jimin imnida.. Aku pengacara yang akan membela Kim Taehyung di persidangan lima hari lagi.." sahut Jimin.
"Aaaaahhh... Jadi kau adalah superhero yang tiba-tiba saja bersedia menjadi pengacara Taehyung setelah semua pengacara menolak menjadi pengacaranya?" sahut Raewon sambil tersenyum.
Jimin jadi malu mendengar pujian Raewon.
Tak lama kemudian, Jimin pamit dan kembali ke rumahnya, sementara Taehyung masih tertidur dalam klinik itu.
.
.
.
"Apa yang akan kau lakukan? Apa... Yang akan kau lakukan dengan tongkat golf itu?" sahut Jin dengan ekspresi penuh ketakutan.
"Apa... Yang akan kau lakukan dengan tongkat golf itu?" sahut Jin lagi. Kedua bola matanya terbelalak sangat lebar.
BUK!
Suara pukulan yang cukup keras terdengar.
"Arrrggghhhhhhhhhhhhhhh!" teriakan kesakitan yang keluar dari mulut Jin kembali terdengar menggema memenuhi ruangan itu.
"Hhhhhh! Hhhhhhh!" Taehyung segera terbangun dan langsung mengambil posisi duduk di atas kasur klinik itu.
Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.
Saat itu, Kim Raewon sedang tidak di dalam klinik.
Taehyung hanya seorang diri disana.
"Hhhhhh... Hhhhhh..." Taehyung terus berusaha mengatur nafasnya.
"Apa... Yang barusan kuimpikan? Apa yang baru saja melintas dalam mimpiku?" gumam Taehyung sambil menghapus keringat di wajahnya.
Taehyung berusaha memejamkan matanya, siapa tahu ada hal lain yang kembali melintas dalam ingatannya.
Namun sia-sia.
Hanya adegan ketika Jin berkata dengan ekspresi ketakutan yang melintas dalam mimpinya barusan saja yang berhasil diingatnya.
"Jin hyeong... Mengatakan hal itu... Kepada siapa?" gumam Taehyung.
"Kepada sang pelaku pastinya... Lalu.. Apa benar ada orang lain disana malam itu? Atau ia... Mengatakan hal itu... Kepadaku?" gumam Taehyung lagi.
"Apa aku.. Yang memegang tongkat golf itu.. Dan memukul kepalanya hingga kepalanya dibanjiri darah?"
Berbagai pertanyaan terus melintas dalam benak Taehyung, namun tetap saja tak ada hal lain yang berhasil diingatnya lagi.
Tak lama kemudian Raewon kembali ke dalam klinik.
Jarum jam menunjukkan pukul 02.40 AM.
"Uh? Kau sudah sadarkan diri? Secepat ini?" Raewon terkejut ketika mendapati Taehyung sudah terduduk di atas kasur itu. Padahal, biasanya Taehyung akan tertidur cukup lama.
Taehyung menatap Raewon.
"Kau berkeringat! Apa kau baik-baik saja?" Raewon segera menghampiri Taehyung dan memegang keningnya untuk mengukur suhu tubuh Taehyung.
"Gwenchana, ssaem..." sahut Taehyung.
"Tubuhmu tidak demam... Ini keringat dingin... Kau benar tidak apa-apa?" tanya Raewon lagi.
Taehyung menganggukan kepalanya. "Gwenchana..."
"Araseo.. Kalau begitu, tidurlah sementara disini hingga waktu sarapan pagi tiba nanti..." sahut Raewon.
Taehyung menganggukan pelan kepalanya, lalu kembali berbaring di atas kasur itu.
.
.
.
"Hyeong... Akhir-akhir ini tidak ada kasus yang tidak bisa kita selesaikan! Apa karena Taehyung sudah berada di penjara... Dan Jin hyeong sudah tidak ada lagi di dunia ini?" tanya Jungkook setelah ia dan Namjoon menyelesaikan sebuah kasus pagi itu, setelah mereka terjaga semalaman untuk membekuk pelaku pencurian yang sudah mereka intai selama seminggu lebih.
Namjoon menatap Jungkook. "Benar ucapanmu... Selama ini, banyak kasus yang tidak bisa kita selesaikan dengan baik, ketika Kim Taehyung yang menjadi tersangka dalam penyelidikan kita.. Dan Jin hyeong selalu berusaha melindunginya.."
