CHAPTER 11 : GOODBYE, SEULGI
Title: LAST LOVE IN JEJU HOSPICE - VRene SeulMin FF
Cast: All Bangtan & Red Velvet Members
Lenght: Mini Chapter Part
Rating: 15+
Author: Tae-V [Twitter KTH_V95]
CHAPTER 11 : GOODBYE, SEULGI
.
AUTHOR POV - NOVEMBER 2017
Tak terasa sudah seminggu berlalu semenjak kepergian Irene untuk selamanya.
Kondisi Taehyung semakin terpuruk semenjak kepergian Irene.
Taehyung jadi lebih pendiam. Ia lebih sering memilih untuk duduk menyendiri di kursi taman hospice sambil menatap langit di atas sana.
"Kau... Baik-baik saja, Taehyung hwanja?" tanya Yoongi sambil duduk disamping Taehyung.
Taehyung hanya menganggukan pelan kepalanya. Tatapannya masih terarah ke langit sore itu.
"Inilah alasan mengapa sebagian besar para pasien memutuskan untuk tidak melanjutkan kisah cinta mereka setelah divonis akan meninggal..." sahut Yoongi. "Karena mereka tidak ingin meninggalkan orang yang mereka cintai dalam keterpurukan..."
Taehyung terdiam.
"Namun... Tetap saja ini jauh lebih baik daripada kau harus kehilangan Irene tanpa mengetahu apapun.. Ya kan?" sahut Yoongi.
Taehyung menatap Yoongi.
"Orang tuamu.. Mereka juga akan sepertimu setelah kau meninggal nanti.. Namun, bayangkan jika mereka baru mengetahui kondisimu setelah kau meninggal nanti.. Pasti... Rasanya lebih sakit kan?" sahut Yoongi.
"Molla..." sahut Taehyung.
"Bayangkan jika Namjoon tidak memanggilmu terlebih dulu. Bayangkan jika ketika kau menemui Irene hwanja, ia sudah tak bernyawa.. Pasti... Lebih menyakitkan dari apa yang kau rasakan sekarang kan?" tanya Yoongi.
Taehyung terdiam sejenak, lalu menganggukan pelan kepalanya. "Untung saja Namjoon ssaem memberitahuku dan aku bisa berbicara dengannya untuk terakhir kalinya..."
"Itulah yang akan dirasakan orang tuamu setelah kepergianmu nanti.." sahut Yoongi. "Pikrkan matang-matang.. Mana menurutmu yang lebih baik untuk keluargamu..."
Taehyung menundukkan air matanya.
"Setidaknya... Kau sudah banyak membuat Irene hwanja tersenyum di sisa hidupnya... Bersyukurlah akan hal itu.. Ketimbang terus menangisi kepergiannya, bukankah kau harusnya justru bersyukur karena telah membuat Irene hwanja merasakan indahnya sebuah cinta terakhir dalam hidupnya sebelum ajal datang menjemputnya?" sahut Yoongi.
Taehyung menatap Yoongi.
"Aku yakin, ia sudah berbahagia di alamnya.. Karena kau, ia bisa merasakan kebahagiaan di detik terakhir nafasnya..." sahut Yoongi. "Good job, Kim Taehyung..."
Yoongi pun berjalan meninggalkan Taehyung.
Membuat air mata Taehyung kembali menetes.
"Majjayo... Setidaknya.. Aku sudah memberikannya kebahagiaan di sisa akhir hidupnya..." gumam Taehyung dengan lirih.
.
.
.
AUTHOR POV - DESEMBER 2017
Jimin dan Seulgi semakin sering bersama semenjak kematian Irene karena Jimin tidak ingin Seulgi kesepian setelah teman sekamarnya pergi selamanya dari dunia ini.
Dan kondisi Seulgi pun akhir-akhir ini semakin mengalami penurunan.
Anemia Seulgi semakin memburuk dua minggu belakangan ini, berkali-kali ia merasa pusing kemudian pingsan tiba-tiba.
