8/21
30 murid berasal dari SMP Patimuni Bakti yang lolos ujian. Baiklah. Pencarian dimulai dari—
"Tidak usah membuang waktu," kata Ravin memotong kalbu Kimoon. "Aku menemukannya. Orang yang bisa jadi seorang saksi."
Belle dan Kimoon saling tatap. Termasuk si elite Dinda yang intens. Ini menarik sekali. Sepertinya Dinda terlalu meremehkan adik kelasnya itu. Bahkan belum mulai, namun Ravin sudah tahu murid yang akan mereka cari?
Ravin menunjuk foto salah satu murid laki-laki berkepala plontos. "Dia orangnya, mungkin."
Hah? Mungkin katanya? Jadi kepercayaan dirinya datang dari kata mungkin?! Untung Dinda sudah belajar sabar. Kalau tidak, pasti dia langsung membanting Ravin ke luar jendela.
"Tunggu, Dinda," gumam Belle memperhatikan foto murid botak itu. Membandingkannya dengan foto di buku tahunan. "Lihat deh, di sini pipinya masih baik-baik saja. Lalu di foto terbaru, ada semacam luka bakar."
"Luka bakar superfisial. Tampaknya dia baru mendapatkan luka tersebut di suatu tempat."
Kimoon ber-hmm panjang, memelototi foto yang sama. Ada yang aneh dengan bentuk lukanya sekaligus ukurannya yang panjang. Lebarnya juga cukup luas. Dengan apa orang ini dipukul? Pipa panas? Yeh. Pipa kan silinder.
"Knalpot," kata Ravin. "Entah karena ulah sendiri atau apa, dia terjatuh di dekat motor dan pipinya mengenai knalpot panas."
"Kita harus menanyakannya pada orangnya. Namanya Kenzo, kelas 10 ips 2. Ayo ke sana!"
-
Di mana Kenzo? Dia tengah menghabiskan uang saku di kantin. Katanya ada menu siang yang enak, makanya dia datang lebih dulu alias membolos sama teman sebangkunya—Riki.
Karena kantin masih agak lengang, mudah bagi Dinda dan yang lain melihat batang hidungnya. Tumben ada yang mau duduk di banjar depan.
"... Hati-hati." Gumaman Riki nyaris tak terdengar karena mereka sibuk menceloteh.
"Kalau rupanya Kenzo bukan saksi, kita lanjut mencari siswa kedua. Paling tidak hari ini kita harus bertemu lima atau sepuluh murid."
Lamat-lamat terdengar suara batuk-batuk, namun direndam oleh bising obrolan.
"Bukankah itu terlalu banyak, Kak..." ujar Alvin berdiri di belakang Ravin. "Apakah sempat?"
"Target kita ada 30, Alvin. Kita mesti mengangsur dalam tiga hari ini. Semangat—"
"HIY!" Kenzo tiba-tiba berteriak.
Seruan itu mengagetkan mereka berlima. Mereka menoleh ke sumber suara. Tampak Kenzo yang mencicit, wajahnya pucat bukan main. Sendok di mangkok terguling jatuh.
Apa-apaan dia? Kenapa reaksinya sebegitunya? Dinda diam-diam ikut memandang apa yang ditatap Kenzo sampai ketakutan seperti itu. Seketika terdiam. Kedua alisnya bertemu.
Tatapan Kenzo jatuh pada Ravin.
Lama kelamaan, Kenzo pun terbatuk-batuk. Seperti suara batuk barusan berasal darinya yang entah kenapa terjeda karena efek kaget.
"Sudah kubilang, makan pelan-pelan. Ikannya tuh berduri." Riki susah payah membantu Kenzo mengeluarkan tulang yang tersangkut.
Tidak ada jawaban.
"Ken? Oi, Kenzo! Kau kenapa?! Hei, bangun!" Riki menepuk-nepuk lengan temannya itu.
Ini darurat. Belle, Kimoon, dan Dinda mau tak maut turut membantu adik kelas mereka yang terkena musibah. Pertama-tama, mereka mengampu kepala Kenzo menggunakan tiga jas almamater yang dilipat dan ditumpukkan.
"Ada yang salah dengan suara napasnya."
"Hah, salah apanya? Duh, aku mana paham yang beginian! Bentar, aku cek gugel dulu."
"Ravin, buruan panggil PMR kemari!"
Awalnya Ravin keberatan—ogah, tapi baiklah. Ravin dikalahkan empati. Dia pun bergegas meninggalkan kantin, melesat ke UKS.
Di sisi lain, Alvin menatap ke meja. Tepatnya ke arah makanan yang habis disantap oleh Kenzo. Sup ikan? Terlebih ikan bawal. Pantas saja Kenzo keselek tulang. Penjaga Kantin mikir apa sih? Menyediakan makan siang seperti ini.
PMR datang tiga menit kemudian.
"Apa yang terjadi padanya... Lho, kau?" kata ketua mereka yang mengenali Alvin.
Sebelum Belle menjawab pertanyaannya, Alvin lebih dulu membuka mulut. Menjelaskan.
"Tulang ikan yang dia makan tersangkut dalam jumlah lumayan banyak ke tenggorokan dan mengakibatkan deep neck infection. Harusnya kalian bisa memberikan intubasi padanya, namun kurasa tenggorokannya sangat bengkak jika didengar dari suara napasnya yang serak. Oksigen akan sulit untuk masuk. Kakak bisa menggunakan alat krikotiroidotomi dan segera melakukan airway. Jika tidak Kenzo bisa mengalami respiratory arrest. Bergegas."
Mereka melongo. Hening sejenak.
Ketua PMR memijat kepala pusing. "Maka dari itu aku ingin mempertahankan Alvin. Tapi dia ternyata bergabung ke Klub Missing, huh?"
_
Note: 1) Deep neck infection: Infeksi leher bagian dalam. 2) Airway : Jalur keluar masuk udara di paru-paru yang merupakan alat tubular untuk menjamin pernapasan. 3) Respiratory arrest : gangguan pernapasan berat yang disebabkan oleh penumpukan cairan di alveoli atau kantung udara kecil di paru-paru.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top