"Berarti... Selama ini... Semuanya benar? Bahwa benar Taehyung adalah pelaku dari semua kasus yang gagal kita selesaikan selama ini?" tanya Jungkook.
"Sembilan puluh persen, iya..." sahut Namjoon.
Jungkook tiba-tiba terdiam sambil menatap layar handphonenya.
"Park Jimin..." gumam Jungkook.
"Mengapa ekspresimu seperti itu, imma?" tanya Namjoon.
"Aku mencemaskan Jimin hyeong... Bagaimana ia akan berdiri di persidangan empat hari lagi... Sementara jelas-jelas Taehyung pelaku dari semua pembunuhan ini..." sahut Jungkook.
Jungkook terdiam sejenak, lalu menatap Namjoon sambil berkata, "Atau memang benar... Taehyung hanya dijebak oleh seseorang?"
Namjoon mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu? Apa kau.. Menemukan sesuatu dalam penyelidikan mengenai kematian Jin hyeong?"
"Aniya.. Geunyang..." sahut Jungkook.
"Aku kadang curiga.. Apa kau tahu sesuatu akan kasus pembunuhan Jin hyeong?" tanya Namjoon.
Jungkook tertawa kecil, menampilkan sederetan gigi kelincinya. "Aku hanya berusaha berpikir dari sudut pandang lain, hyeong.. Hehehe..."
Namjoon terlihat berpikir.
"Bukankah kau pernah berkata padaku? Bahwa belum tentu tersangka adalah pelaku sebenarnya? Makanya aku selalu berusaha menelaah semua kasus dari sudut pandang yang berbeda..." sahut Jungkook sambil tersenyum.
"Majjayo... Kau mengingat nasihatku rupanya? Baguslah kalau begitu..." sahut Namjoon sambil mengacak pelan rambut Jungkook.
"Kalau begitu, waktunya kita tidur! Aku lelah terjaga semalaman... Hoahhhmmmmm~" sahut Jungkook.
"Ayo kita tidur yang lelap!" sahut Namjoon.
.
.
.
"Kau kenapa lagi, Taehyung ah? Kudengar ketika kau berbicara dengan Park Jimin kemarin malam, kau kesakitan lagi.. Kau sudah baik-baik saja sekarang?" tanya Yoongi ketika melihat Taehyung berjalan masuk ke dalam ruang makan penjara untuk sarapan.
Taehyung menganggukan kepalanya.
"Aigoo~ Mengapa akhir-akhir ini sakit kepalamu semakin menjadi-jadi?" tanya Yoongi sambil memegang pelan bahu Taehyung.
"Molla, hyeong.. Ayo kita makan, aku lapar..." sahut Taehyung.
Taehyung dan Yoongi berjalan menuju meja tempat makanan dibagikan. Mereka mengambil tray masing-masing, lalu duduk bersama beberapa tahanan lainnya di sudut ruangan.
Setelah selesai makan, mereka ke lapangan untuk berolahraga pagi.
Namun, seperti biasa, Taehyung lebih memilih duduk di kursi kayu panjang di tepi lapangan itu ketimbang ikut bermain dengan tahanan lainnya.
Yoongi bermain sepak bola sejenak, dan berhenti bermain ketika menyadari Taehyung terus terduduk saja sendirian di kursi itu sejak tadi.
Yoongi menghampiri Taehyung dan duduk disamping Taehyung.
"Kau.. Mengapa tidak mau berolahraga dan selalu duduk disini?" tanya Yoongi.
"Aku... Lebih suka memikirkan beberapa hal daripada berlari-larian tanpa tujuan seperti kalian semua..." sahut Taehyung.
"Kau merasa bersalah? Jika kau bermain dan tertawa bersama kami... Sementara kau bahkan belum yakin siapa yang membunuh hyeongmu itu?" tanya Yoongi.
Taehyung menganggukan pelan kepalanya.
"Sesekali, bermainlah... Aku yakin hyeongmu juga berharap kau bisa tertawa..." sahut Yoongi sambil menepuk pelan bahu Taehyung, lalu kembali berjalan menuju lapangan dan bergabung bermain sepak bola lagi.
Taehyung memikirkan ucapan Yoongi barusan.
"Apa benar, hyeong? Kau juga berharap aku bisa tertawa di dunia ini? Lalu.. Jika benar aku yang membunuhmu... Apa kau juga mengharapkan kebahagianku di dunia ini?" gumam Taehyung.
