38
Pukul 12.40 siang.
Begitulah yang Ram lihat di jam digital pada mobil. Dia tak bisa melihat jam tangan karena kedua tangannya diikat di belakang. Mulutnya dibekap membuatnya tak bisa berteriak minta tolong. Jadilah Ram berhitung dalam hati.
"Hahaha. Clandestine, oh, Clandestine." Lascrea terkekeh-kekeh, mengusap kasar wajahnya. Hawanya menakutkan. "Seseorang yang ditakuti dalam kancah dunia game, seseorang yang diagung-agungkan, ketua dari guild ternama. Semua itu dikendalikan oleh seorang bocah? Terlebih bocah SD."
Brak! Brak! Ram terlonjak melihat Lascrea memukul-mukul interior mobil dengan ujung tongkatnya, tertawa dengan seringai.
"Lebih baik kau hentikan, Las. Mobil ini milik paman Cherox. Kau bisa dicelanya."
Lascrea tak mendengarkan. Dia pindah ke belakang, duduk di sebelah Ram yang beringsut ke tepi kursi. "Kalau kau anak-anak begini, bagaimana cara aku menghajarmu sampai puas hmm? Aku sakit hati kau kalahkan berkali-kali, kau tahu itu?"
Orang gila! Hanya karena game?!
"Kenapa? Apa kau sekarang takut? Dibawa oleh dua orang yang kau kalahkan. Kau pasti bertanya-tanya apa yang mau kami lakukan padamu, bukan begitu?" Lascrea menyeringai.
"Las, hentikan. Kau membuatnya takut."
"SEORANG BOCAH MENGALAHKAN KITA, RAPA!" sela Lascrea mengejutkan Ram. "Maksudku, apa kau membiarkan harga dirimu diinjak-injak oleh anak kecil? Kecuali nilaimu memang cepek."
"Asal kau tahu, aku sama sekali tidak menginginkan ini. Aku tidak pernah membenci Clandestine walau dia mengalahkanku berulang kali," jawab Rapa tenang. "Apalagi setelah mengetahui kenyataan Clandestine hanyalah anak-anak."
Ram hanyut dalam pikirannya.
"Lalu kenapa kau ikut, huh? Jangan munafik, Rapa." Lascrea menatap Ram yang menatapnya tajam, tergelak. "Lihat anak ini, berbeda dengan bocah-bocah SD lain. Tiada ketakutan. Apa kau seberani itu, huh?"
Ram tidak merespon. Dia merasa sesak.
Lascrea terdiam melihat Ram terlihat lemas. Dia berdecak kesal, membuka bekapan mulut Ram. Anak itu segera menarik banyak oksigen.
"Jangan khawatir. Aku takkan melukaimu. Walau sebenci apa aku padamu, aku pantang melukai anak-anak." Lascrea tersenyum miring. "Bukankah umurmu menguntungkan, Clandestine? Menyebalkan."
"Entahlah, aku meragukan itu. Kita bisa tahu jawabannya beberapa menit lagi." Ram terkekeh. Mandi keringat.
"Berhentilah menggertak, Clandestine. Apa kau paham situasinya sekarang—"
"Aku tidak menggertak." Ram memotong.
Lascrea terdiam. Rapa memperhatikan percakapan lewat kaca spion tengah.
"Aku membicarakan kesempatan. Kurasa, kalian berdua bisa berubah menjadi orang yang lebih baik."
Jarum panjang bergerak menuju angka satu.
-
"Kami membawanya, Bos." Lascrea mendorong Ram ke hadapan Flamehale. Member Woodzn yang lain termangu melihat sosok Ram.
"KAPTEN BODOH! Kenapa kau datang kemari?! Kami sudah melarangmu!"
Ram menatap ke depan. Ketujuh anggota Marmoris dikurung dalam kerangkeng besar. Kondisi mereka acak-acakan. Flamehale pasti memerintahkan personelnya untuk menghajar mereka.
"Wah, benar-benar anak kecil." Respon pertama keluar dari mulut Mimiq.
"Clandestine anak-anak? Astaga, tidak bisa kupercaya. Kenapa bisa?"
Plozorer menonton seru.
Flamehale tepuk tangan. "Begitulah kawan-kawanku. Clandestine yang Agung, Clandestine yang populer, Clandestine si Pemain Tak Terkalahkan, hanyalah SEORANG BOCAH SD RENTAN TAK BERDAYA! Kita semua dipermainkan oleh bocah kecil ini."
Ram memutar bola mata, beranjak duduk bersimpuh. "Hentikan khotbahmu dan lepaskan Marmoris. Aku sudah datang memenuhi permintaanmu."
"WAH! Kalian semua lihat itu?! Dia sangat berani dan berwibawa! Seolah kita hanya serangga kecil yang tak berbahaya. Mati dalam sekali tepuk."
Ram tertawa. "Aku tidak pernah menyebutmu serangga, Flamehale. Izinkan aku mengoreksi, bukannya kau sendiri yang bermonolog untuk mendapat sorak dukungan? Dasar labil. Enyahlah ke penjara remaja sana."
Flamehale terpincut emosi, meradak ke tempat Ram dan menjambak rambutnya. "Bocah sial, masih bisa besar kepala? Kau tamat hari ini, berandal kecil."
