27

WARNING! WARNING! ⚠️
Ada adegan pelecehan dan bloody everywhere. Yah, sebenarnya aku ogah bikin yg ginian. Tapi ya gimana lah.

———Happy Reading———

"Kumohon... Bebaskan kami..."

Paul dan King saling berpelukan, mengirim sugesti ketenangan satu sama lain. Tubuh mereka gemetar kala wanita itu mendekati ranjang. Mereka sudah mencari jalan keluar tadinya, namun ruangan itu sempurna terkunci.

"Setelah aku membayar tinggi untuk menyewa kalian? Yang benar saja."

Kenapa bisa jadi seperti ini? Mereka hanya menunggu ayah mereka datang menjemput di depan TK. Kenapa mereka berakhir di tempat gelap dengan wanita bergaun malam menjijikkan?

Wanita itu berdiri di depan ranjang, menyeringai seram. "Kembar, huh? Kualitas yang bagus. Jarang-jarang aku melihat kembar. Apa kalian siap untuk jadi pria sejati? Tak usah takut, ini tidak sakit. Kamu hanya akan merasakan sensasi nikmat sebelum waktunya."

Tangannya terulur ke kepala Paul, namun King segera menepisnya. "Jangan sentuh adikku!" geramnya pindah posisi ke depan. Kuda-kuda melindungi.

"Bagus, bagus. Kalau tidak melawan begini, permainannya tidak seru." Wanita itu justru tertawa kencang lantas membanting King ke lantai.

"KAKAK! Jangan sakiti kakakku!" Paul mengambil bantal, selimut, semua benda yang ada di sekitarnya dan menghujani wanita itu dengan serangan lemah.

Grep! Dia mencengkeram lengan Paul lantas menyerbu bibirnya. Ciuman paksa. Mata Paul terbelalak, refleks memberontak. Masalahnya wanita itu menindihnya, membuat pemberontakannya menjadi sia-sia.

"Hentikan... Kumohon... Aku tidak mau..."

Air mata tak henti-hentinya mengalir dari bola mata Paul yang sudah menggosong. Sudut bibirnya berdarah karena wanita itu menggigitnya selagi memasukkan lidahnya.

"Hahaha. Anak-anak memang yang terbaik," gumamnya menjilat bibirnya.

Sementara itu, King beranjak bangun. Dia pingsan untuk beberapa saat. Kepalanya berdarah karena wanita brengsek itu membenturkan tubuhnya ke meja. Maniknya terarah ke ranjang, sontak membulat melihat adiknya hendak diperkosa. Wanita gila itu beringas ingin membuka celana Paul.

King menyapu pandangan ke sekeliling, terhenti di dudukan lilin runcing. Langsung saja King menyambar benda itu, kemudian naik ke ranjang, lalu brak! Memukul kepala wanita mesum itu dengan bagian bawahnya sehingga pagutannya terhadap Paul terlepas.

King membawa Paul ke lantai, menyelimuti tubuhnya yang bergetar.

"Aku tidak mau lagi... Aku tidak mau lagi... Ampun, maafkan aku... Aku bersalah... Jangan sentuh aku..."

King menepuk kepala Paul, tersenyum. "Tenanglah. Semua akan baik-baik saja. Aku akan mengeluarkanmu dari sini. Maka dari itu jangan menangis, Paul."

Ya. Semua akan baik-baik saja.

Wanita itu tertatih ke arah kembar sambil memegang kepala yang mengucurkan darah, menatap King marah. Urat lehernya muncul.

"ANAK SIALAN--"

Sungguh, sebuah gerakan yang tiba-tiba dan sangat cepat. Wanita itu tidak sempat siaga, bertanya-tanya apa yang hendak King lakukan. Dia mendadak berdiri lalu menyerang lehernya dengan tatakan lampu di tangan.

Crat! Darah mencoret ke wajah King. Wanita itu mengap, memegang leher yang robek, seketika jatuh tergolek.

King menduduki tubuhnya, mengangkat tinggi 'alas lilin' bagian runcingnya.

Crat! Tusukan pertama. Darah memercik, menyiram baju King. Jangkauannya sampai ke Paul yang mematung.

"Berani sekali kamu menodai adikku, sialan. Mati. Mati. Mati kamu, Jalang!"

Tak! Tak! Tak! Tak!

King membolongi tubuh wanita itu. Tidak puas dengan tujuh tusukan. King terus melakukannya hingga dia tidak lagi bernapas. Jantungnya berlubang.

"Hahaha, akhirnya dia mati. AHAHAHA!"

Klontang! King menjatuhkan 'tatakan lilin' itu, menoleh ke Paul yang sudah bersimbah darah sama sepertinya.

King tersenyum lebar. "Sudah kubilang, kan? Semua akan baik-baik saja. Aku akan melindungimu, Paul."

Paul berbinar-binar syok. Dan semuanya berubah menjadi gelap.

-

Deg! King melek, tersentak bangun. Bunga tidurnya berakhir di kegelapan yang mendatangi. Itu pasti di detik-detik dirinya dan Paul keluar dari rumah Kinderen lalu bertemu polisi.

Di mana ini? Bukankah seharusnya dia berada di rumah sakit? Lalu kenapa temaram di sana? Mati lampu? Tapi kok perkakas di sekitar King berbeda sama sekali? Chalawan di mana? Ke toilet?

King menoleh ke kiri-kanan. Aduh, apa dia tertidur lama hingga tahu-tahu hari sudah gelap? Kenapa pula dia ketiduran.