.
.
.
"Empat hari lagi sidang Kim Taehyung akan digelar..." gumam Hoseok sambil menatap meja kerja Jin yang sudah tiga bulan itu kosong.
Tiba-tiba saja, semua kejadian yang membahagiakan antara dirinya dan Jin dalam ruang kerja mereka itu seolah terputar jelas di benak Hoseok.
Kejadian dimana mereka tertawa bersama, membicarakan banyak kasus bersama, merasa lelah bersama, merasa stres bersama ketika kerjaan sedang menumpuk, dan juga semua senyuman milik Jin yang selalu menyemangati hari-hari Hoseok.
TES~
Air mata Hoseok kembali menetes.
Hoseok segera menghapus air matanya dengan kedua jari telunjuknya.
"Hyeong... Aku merindukanmu... Jinjja, hyeong... Jinjja... Bogoshipda... Jinjja..." sahut Hoseok. Kedua bola matanya digenangi air mata.
Hoseok memejamkan kedua bola mata.
"Aku... Bingung, hyeong... Apa yang harus kulakukan dalam persidangan empat hari lagi... Haruskah aku menjebloskan adik kesayanganmu itu dalam penjara seumur hidupnya? Aku harus bagaimana, hyeong? Kau.. Begitu menyayangi Kim Taehyung kan? Lalu.. Aku harus bagaimana dalam persidangan nanti, hyeong?" gumam Hoseok sambil terus berusaha menahan tangisnya.
Sebentar lagi ia harus menyelesaikan sebuah kasus di persidangan, makanya ia tidak mau terlihat habis menangis.
Tak lama kemudian, alarm handphonenya berbunyi, reminder bahwa satu jam lagi sidang akan digelar dan itu berarti sudah waktunya bagi Hoseok untuk bersiap-siap.
Hoseok segera menghapus semua air mata di wajahnya, lalu membuka laci mejanya yang paling bawah untuk mengambil tasnya, dan ia melihat topi itu.
Sebuah topi berwarna merah. Hadiah ulang tahun Jin untuk Hoseok dua tahun yang lalu.
Alasan Jin memberikan topi itu untuk Hoseok adalah, karena Jin ingin memiliki topi yang sama dengan Hoseok agar bisa mereka pakai bersama saat bermain golf.
Jadi, Jin membeli satu topi yang sama untuknya, dan satunya diberikan kepada Hoseok sebagai hadiah ulang tahun Hoseok.
Jin dan Hoseok sering menghabiskan waktu kosong mereka di weekend dengan bermain golf untuk menenangkan pikiran mereka yang selalu dipenuhi dengan persidangan.
"Sudah tiga bulan berlalu, hyeong... Dan sudah tiga bulan pula... Aku tidak pernah lagi memakai topi pemberianmu... Sudah tiga bulan pula.. Aku tidak pernah menginjakkan kakiku di lapangan golf tempat kita biasa bermain golf bersama..." gumam Hoseok dengan wajah yang sangat lesu.
.
.
.
SEPTEMBER 2016 (Dua Hari Sebelum Pembunuhan Jin Terjadi)
Taehyung segera mendatangi rumah Sungjae yang terletak tak jauh dari cafe tempat mereka bekerja setelah Namjoon menginterogasinya malam itu.
"Ada apa kau kesini malam-malam, Taehyung ah?" tanya Sungjae.
"Detektif sialan itu... Menginterogasiku mengenai pencurian yang kita lakukan dua malam yang lalu..." gerutu Taehyung.
"Jinjja? Bukanya kau bilang hyeongmu sudah membantu menutup-nutupinya?" tanya Sungjae.
"Aku rasa detektif sialan itu mulai tidak mempercayai Jin hyeong juga... Cih!" Wajah Taehyung terlihat sangat kesal.
"Kalau ia berhasil membuktikan kau bersalah, aku juga akan terseret! Yaaa, Kim Taehyung! Apapun caranya, kita harus bisa terbebas dari tuduhan mereka! Aku bisa dibunuh eomma kalau ia tahu apa yang kulakukan!" sahut Sungjae.
"Aku tidak masalah sebenarnya jika dipenjara..." gerutu Taehyung. "Daripada aku harus mengemis-ngemis meminta tolong pada Jin hyeong, aku lebih iklas dijebloskan ke dalam penjara!"