Hampir setiap malam pun, tubuhnya demam tinggi, sampai Wendy harus rutin mengawasi kondisi Seulgi setiap malam karena demamnya bisa tiba-tiba sangat tinggi.
Bahkan, Seulgi seringkali mengeluh kepada Wendy, air seninya sering berwarna kemerahan dan nyeri di dadanya semakin sering kambuh.
"Apa kau merasa pusing lagi, noona?" tanya Jimin ketika ia sedang makan siang bersama Seulgi di kantin hospice.
"Aku rasa anemiaku semakin memburuk, Jimin ah..." sahut Seulgi dengan nada lirih.
"Tenang saja, aku akan selalu disampingmu!" sahut Jimin sambil tersenyum.
"Kudengar semalam kau juga pingsan lagi setelah nyeri di kepalamu kambuh..." sahut Seulgi.
"Wendy ganhosa yang menceritakannya padamu?" tanya Jimin.
Seulgi menganggukan kepalanya.
"Tenang saja! Aku tidak akan mendahuluimu, noona..." sahut Jimin. "Aku berjanji, akan seperti Taehyung. Menggenggam erat tanganmu dan mengecup lembut bibirmu di saat-saat terakhirmu.."
"Jinjja?" tanya Seulgi.
Jimin menganggukan kepalanya.
Seulgi tersenyum. "Gumawo, Jimin ah..."
"Aigoo... Siang-siang begini kalian sudah bermesraan?" sahut Hoseok yang tiba - tiba berjalan menuju meja itu bersama Namjoon.
"Jung Hoseok, dokter paling ceria di Jeju Hospice, kau iri dengan kemesraan mereka? Haruskah kupanggil Wendy kesini untuk bermesraan denganmu?" goda Namjoon.
"Yaishhhh! Kita sudah berteman sejak lama, imma! Bagaimana mungkin kau bisa mengencani sahabatmu sendiri?" gerutu Hoseok. "Dasar kau dokter paling ceroboh di Jeju Hospice..."
Membuat Seulgi dan Jimin tertawa.
"Ah, Jimin hwanja.. Bagaimana kondisi Taehyung hwanja akhir-akhir ini?" tanya Namjoon.
"Ia mulai sering bertanya padaku, haruskah ia menghubungi keluarganya... Kurasa, ia mulai merasa kesepian sejak kepergian Irene..." sahut Jimin.
"Aku berharap, ia mau memberitahu kedua orang tuanya sebelum semua terlambat..." sahut Hoseok.
Dan tiba-tiba saja, nafas Seulgi terdengar agak berat.
"Noona, kau kenapa?" tanya Jimin.
"Kurasa, nyeri di dadanya kambuh!" sahut Hoseok.
"Majjayo... Arghhhhhhhhhhh..." rintih Seulgi. "Dadaku terasa sangat nyeri, ssaem... Arghhhh..."
Hoseok segera membopong tubuh Seulgi. "Ayo, kita kembali ke kamar! Akan kamu berikan obat..."
Jimin pun ikut berlari menuju kamar Seulgi.
Namun, tiba-tiba saja Jimin kehilangan keseimbangannya.
Jimin jatuh terduduk sambil memegang kepalanya. Rasa nyeri itu mulai menjalari kepalanya.
"Argggghhhh..." rintih Jimin.
Refleks, Namjoon membopong tubuh Jimin.
"Hoseok ah, kau tangani Seulgi hwanja. Aku akan membawa Jimin hwanja ke kamarnya dan memberikan obat!" sahut Namjoon.
"Araseo!" sahut Hoseok.
.
.
.
JIN POV - DESEMBER 2017
Pagi tadi, seperti biasa, setiap setahun sekali di tanggal 1 Desember, selalu diadakan acara di Jeju Hospice.
Acara penghargaan kepada para dokter dan perawat di Jeju Hospice.
Tahun ini lagi-lagi aku terpilih menjadi dokter terbaik pilihan semua pasien, sementara perawat terbaik lagi-lagi dimenangkan oleh Son Wendy.
