CHAPTER 10 : GOODBYE, IRENE

Title: LAST LOVE IN JEJU HOSPICE - VRene SeulMin FF

Cast: All Bangtan & Red Velvet Members

Lenght: Mini Chapter Part

Rating: 15+

Author: Tae-V [Twitter KTH_V95]

CHAPTER 10 : GOODBYE, IRENE

.

IRENE POV - OKTOBER 2017

"Sudah beberapa minggu ini aku terus memikirkan ucapan Jin ssaem dan Yoongi ssaem siang itu. Haruskah aku.. Memberitahu keluargaku?" tanya Taehyung padaku ketika kami sedang sarapan bersama di kantin hospice.

Aku menatap Taehyung, kekasihku yang sangat tampan namun semakin terlihat lemah itu.

"Bukankah sudah kukatakan sejak awal kita pacaran? Beritahukan keluargamu agar mereka tidak menyesal ketika kau meninggal nanti..." sahutku.

Taehyung terdiam.

Aku menggenggam erat tangannya. "Ingat, mereka justru akan semakin terluka jika mengetahui penyakitmu pada hari hari kematianmu, ketika kau sudah tak bernyawa lagi.."

"Aku.. Belum siap melihat eomma dan appa menangisiku, noona.." sahut Taehyung lirih.

"Benar kata Yoongi ssaem. Kau egois. Kau hanya berpikir dari sudut pandangmu tanpa memikirkan bagaimana keadaan keluargamu jika mereka nanti menemukanmu sudah tak bernyawa lagi." sahutku.

Taehyung menundukkan kepalanya. "Aku juga seringkali merasa kesepian. Apalagi setiap melihat Joyi dan Yeri menjengukmu, serta melihat Jungkook menjenguk Jimin."

"Katakanlah pada kedua orang tuamu secepatnya..." sahutku.

Taehyung menghela nafas. "Kurasa aku masih butuh waktu untuk berpkir, noona..."

Taehyung menyenderkan kepalanya ke pundakku. "Ijinkan aku beristirahat sejenak di bahumu..."

Aku mengusap pelan rambutnya. "Aku tidak akan lama berada disisimu... Usiamu masih jauh lebih panjang dariku.. Ketika aku meninggal nanti, siapa yang akan menemanimu lagi seperti ini? Hanya orang tuamu yang bisa kau andalkan..."

"Jangan bicarakan masalah kematianmu, noona. Aku belum siap memikirkan kematianmu." sahutnya.

Majjayo.

Usiaku tinggal satu setengah bulan lagi, sementara Taehyung masih ada lima bulan lagi.

Sepeninggalku nanti, apakah ia akan semakin terpuruk?

Setelah aku meninggal nanti, ia pasti akan menangisi kepergianku kan?

Ia akan semakin terluka dengan kepergianku kan?

Lalu... Di bahu siapa ia akan bersandar nanti?

Mengingat hal itu, aku ikut merasakan sakit. Dadaku serasa ditusuk sesuatu yang tajam.

Tiba-tiba, aku ingin berlutut, memohon kepada sang takdir, bisakah usiaku diperpanjang lagi?

Agar aku bisa semakin lama menemani Taehyung sebelum ajal menjemputnya...

.

.

.

JIN POV - OKTOBER 2017

Aku terdiam setelah selesai melakukan MRI kepada Irene hwanja.

Sudah seminggu belakangan ini, sakit di kepala Irene hwanja semakin sering kambuh, dan Irene hwanja mulai semakin kehilangan keseimbangannya.

Jadi, aku memutuskan mengecek kondisi tumor di otaknya.

Dan aku terkejut melihat hasil yang baru saja keluar.

Tumornya sudah semakin membesar.

Itu berarti, tak lama lagi... Kesadarannya akan semakin menurun..

Dan kematian pun akan segera menjemputnya.

Padahal, ia terlihat sangat bahagia setiap sedang bersama Taehyung hwanja.

Aku bingung harus dengan cara yang bagaimana menyampaikan hal ini kepada irene hwanja... Dan juga kepada Taehyung hwanja...

Setidaknya, Taehyung hwanja harus mengetahui hal ini juga kan?

Agar ia tidak terlalu terkejut ketika melihat kondisi Irene hwanja yang akan semakin memburuk.

Aigoo...

Kisah cinta mereka... Harus berakhir dengan tragis seperti ini kah?

.

.

.

TAEHYUNG POV - OKTOBER 2017

Aku terdiam.