"Tapi bagaimana reputasi hyeongmu nanti jika adiknya menjadi narapidana?" tanya Sungjae.
Taehyung terdiam. "Haruskah aku memikirkan reputasinya juga? Cih!" gerutu batin Taehyung.
.
.
.
Namjoon berkunjung ke rumah Hoseok tak lama setelah Hoseok kembali ke rumahnya setelah pulang dari karaoke bersama Jin.
"Bagaimana, Hoseok ah? Apa Jin hyeong menceritakan semuanya padamu?" tanya Namjoon.
Hoseok menggelengkan kepalanya,
"Ia terlihat sangat terkejut waktu aku bertanya..." sahut Hoseok.
"Apa ia mulai curiga bahwa kau sedang diam-diam membantuku?" tanya Namjoon.
"Seharusnya tidak... Aku dan Jin hyeong kan sudah sangat dekat... Kami sering membahas sangat banyak hal bersama, jadi rasanya ia tidak akan curiga... Tapi, ia terlihat sangat terkejut ketika aku bertanya tadi..." sahut Hoseok.
"Terkejut? Apa berarti ia mengiyakan?" tanya Namjoon.
"Dari sorot matanya, kurasa ia mengiyakan... Tapi tidak ada kata-kata yang diucapkannya.. Bagaimana kau membuktikan kalau ia mengiyakan bahwa Taehyung memang pelakunya?" sahut Hoseok.
"Cih... Ia cukup cerdas rupanya!" gerutu Namjoon.
"Ini sudah kasus ketujuh yang tidak bisa kau selesaikan karena Taehyung kan?" tanya Hoseok.
Namjoon menganggukan kepalanya. "Aku sudah mendapat teguran dari atasanku, karena aku dan Jungkook tidak bisa menyelesaikan kasus-kasus sepele seperti ini.. Cih!"
"Himnae, Namjoon ah!" sahut Hoseok sambil memberikan segelas minuman kepada Namjoon.
"Gumawo, Hoseok ah..." sahut Namjoon.
.
.
.
DESEMBER 2016
"Hyeong... Apa kau ada waktu sore nanti? Ayo kita jalan-jalan sejenak lalu makan malam bersama..." tanya Jungkook ketika menelepon Jimin.
"Sore ini? Aku rasa aku harus pulang agak malam lagi hari ini... Kalau nanti malam saja bagaimana?" tanya Jimin.
"Waeyo? Kasus Kim Taehyung?" tanya Jungkook.
"Majjayo... Aku mendapat telepon dari Seoul Public Prison.. Katanya Kim Taehyung memintaku menemuinya sore ini... Aku akan segera menemuimu setelah kembali dari sana... Otte?" tanya Jimin.
"Kim Taehyung? Memintamu menemuinya? Ada apa, hyeong?" tanya Jungkook.
"Nado molla.. Makanya, aku harus kesana sore ini..." sahut Jimin.
"Araseo... Kalau begitu, kabari aku setelah kau selesai bertemu Taehyung ya, hyeong... Apa perlu kujemput di penjara?" tanya Jungkook.
"Aniya... Aku akan membawa mobil sendiri kesana... Nanti kita langsung bertemu saja di lokasi yang kau tentukan..." sahut Jimin.
"Uhhhh... Araseo... Kau hati-hati ya, hyeong.. Jangan terlalu lelah.. Dan persiapkan juga mentalmu dengan baik.. Persidanganmu empat hari lagi akan sangat sulit untuk kau menangkan..." sahut Jungkook.
Jimin tersenyum. "Araseo, Jungkook ah... Kau juga jangan terlalu lelah bekerja... Jangan telat makan... Araseo?"
"Ne, hyeong..." sahut Jungkook.
"Kumatikan ya panggilannya..." sahut Jimin.
"Hyeong..." sahut Jungkook.
"Ne?" tanya Jimin.
Jungkook terdiam sejenak, lalu berkata dengan nada sangat lembut, "Hwaiting..."
Jimin tersenyum lebar mendengar ucapan Jungkook.
"Gumawo, Jungkook ah.." sahut Jimin.
Setelah panggilan terputus, Jungkook menatap layar handphonenya.
"Kim Taehyung meminta Jimin hyeong menemuinya? Ada apa?" gumam Jungkook.
"Apa... Ia mulai... Mengingat sesuatu? Akan kejadian malam itu?" gumam Jungkook lagi dengan ekspresi aneh di wajahnya.
.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top