Dan seperti biasanya. Jabatan dokter tergalak dimenangkan oleh Min Yoongi.
Sementara penghargaan dokter paling ceria dimenangkan Jung Hoseok. Dan dokter paling ceroboh dimenangkan oleh Kim Namjoon.
Tahun ini saja, sudah berapa kali ia tidak sengaja merusakkan beberapa peralatan hospice.
Kemarin sore ia bahkan merusakkan handle pintu di kamar mandi hospice, aigoo...
Memang benar kata orang, bahwa kecerobohan dan kecerdasan selalu berjalan beriringan, hahaha...
Tiba-tiba saja Hoseok berlari masuk ke dalam ruanganku.
"Ada apa, Hoseok ah?" tanyaku.
"Kondisi Seulgi hwanja sepertinya semakin memburuk, hyeong. Bisakah kau bantu mengecek kondisinya?" sahut Hoseok.
Aku terdiam sejenak.
Baru saja aku tersenyum atas sesuatu hal baik yang terjadi pagi tadi, kini aku harus kembali menerima kabar akan kesehatan pasien yang semakin menurun.
"Araseo.." sahutku. "Ayo kita ke ruang kamar Seulgi hwanja..."
.
.
.
AUTHOR POV - DESEMBER 2017
Jimin terbelalak.
Jin menghela nafas.
"Apa benar.. Kondisinya sudah separah itu, ssaem?" tanya Jimin dengan nada lirih.
Jin menganggukan kepalanya pelan.
"Apa.. Tidak ada yang bisa dilakukan untuk memperpanjang umurnya, ssaem? Obat untuk memperlambat penyakitnya? Atau terapi untuk memperlambat kematiannya?" sahut Jimin.
Kedua bola mata Jimin mulai basah.
"Kalau ada, sudah sejak dulu kami berikan, Jimin hwanja..." sahut Jin.
"Kau kan tahu betul, betapa maksimal usaha kami semua disini untuk membantu para pasien..." sahut Hoseok.
Jimin menganggukan kepalanya. "Majjayo.. Jika bisa, pasti sudah sejak dulu kalian membantunya..."
Hoseok mengusap-usap pelan punggung Jimin. "Bersiaplah... Bukankah ini yang terbaik untuknya? Ia tidak akan menderita lagi... Penderitaannya akan penyakitnya akan berakhir..."
Jimin menundukkan kepalanya. Air mata menetes membasahi lantai di dekat sandal yang dikenakan Jimin.
"Lalu, kau sendiri bagaimana? Kondisimu juga semakin menurun, Jimin hwanja..." sahut Jin.
"Aku tahu, ssaem..." sahut Jimin. "Kondisiku juga semakin buruk... Aku bahkan mulai sering kehilangan keseimbangan akhir-akhir ini..."
"Kudengar penglihatanmu juga mulai bermasalah..." sahut Hoseok.
Jimin menganggukan kepalanya. "Aku tidak bisa melihat dengan jelas akhir-akhir ini... Penglihatanku jadi agak kabur, begitu juga dengan pendengaranku.. Aku mulai merasa pendengaranku terganggu..."
"Pantas saja aku harus berbicara agak keras barusan ketika aku menjelaskan kondisi Seulgi hwanja kepadanya..." gumam batin Jin.
Jin dan Hoseok terdiam.
Bagaimana mungkin sepasang kekasih itu semakin menurun kesehatannya secara bersamaan?
.
.
.
SEULGI POV - DESEMBER 2017
Aku sudah tidak mengerti lagi apa yang bisa kulakukan.
Sudah dua hari ini, Jimin sering tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang kuucapkan.
Aku harus berbicara dengan nada lebih kencang, baru ia bisa mendengar ucapanku.
Menurut Wendy, tumor otak Jimin membuat saraf pendengarannya terjepit sehingga pendengarannya semakin menurun seiring tumor yang semakin membesar itu.
Lalu, apakah nantinya, ia akan menjadi tuli sepenuhnya?