Jin ssaem masih terduduk di hadapanku.

"Kau... Harus bersiap untuk hal terburuk..." sahut Jin ssaem.

Aku masih terdiam.

"Kondisinya akan semakin memburuk ke depannya. Kau tidak bisa lagi sering-sering mengajaknya berjalan-jalan di taman hospice ataupun makan siang bersama di kantin hospice... Ia akan lebih sering menghabiskan waktunya di atas kasur kamarnya..." sahut Jin ssaem lagi.

Aku masih terdiam.

"Mengapa aku memberitahumu terlebih dahulu mengenai kondisinya? Agar kau bisa mempersiapkan dirimu akan kepergiannya yang mungkin tidak akan lama lagi..." sahut Jin ssaem.

Aku menatap Jin ssaem.

Tanpa sadar air mataku menetes.

"Apa.. Tumornya sangat parah, ssaem?" tanyaku.

Jin ssaem menganggukan kepalanya. "Perkembangan sel tumornya sangat cepat... Perkiraan usianya tidak akan sampai satu bulan lagi."

DEG!

Jantungku seperti tertusuk sebilah pisau tajam.

Mwoya igo?

Irene noona... Tidak akan sampai sebulan lagi? Sisa usianya?

Jin ssaem menepuk pelan bahuku. "Himnae, Kim Taehyung hwanja..."

Aku hanya bisa menganggukan pelan kepalaku sambil menghapus air mata di wajahku.

Apa aku... Siap?

Melihat Irene noona meninggalkanku nanti?

.

.

.

AUTHOR POV - NOVEMBER 2017

Jimin duduk bersebelahan dengan Taehyung di kursi taman hospice sore itu.

Air mata masih membasahi wajah Taehyung.

Jimin menepuk-nepuk pelan bahu Taehyung, berusaha menenangkan Taehyung.

"Irene noona akan baik-baik saja, Taehyung ah..." sahut Jimin, berusaha menyemangati Taehyung, sahabat terbaiknya itu.

"Aku... Belum siap melepaskan Irene noona, Jimin ah..." sahut Taehyung lirih.

Setengah jam yang lalu, penyakit Irene kembali kambuh ketika ia dan Taehyung sedang duduk-duduk di kursi yang ada di depan kamar Irene.

Tiba-tiba Irene muntah-muntah, lalu mengeluh kepalanya sangat sakit.

Rintihan kesakitan Irene terdengar sangat menyakitkan di telinga Taehyung.

Dan sebelum Namjoon sempat memberikan obat pereda nyeri kepada Irene, Irene sudah jatuh pingsan dalam pelukan Taehyung.

Sudah seminggu belakangan ini, Irene bahkan mulai sering kehilangan ingatannya. Tiba-tiba ia ingat, namun tiba-tiba saja ia bisa kehilangan ingatannya.

Ingatannya mulai terganggu. Irene bahkan jadi suka mengoceh yang tidak-tidak.

Irene mengatakan melihat sesuatu yang tidak Taehyung lihat.

"Kurasa, tumor otaknya sudah semakin membesar, Tae.." sahut Jimin. "Cepat atau lambat... Aku juga akan sepertinya..."

"Haruskah aku... Kehilanganmu dan Irene noona? Karena tumor otak di kepala kalian?" sahut Taehyung sambil terisak. "Kalau saja bisa, ingin rasanya aku mengangkat tumor itu dari dalam kepala kalian agar kalian tidak meninggalkanku seperti ini!"

Jimin mengusap pelan kepala Taehyung. "Toh, kau juga akan menyusul kami kan suatu saat nanti..."

"Tapi tetap saja... Aku harus terlebih dulu kehilangan kalian..." isak Taehyung.

"Aigoo..." sahut Jimin sambil memeluk tubuh sahabatnya itu, membiarkan air mata Taehyung membasahi pakaian yang dikenakanannya.

.

.

.

"Kalian siapa?" tanya Irene ketika membuka matanya malam itu.

"Ini aku, adikmu! Park Joyi, eonnie!" sahut Joyi.

"Aku Kim Yeri, adikmu juga!" sahut Yeri.

"Mengapa kalian berbeda marga denganku kalau aku eonnie kalian?" sahut Irene.

"Karena kita bertiga beda ayah namun satu ibu... Kau lupa itu?" tanya Joyi. Air mata sudah menggenang di kedua bola matanya.

"Aku tidak ingat punya adik..." sahut Irene.

