9/21
>RSU Mekar Kemboja<
Ini mungkin kejadian pertama yang konyol bagi Kimoon semenjak jadi murid SMA. Seceroboh apa Kenzo sampai keselek tulang ikan dan mesti dirawat di rumah sakit? Ukh, malunya.
Ck! Ravin mendecih jengkel. Haruskah mereka datang ke sana? Karena tadi Kenzo langsung dilarikan ke RS, mereka tak sempat bertanya. Lagian mana bisa orang lagi keselek ngomong.
"Lho, Alvin tak datang?"
"Aku di sini, Kak!" sahut si pemilik nama cengengesan, ketutupan oleh Ravin karena dia berdiri di belakangnya. "Aku penasaran apakah Kenzo benar-benar tahu tentang Apo."
Dilirik dari reaksinya di kantin, sudah jelas dia tahu. Tapi masalahnya... Dinda melirik Ravin yang terlihat terganggu oleh sesuatu.
Arah mata Kenzo tertuju pada Ravin. Kenapa dia takut pada Ravin? Ada yang aneh.
"Ah, Kenzo ada di sana!"
Setelah menyapa orangtuanya, mereka pun meminta izin untuk membesuk Kenzo dan masuk ke kamar inap. Setidaknya ada empat pasien di ruangan itu. Kenzo berada di tepi.
Belle menyingkap tirai kain yang membatasi ranjang pasien. "Halo, Kenzo! Selamat pagi. Bagaimana kabarmu? Apa lehermu baik-baik saja? Lain kali makanlah dengan hati-hati."
"Ah, kakak-kakak dari Klub Missing. Saya berterima kasih atas bantuan... di kantin... tadi... Saya tertolong..." Kalimatnya jadi patah-patah karena Kenzo berkeringat dingin.
Apa ini? Lagi-lagi dia mendadak kelu? Dinda memperhatikan Ravin. Tuh kan! Kenzo jadi syok setelah memandangi Ravin. Mungkinkah...
"Apa kau kenal Apo?" cetus Kimoon blakblakan. Dia gemas sama reaksi Kenzo yang berlebihan: kenapa dia sebegitu takutnya dengan Apo.
"T-tidak. Aku tidak tahu siapa itu."
"Jangan bohong. Kami tahu kau mengenali Apo. Kau pasti melihatnya secara tidak sengaja di sana! Jalan Judasa. Apa dia barusan datang dan mengancammu untuk tutup mulut?" Kimoon celingak-celinguk ke sekitar. Mana tahu Apocalypse ada di salah satu tamu pasien.
"Aku bilang aku tidak tahu! Pergi sana! Mama! Papa! Aku sudah selesai dengan mereka—"
"Kalau tidak begini saja, di mana kau mendapat luka bakar di pipimu itu?" Dinda menarik Belle mundur, memutar pertanyaan. Dipaksa pun dia takkan mau memberitahu mereka.
"Ah, ini?" Kenzo memegang pipinya. "Aku berkelahi dan lawanku mendorongku ke arah motor yang mesinnya baru saja dimatikan. Aku terjatuh dan pipiku mengenai knalpot motor."
"Dengan siapa kau berkelahi?"
"Itu lho, tragedi di Judasa. Laga itu kan gunanya untuk mencari petarung SMA terbaik. Apalagi aku juga mau masuk SMA. Aku pun mengikutinya untuk menetapkan posisiku..." Kenzo membelalakkan matanya melihat Dinda tersenyum miring, refleks menutup mulut.
Celaka! Dinda berhasil memancingnya.
"Jadi, kau mengakui datang ke Judasa dan melihat Apocalypse. Sesuai dugaan, orang itu memang habis mengancammu. Apa aku salah?"
"T-tidak...! Bukan itu maksudku! A-aku tidak pernah ke sana! Yang barusan aku bohong!"
"Yosha! Ayo kita pergi, teman-teman. Kita sudah dapat informasi. Tidak ada gunanya lagi di sini." Dinda melambaikan tangan, mengabaikan tuturan kata Kenzo yang panik.
"K-kita pergi begitu saja? Tunggu, Dinda!"
Gadis itu... Ravin mengepalkan tangan, mengekori langkah Dinda, Kimoon, dan Belle.
Alvin menoleh ke Kenzo yang terkesiap ngeri. "K-kalau begitu kami pamit dulu, Ken! Maaf sudah mendesak dan merepotkanmu."
-
Dinda bukannya langsung keluar dari gedung rumah sakit. Dia belok ke ruang pengawas. Jika dugaannya benar, maka Apocalypse...
"Pak! Kami hendak memeriksa cctv sebentar!"
"T-tunggu... Kalian ini murid SMA, kan? Apa yang kalian lakukan di sini—" Ravin cekatan mengusir beliau ke luar, mengunci pintu.
"Apa yang kau lakukan, Dinda? Apa kau menyadari sesuatu?" tanya Belle bingung demi melihat Dinda yang serius memelototi layar.
"Aku merasa Apocalypse menemui Kenzo sesaat sebelum kita datang dan menyuruhnya bungkam. Buktinya Kenzo berkata jujur bahwa dirinya berpartisipasi di pertarungan Judasa. Tapi dia bertingkah seperti ketahuan bohong."
"Tunggu dulu." Rahang Ravin mengeras. "Jadi maksudmu, Apo yang menghilang kembali muncul hanya untuk memblokir informan?"
"Iya. Kemungkinannya begitu."
"Tapi, kenapa dia melakukan itu? Tujuan kita kan baik. Menemukan dirinya." Alvin tak paham.
"Jawabannya simpel, Alvin. Apo tidak ingin kita temukan. Dia sendiri yang ingin menghilang. Astaga, ini menarik sekali. Aku jadi semangat!"
-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top