Bagaimana jika aku meninggalkannya terlebih dulu? Melihat kondisiku yang semakin memburuk, sepertinya usiaku tidak akan lama lagi...
Siapa yang akan menemaninya di kondisinya yang semakin memburuk seperti itu?
Jimin juga sering mengeluh, penglihatannya sering kabur.
Apa ia akan buta dan tuli sebelum meninggal nanti?
Air mataku kembali menetes, membayangkan bagaimana kondisinya di sisa akhir hayatnya nanti.
Ternyata... Cinta terakhir di Jeju Hospice ini... Cukup terasa menyakitkan bagiku..
Karena aku tidak tega melihat orang yang kucintai menderita seperti ini...
Ah.. Tunggu sebentar...
Setidaknya... Masih ada Jungkook yang akan menjaganya nanti setelah aku tidak ada, ya kan?
.
.
.
AUTHOR POV - DESEMBER 2017
Hari itu, tanggal 4 Desember, Jin merayakan ulang tahunnya di Jeju Hospice.
Semua pasien diberikan kue tart untuk merayakan ulang tahun Jin di pagi hari, sementara siangnya diadakan acara pesta kecil-kecilan di ruang kantin hospice sekalian makan siang bersama.
Setelah menyanyikan lagu untuk Jin, mereka pun mulai makan siang bersama.
Pasien yang kondisinya memungkinkan untuk berjalan keluar dari kamar ikut menghadiri acara makan siang bersama itu.
"Kau semakin tua, hyeong! Hahaha..." goda Namjoon.
"Chukkae, Jin hyeong." sahut Yoongi sambil menyerahkan sebuah kotak. "Ini hadiah untukmu."
"Gumawo, Yoongi ya!" sahut Jin sambil tersenyum.
Hoseok, Namjoon, Wendy, dan Soobin juga menyerahkan hadiah mereka untuk Jin.
Sementara acara makan siang tengah berlangsung, tiba-tiba saja terdengar bunyi gelas pecah.
PRANG~
"Ah... Mian..." sahut Jimin.
Hoseok menghampiri Jimin. "Kau tidak apa-apa, Jimin hwanja?"
"Penglihatanku agak kabur barusan.. Makanya aku tidak melihat gelas itu.. Mian, ssaem..." sahut Jimin dengan ekspresi merasa bersalah.
"Gwenchana..." sahut Hoseok.
Seulgi menatap Jimin dengan tatapan sedih.
"Apa penglihatannya sudah sekabur itu?" gumam batin Seulgi.
Namun, belum sempat Seulgi mencemaskan Jimin lebih lanjut, tiba-tiba saja anemia Seulgi kambuh.
Kepalanya terasa pusing, tubuhnya terasa lemah.
Dan tubuhnya segera jatuh tergeletak tak sadarkan diri di atas lantai.
Membuat acara makan siang itu langsung berubah menjadi kerumunan ramai mengelilingi Seulgi.
"Noona! Noona!" teriak Jimin sambil menggoncangkan tubuh Seulgi, berusaha menyadarkannya.
Jin segera membopong tubuh Seulgi dan membawa Seulgi ke kamarnya untuk diberikan obat.
Sementara Jimin harus berjalan dalam bopongan Hoseok karena keseimbangan Jimin semakin bermasalah.
.
.
.
Taehyung terduduk di atas kasurnya, menatap ke arah Jimin terlelap malam itu.
"Akhir-akhir ini, pendengaran dan penglihatan Jimin semakin bermasalah..." sahut Taehyung, memberitahu Jungkook.
Senin malam itu, Jungkook segera menjenguk Jimin ke Jeju Hospice setelah mendapat kabar bahwa kondisi Jimin semakin melemah.
Air mata sudah sejak tadi membasahi wajah Jungkook.
"Apa usianya.. Sudah tidak akan lama lagi?" tanya Jungkook sambil terisak dalam tangisnya.
"Kudengar, perkembangan sel tumornya semakin cepat.." sahut Taehyung dengan lirih.
Tangis Jungkook langsung pecah saat itu juga.