"Yo, lama kita tak bertemu."

King berhenti tolah-toleh. Seluruh kinerja tubuhnya seakan berhenti berfungsi, menoleh gemetar ke sumber suara. Tidak mungkin. Dia kenal suara ini. Suara yang sangat dia rindukan.

Sosok itu melangkah lebih dekat. Walau pencahayaannya temaram, King dapat melihat wajahnya dengan jelas.

Air mata King meluncur. "Paul... Kamu benar-benar Paul, kan? Kamu hidup. Kamu masih hidup. Paul, adikku..."

King selalu yakin kembarannya selamat dari ledakan di Pockleland kemudian menyembunyikan diri di suatu tempat. Dia selalu percaya bahwa Paul masih hidup. Syukurlah dia mempertahankan kepercayaannya. Ini reuni saudara kembar yang sudah lama terpisah!

"Paul, ke mana kamu selama ini? Kakak mencarimu bertahun-tahun, tidak pernah menyerah, melakukan pencarian berulang kali. Kakak benar-benar merindukanmu. Biarkan kakak memeluk..."

Ketika ingin berdiri, baru lah King sadar kalau kedua tangannya terantai. Eh? Kenapa dia diikat? Kok ada alat medis terpasang di tubuhnya? Apa yang?

Paul tersenyum hangat. "Aku juga sangat merindukanmu, Kak. Setiap hari aku bersabar menunggu hari ini tiba."

Ah, senyum itu. Sama seperti dulu. Dia tidak pernah berubah. Dia masih tetap Paul yang sama. King menangis.

"Tapi, setelah pemulihanku, aku mendapat kabar kalau Mama kita mati. Kenapa bisa begitu? Kenapa Mama yang merupakan polisi meninggal? Apa yang membuat beliau tewas? Kenapa?"

King menatapnya sendu. "Paul..."

"Lalu rekan Mama menjelaskan semuanya, kalau Mama mendonorkan jantungnya kepadaku yang sekarat."

King tertegun. "A-apa maksudmu?"

Paul melepaskan tiga kancing pakaiannya, memperlihatkan sebuah jejak bekas operasi. "Kamu lihat, Kak? Ini hasil ulahmu telah mendorongku ke lautan api. Hahaha, ironis sekali. Kamu bilang kamu merindukanku. Apa itu kedok dari maksudmu yang sebenarnya? Kamu mau membunuhku, kan?"

"TIDAK, PAUL! AKU BENAR-BENAR TAK BERMAKSUD MELAKUKAN ITU! AKU KHILAF! AKU BUTA KARENA RASA IRI!"

"Baiklah, lupakan soal lukaku. Kita membahas tentang Mama." Paul bersenandung ceria, kembali mengancingi bajunya. "Berbulan-bulan aku depresi setelah kematian Mama, aku menemukan catatan tentang Revive Project. Butuh tiga bulan untuk mempelajari isinya dan luar biasa! Kamu tahu, Kak? Proyek ini bisa membangkitkan orang mati lho!"

Apa yang dia bicarakan dari tadi? Kenapa King tidak paham ke mana arah percakapan ini menuju?

"Bersama teman Mama, Casiel, aku menelusuri jejak Revive Project lalu menemukan kapsul penelitiannya. Jangan tanya lagi apa yang kulakukan. Tentu saja aku mencurinya!

"Tapi, tapi, aku tidak mau jika terjadi kesalahan sistem saat proses pembangkitan. Mayat Mama bisa rusak. Makanya aku butuh subjek percobaan. Aku menyuruh Casiel mencuri mayat-mayat napi di rumah sakit Aslenora. Ah, jangan risau. Aku takkan mengotak-atik jasad orang baik.

"Setelah memastikan kapsulnya bekerja dengan baik, aku pun dengan antusias memasukkan Mama ke dalamnya. 8 tahun, Kak. Delapan tahun aku mengawetkan tubuh Mama di kapsul dan ajaib, Mama menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Dia bangkit dari kematian!

"Tapi, tapi, kenapa Mama belum bangun juga? Kalau dia sudah sembuh, seharusnya dia bangun dan memelukku dong? Kenapa Mama masih tidur?

"Dimulailah cerita panjang yang membuatku makin berambisi. Casiel bilang yang berdetak di dadaku saat ini adalah jantung Mama. Aku terharu saat mendengarnya, Kak. Mama ternyata sangat menyayangiku. Dia mencintaiku."

King mencoba mencerna tuturan kata Paul yang tidak masuk akal. Kapsul Kehidupan? Revive Project? Apa-apaan.

"Kakak pasti tidak percaya, kan? Tidak masalah. Paul akan menunjukkannya."

Sebenarnya diperhatikan seksama, lokasi King saat ini seperti sebuah kamar. Di depannya, sebuah tirai biru--kesukaan ibu mereka--terjuntai seolah menutupi sesuatu. Sejak siuman, King juga mendengar suara gelembung air lamat-lamat dan derum mesin.

"Kakak akan terkejut melihat ini!"

Srak! Paul menarik tirai itu.

Kapsul seukuran manusia, besar dan bertulisan 'Revive Project' berdiri gagah di depan mereka berdua. Di dalamnya terdapat mayat Pasha yang dicari-cari Watson dkk beberapa hari terakhir yang direndam oleh air. Setiap tubuhnya ditempeli kabel aneh. Di samping kapsul, terdapat alat monitor.

King tercekat. Berkaca-kaca. "Apa... Apa yang kamu lakukan pada Mama?" (*)




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top