18/21
Rasanya Alvin tidak semangat sekolah. Entah kenapa patah hati yang dirasa Dinda, Belle, dan Kimoon, menular padanya. Kakaknya sampai berang dia letoy seharian di rumah.
Alvin ingin menolong Ravin yang putus asa sebab ancaman dari Apo. Dia pasti menyayangi adiknya sampai terbawa ke dalam mimpi.
Awalnya Alvin mengira Ravin adalah Apo yang menyamar mengingat Ravin pernah melakukan gerakan sama dengan Apo. Apa itu karena dia ada di Judasa dan menyaksikan kengerian Apo?
Meski begitu, Ravin memang mencurigakan sih. Alasan Kenzo takut melihatnya masih belum diketahui. Tapi Ravin tampak tidak berbohong dengan kesaksiannya; bertemu Apocalypse.
"Kalian sudah mendengarnya? Berita terbaru dari Himpunan!" Terdengar kumandang gosip.
Oh?! Alvin berhati-hati agar tak menimbulkan suara berisik, menguping pembicaraan. Himpunan kata mereka. Apa terjadi sesuatu?
"Soal Kak Bara, Kak Genta, dan Kak Leo masuk rumah sakit? Sudah dengar lah. Mereka dihajar seseorang di kondominium milik Himpunan. Usut punya usut, orang itu adalah Apo."
Mata Alvin terbelalak mendengarnya. Apo?! D-dia muncul lagi? Dan kali menjabani anggota Himpunan, langsung ke sarangnya. Apa yang dia pikirkan? Alvin terus menguping.
"Apo memang seorang monster. Bagaimana bisa dia membuat tiga orang dari 20 besar Himpunan babak belur seperti itu. Wajah Kak Genta mengerikan tahu. Lebam sana-sini."
"Tidak mungkin! Bukankah rumor bilang bahwa Apocalypse dinyatakan menghilang? Kenapa tiba-tiba ada pemberitahuan tentang dia?"
"Ya mana aku tahu! Langsung menghajar member Himpunan... Apa dia punya dendam tertentu? Duh, berarti rumor dia menghilang itu memang hanya sekadar rumor belaka, ya?"
"Tidak, tidak! Itu beneren tahu! Dia betulan menghilang sebulan lamanya. Apa mungkin... karena Himpunan mencarinya, dia secara naluriah muncul kembali ke permukaan? Uh! Untung saja aku mengurungkan niat bergabung ke Himpunan. Bisa-bisa aku ditargetkan Apo."
Secara pribadi, Alvin sendiri juga merasa aneh. Pertama comeback-nya Apocalypse adalah untuk menghalangi Klub Missing mendeteksi jejaknya. Kedua, ini. Sebenarnya apa tujuan Apo? Padahal dia kan mau menghilang. Kenapa mengumumkan posisinya terang-terangan?
"Apa mungkin Apo ada dua orang?"
Eh? Alvin meneguk air ludah gugup.
"Hah? Omong kosong macam apa yang kau bicarakan? Mana mungkin dia ada dua."
"Habisnya! Kalian sudah tahu kan insiden 3 desember? Waktu itu, aslinya ada dua tawuran yang terjadi bersamaan. Satu di Jalan Judasa, satunya lagi di Jalan Apocalypse. Heran sih kenapa Apo malah dijuluki Apocalypse padahal teritorinya di Judasa. Mungkin duo mvp di dua jalan itu berteman. Aku dengar pemenang di Jalan Apocalypse juga anak SMP. Nah, mirip dengan Apo yang kita kenal, kan? Konspirasi!"
Masa sih Apocalypse punya teman... Tapi tidak menutup kemungkinan hal itu bisa terjadi.
"Sedang apa?" Ravin menceletuk.
"Astagfirullah!" Alvin melotot. "Ravin, astaga! Kau mengagetkanku! Kukira aku ketahuan."
"Kau ini suka sekali mencuri dengar percakapan orang lain. Bagaimana kalau kau dipukuli lagi kayak waktu itu?" Ravin bersedekap. Lucu melihatnya karena tangannya lagi di-gips.
"Aku penasaran atuh, Rav."
"Sudahlah, itu bukan urusan kita. Ayo pergi. Bentar lagi bel akan berbunyi. Mau telat?"
Alvin menyerah. Dia pun mengikuti langkah Ravin, masuk ke bangunan sekolah yang ramai oleh siswa-siswi yang baru datang.
"Apa tanganmu sudah baik-baik saja? Aku cemas kalau-kalau ligamenmu bermasalah."
"Paling semingguan gips-nya sudah boleh dibuka. Kau terlalu khawatiran. Lebih baik cemaskan dirimu yang sangat letoy itu."
"Maaf deh kalau aku lemah."
Bruk! Tuh, kan. Baru juga dibilangin. Seseorang menubruk bahu Alvin. Lihat dia, terpeleset jatuh. Muka Ravin seketika berubah jengah. Bisa-bisanya hanya karena disenggol sedikit dia langsung jatuh. Apa dia cowok sungguhan?
"Maaf, aku tidak sengaja."
"T-tidak. Aku yang terlalu lebay—"
Gricing! Suara gemerincing lonceng.
DEG! Mereka berdua tersentak mendengarnya. Ravin menoleh ke orang itu, sementara Alvin batal menjabat ulurannya (berniat membantu), refleks menyentuh pergelangan tangan.
Suara itu jelas berasal dari orang ini.
"Ah, maaf. Gantungan tasku berisik, ya? Sebenarnya aku tidak mau memakainya, namun adikku memaksa. Ini hadiah ulang tahun."
Ravin dan Alvin hanya diam.
-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top