"Andwe, hyeong! Andwe! Jangan tinggalkan aku secepat ini! ANDWE!" teriak Jungkook dalam tangisnya.
Taehyung hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Haruskah aku kehilangan sahabatku kali ini? Setelah kehilangan Irene noona beberapa waktu lalu? Mengapa... Hanya ada perpisahan di Jeju Hospice ini? Cinta terakhirku... Dan sahabat baik terbaikku..." gumam batin Taehyung.
.
.
.
HOSEOK POV - DESEMBER 2017
"Hyeong... Pendarahan otak..." sahutku lirih.
Sejak tadi siang, Seulgi hwanja belum juga sadarkan diri.
Menurut Wendy, ada banyak bintik-bintik merah keunguan di kulit bagian perut dan dadanya.
Makanya, aku memutuskan melakukan MRI kepada Seulgi hwanja jam delapan malam tadi.
Dan ternyata... Pendarahan sudah mengenai otaknya...
Jin hyeong terdiam.
"Waktunya sudah tidak banyak.." sahut Yoongi hyeong.
"Majjayo..." sahut Namjoon.
"Kondisi Jimin hwanja juga semakin menurun drastis..." sahutku.
"Aku bahkan mendengar Jungkook-sshi menangis tadi di dalam kamar Jimin hwanja." sahut Yoongi hyeong.
"Apa Seulgi hwanja... Akan sempat sadarkan diri dan menyapa Jimin hwanja untuk terakhir kalinya sebelum ia meninggalkan dunia ini untuk selamanya?" sahut Jin hyeong.
Suasana menjadi hening di ruangan malam itu.
.
.
.
AUTHOR POV - DESEMBER 2017
Pukul 07.10 AM, Jimin membuka kedua bola matanya.
Ia terkejut melihat Jungkook yang terlelap di atas kasurnya itu.
Kepalanya tertelungkup di atas kasurnya, sementara tubuhnya terduduk di atas kursi.
Matanya masih sembab akibat menangis sepanjang malam.
"Mengapa ia ada disini?" tanya Jimin ketika melihat Taehyung berjalan keluar dari kamar mandi.
"Semalam sepulang kuliah, ia langsung kesini.. Hoseok ssaem menghubunginya akan kondisimu yang semakin memburuk..." sahut Taehyung.
"Apa? Aku tidak bisa mendengarmu dengan jelas..." sahut Jimin.
Taehyung mengulang ucapannya dengan nada lebih keras.
"Aigoo... Mengapa Hoseok ssaem membuatnya jadi bolos kuliah?" sahut Jimin.
"Sesekali kurasa tidak apa-apa... Toh bukannya kau bilang ia cerdas? Ia akan bisa mengikuti pelajaran yang tertinggal." sahut Taehyung, dengan nada agak kencang agar ia tidak perlu mengulang lagi ucapannya.
Tak lama kemudian Jungkook bangun.
"Jimin hyeong! Kau tidak apa-apa?" tanya Jungkook dengan cemas.
"Gwenchana, imma..." sahut Jimin sambil tersenyum. "Kau jadi bolos karenaku, aigoo..."
"Aku ijin kuliah satu minggu, hyeong... Aku akan menjagamu penuh seminggu ini.." sahut Jungkook.
"Ne? Apa kau bilang? Maaf... Pendengaranku mulai bermasalah..." sahut Jimin.
Jungkook pun mengulang ucapan itu dengan nada agak keras.
Sebelum sempat Jimin memarahi Jungkook karena bolos seminggu, tiba-tiba saja Hoseok berlari masuk ke dalam kamar itu.
Ekspresi sedih tergambar jelas di wajahnya.
"Jimin hwanja..." sahut Hoseok.
"Ada apa, ssaem?" Perasaan Jimin jadi tidak enak seketika itu juga.
"Seulgi hwanja... Baru saja menghembuskan nafas terakhirnya lima menit yang lalu..." sahut Hoseok dengan nada lirih.
DEG!
Kedua bola mata kecil Jimin membulat dengan sempurna.
.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top