"Eonnie... Jebal... Masa kau begitu mudah melupakan kami?" sahut Yeri dalam isak tangisnya.

"Aku tidak ingat siapa kalian.." sahut Irene.

"Tumornya sudah semakin meluas dan ingatannya sudah mulai bermasalah... Bersabarlah... Ia akan sering seperti ini ke depannya..." sahut Wendy sambil mengusap punggung Yeri dan Joyi.

"Mengapa bisa terganggu juga ingatannya?" tanya Joyi lirih.

"Otak kita adalah pusat dari segalanya.. Jika otak kita terganggu, maka semua yang ada di tubuh kita pun akan terganggu.. Ingatan, keseimbangan, semua akan terganggu..." sahut Hoseok, berusaha menjelaskan kepada Joyi dan Yeri.

"Eonnie..." sahut Yeri sambil menangis, kedua tangannya menggenggam erat telapak tangan kanan Irene.

"Kupu-kupu!" sahut Irene tiba-tiba sambil menunjuk ke atas kepalanya dengan tangan kirinya. "Ssaem! Ada kupu-kupu indah disana, coba kau tangkap untukku!"

Hoseok dan yang lainnya menatap ke arah yang ditunjuk Irene.

Kosong!

Tidak ada apapun disana.

Seulgi ikut menatap ke arah yang ditunjuk Irene dan ia tidak melihat apapun.

"Ssaem! Tangkap kupu-kupu itu untukku!" sahut Irene.

Hoseok menatap sedih ke arah Irene. "Araseo, nanti akan kutangkap untukmu."

"Disana tidak ada apa-apa, eonnie!" sahut Joyi.

"Ada kupu-kupu sangat banyak! Mana mungkin kau tidak melihatnya?" sahut Irene.

Taehyung hanya bisa menatap kejadian itu dari luar kamar Irene. Air mata kembali mebasahi wajahnya. "Noona..." sahutnya lirih.

Sementara Seulgi tengah bertanya dalam benaknya. "Suatu saat nanti... Jimin akan seperti itu jugakah? Aku.. Akan menghilang dari ingatannya kah?"

Tanpa sadar, air mata kembali membasahi wajah cantik Seulgi.

Sementara Irene masih terus saja bicara melantur.

"Wendy ganhosa! Lihat di atas sana! Ada anak kucing sedang berlarian! Yeppuda~" sahut Irene.

Lima menit kemudian ia kembali berkata sambil tertawa, "Ah! Ada Yoongi ssaem sedang menari di atas sana! Hahaha~ Tariannya sangat lucu!"

Tangisan Joyi dan Yeri pun semakin meledak.

"Eonnie..." sahut mereka berdua dalam isak tangisnya.

"Mengapa kalian menangis? Bukankah tarian Yoongi ssaem sangat lucu?" tanya Irene dengan polosnya.

Dan tiba-tiba Irene kembali berteriak kesakitan.

Kepalanya kembali terasa sangat nyeri.

.

.

.

Lima hari belakangan ini, Taehyung semakin dibuat menderita karena Irene seringkali tidak mengingatnya.

Bahkan, Irene berkata melihat banyak lebah yang berterbangan mengelilingi kepala Taehyung ketika mereka sedang mengobrol di dalam kamar Irene. Padahal tidak ada apa-apa di atas kepala Taehyung!

Dan ketika Taehyung sedang mengambil beberapa foto di kamarnya sore itu, tiba-tiba saja petir bergemuruh kencang di luar sana.

Hujan deras pun turun dengan tiba-tiba. Langit seketika menjadi gelap.

DEG!

Ada sesuatu yang membuat dada Taehyung terasa sesak, namun Taehyung tidak tahu perasaan apa itu.

"Igo mwoya?" gumam Taehyung.

Dan tak lama kemudian, Namjoon berlari masuk ke dalam kamar Taehyung.

"Taehyung hwanja! Kondisi Irene hwanja semakin menurun! Kesadarannya semakin menurun dan ia tidak sadarkan diri sejak tadi siang. Tekanan darahnya terus menurun drastis." sahut Namjoon dengan wajah panik.

Taehyung refleks melempar kameranya ke atas kasur lalu berlari bersama Namjoon menuju kamar Irene.

.

.

.

Joyi dan Yeri tengah menangis tersedu-sedu sambil terus memanggil nama Irene, berharap Irene segera membuka kedua matanya.

Taehyung berjalan perlahan menghampiri kasur tempat Irene terbaring.

Joyi bergeser sedikit, memberikan tempat untuk Taehyung berdiri di samping kasur Irene.