"JANGAN SENTUH DIA, FLAMEHALE! BERSIKAP JANTAN LAH! DIA HANYA ANAK-ANAK!" Sokeri berseru panik. Sementara yang lain tengah mencari cara meloloskan diri.
"Anak-anak, huh?" Manik mata Flamehale bermain dan mendapati luka di paha Ram. Itu bekas luka saat dia mengeluarkan pelacak tadi. Pembungkusnya hilang ketika Ram diseret keluar dari mobil.
Mendapatkan ide cemerlang, Flamehale menyeringai. Dia memasukkan jarinya ke luka tersebut. Menekan-nekan celah luka.
Ram menahan ringisannya, menutup mulut rapat-rapat. Dia takkan kalah. Tubuhnya gemetar menahan sakit yang mendera.
Flamehale tersenyum miring. "Aku tahu kau tak bisa terus menahannya, Clandestine."
Tes! Tes! Tes! Darah mulai mengucur. Sial, ini sakit sekali. Keringat makin mengalir dari kening Ram, membasuh lehernya.
"Ayo, menangislah. Mengemis padaku."
Sudah cukup.
Ram yang marah pun membenturkan kepalanya ke muka Flamehale membuat pria itu terjungkal ke belakang. Mimisan.
"Hahaha! Kau dipukul Clandestine, Kapten." Lizi yang menonton bareng Plozo tertawa.
"Dasar bocah keras kepala! Kau membuang kemurahan hatiku. Sekarang kau akan mendapat hukumannya." Tanpa basa-basi, Flamehale beringas menginjak luka di paha Ram. Kali ini Ram tidak bisa menahan rasa sakitnya.
"ARGHHHH!!!"
"HAHAHA! Ayo lebih keras lagi, Clandestine! Aku yakin suaramu tidak sepelan itu!"
"HENTIKAN! KAPTEN!!!"
Ponsel Ram lolos dari saku, menyala otomatis. Walau pandangannya kabur oleh air mata di pelupuk, dia bisa melihat jam menunjukkan pukul 13.10. Kenapa waktu bergulir lama di saat-saat seperti ini? Kapan dia bisa lepas?
Flamehale berhenti menginjak kaki Ram, beralih membuka tutup kaleng minuman aneh. Sepertinya dia meneguk alkohol. "Kau tahu apa yang seru, Clandestine? Itu adalah ketika kau masuk ke dalam manipulasiku."
"M-manipulasi...?"
"Masih ingat insiden bom lengket? Kau menyuruh Marmoris dan Ibumu untuk melindungimu agar kami tidak melihat sosokmu. Sebenarnya, itu adalah tipu dayaku." Flamehale menyalakan rokok. "Klendestine memberitahu kami jika Clandestine adalah seorang bocah. Tentu saja kami tidak percaya sebelum membuktikannya sendiri. Dan benar saja, kau genius, cerdik, dan pintar. Menginstruksikan Marmoris agar menutupimu yang melepaskan bom lengket, bahkan rela menjadikan Ibumu sendiri sebagai umpan."
Ram mencerna.
"Kau pasti mengira bahwa kau telah mempermainkanku dengan mempertaruhkan Ibumu sebagai Clandestine. Kau salah, Ram. Justru aku lah yang membuatmu melakukan hal tersebut. Rencanaku bekerja. Kau tidak sadar kalau kami sudah tahu identitasmu sejak insiden bom lengket. Kau berpikir berhasil menipuku, padahal sebaliknya. Aku yang berhasil menipumu!
"Lalu kenapa aku bisa tahu strategimu? Hahaha, aku tahu kau pintar dalam mengingat. Perpustakaan. Aku sengaja mendekatimu untuk memberi penyadap pada atlas yang kau bawa pulang. Ironisnya kau tidak tahu tujuanku. Bocah yang malang."
Ram terperangah, berbinar-binar. Jadi, selama ini dia dimanipulasi oleh Woodzn?
"Apa kau pikir lawanmu sama seperti mantan wakil kami yang bodoh? Jangan samakan aku dengan si pecundang Menas. Aku takkan setengah-setengah dalam berperang."
"BRENGSEK! SIALAN! BERANI-BERANINYA KAU MENIPUKU! KAU AKAN MENYESALI INI, FLAMEHALE BANGSAT!" Ram marah sekali.
"KENAPA? KAU MARAH PADAKU? ITULAH YANG KURASAKAN BERBULAN-BULAN!"
"Dasar laki-laki tidak waras! Kau sepertinya sakit jiwa hingga stres sebegininya hanya karena game sialan itu. Otakmu sudah tak bekerja dengan benar."
"Ya, kau benar. Orangtuaku saja membuangku. Aku sudah tidak waras untuk melanjutkan hidup. Game itu terlalu menggerogoti kehidupanku." Flamehale mengeluarkan pisau dari saku jaketnya. "Maka dari itu, mari kita mati bersama-sama."
Jleb! Tanpa peringatan, keluar dari garis rencana, Flamehale menikam perut Ram. []
Minggu, 30 januari 2022
N.B. Hore!! MC mati! Kena tipu habis-habisan! Yeyeyeye! UwU sad ending UwU!
Btw, woi, mana komennya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top