"Oppa... Irene eonnie, oppa..." isak Joyi.

Taehyung menempuk pelan bahu Joyi. "Ara..." sahutnya lirih.

Taehyung duduk di kursi yang ada disamping kasur Irene, lalu tangannya menggenggam erat telapak tangan kanan Irene.

"Noona, ini aku.. Kim Taehyung.. Kekasih tampanmu..." sahut Taehyung tepat di telinga Irene. Air mata mulai menetes dari bola mata indah Taehyung.

"Noona, sadarlah.. Bukalah kedua matamu.. Lihat aku setidaknya sekali untuk terakhir kalinya, noona... Jebal..." bisik Taehyung sambil terus meneteskan air mata.

Tiba-tiba, tekanan darah Irene naik.

Tak lama kemudian, Irene membuka kedua bola matanya.

"Taehyung ah... Itu kau?" tanya Irene tiba-tiba, namun pandangannya kosong.

"Noona!" Taehyung terkejut melihat Irene sadarkan diri.

Taehyung segera berdiri dan menghadapkan wajahnya tepat di depan wajah Irene. "Ini aku, noona.."

"Eonnie!" Joyi dan Yeri ikut terkejut melihat Irene, begitu juga dengan Wendy dan Namjoon.

Irene tersenyum. "Majjayo.. Itu kau, Taehyung ah.."

"Noona..." Taehyung meneteskan air matanya. "Syukurlah kau sudah sadar!"

Namun, ucapan Irene tiba-tiba membuat suasana hening seketika.

"Aku.. Sudah tidak tahan lagi, Taehyung ah..." sahut Irene dengan nada lemah. "Aku.. Sudah sangat mengantuk..."

"Noona!" teriak Taehyung.

Irene kembali tersenyum. "Gumawo... Karena sudah memberikanku sangat banyak kebahagiaan di saat-saat akhirku bersamamu..."

"Eoonie, kajima jebal!" Yeri terus terisak, begitu juga dengan Joyi.

Namjoon dan Wendy mulai meneteskan air mata mereka.

"Terima kasih.. Sudah menjadi cinta terakhirku, Kim Taehyung... Jangan lupa kabarkan kondisimu kepada kedua orang tuamu... Sebelum terlambat.. Agar kau tidak kesepian disini setelah kepergianku..." sahut Irene, nada bicaranya semakin melemah.

"Aku mencintaimu, noona..." sahut Taehyung.

"Aku juga... Sangat mencintaimu, Kim Taehyung..." sahut Irene dengan nada nyaris berbisik. "Bisakah kau menciumku untuk terakhir kalinya?"

Seulgi dan Jimin, yang baru saja hendak masuk ke kamar itu setelah kembali dari taman, langsung menghentikan langkah mereka dan terdiam melihat situasi dalam kamar itu.

Tangan Jimin langsung menggenggam erat tangan Seulgi.

Taehyung mendekatkan wajahnya ke wajah Irene.

Dan tepat ketika bibir mereka bersentuhan, Irene langsung memejamkan kedua matanya.

Dan tekanan darahnya langsung menurun sangat drastis.

Kesadarannya pun kembali hilang.

Taehyung terus mengecup lembut bibir itu sambil meneteskan air matanya.

Sementara Joyi dan Yeri sudah menjerit memanggil keras nama Irene.

Wendy dan Namjoon menahan agar tubuh Joyi dan Yeri tidak terjatuh ke lantai.

"Irene eonnie..." bisik Seulgi. Air mata mulai menetes dari kedua bola mata indahnya.

Jimin mengusap pelan kepala Seulgi.

Dan tak lama kemudian. Jantung Irene berhenti berdetak. Nafasnya juga terhenti.

Ajal.. Telah datang menjemputnya.

"NOONAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" teriak Taehyung sambil memeluk erat tubuh Irene yang sudah tak bernyawa lagi.

Wendy segera berlari menuju meja perawat di lantai empat.

"Irene hwanja... Baru saja menghembuskan nafas terakhirnya." sahut Wendy setibanya disana.

Membuat tawa Jin, Soobin, dan Hoseok yang tengah menertawai Yoongi terhenti.

"Bagaimana.. Kondisi Taehyung hwanja?" tanya Yoongi.

"Ia tengah berteriak sambil menangis di samping jasad Irene hwanja..." sahut Wendy pelan.

Dan pemakaman itu segera diadakan sore itu juga.

.

-TBC-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top