21

Pukul 14.56 siang.

King menatap ayahnya yang tertidur di tepi ranjang senantiasa menunggunya bangun, beralih menatap plafon ruangan. Pandangannya menerawang.

Kenapa ingatanku tumpang tindih?

Saat itu, di tebing, King yakin sekali dia melompat ke laut atas kemauannya sendiri. Apa dia berhalusinasi karena merasa bersalah mendorong Paul? Entah kenapa sulit membedakan kenyataan.

Mata King memanas. Tidak. Dia tidak melakukannya. Kenapa dia harus mendorong kembarannya ke maut?

'Please Kill My Brother'.

King beranjak duduk, menoleh ke novel laknat akar dari masalah ini. Dia salah. Jika saja King tidak memungutnya di gudang waktu itu, semua masalah ini takkan terjadi. Chalawan benar. Seharusnya dia tidak mencari-cari Paul.

King ingat, memang dia lah yang membuat novel itu. Dia juga lah yang mengubah judulnya. Menutup kata 'kill' dan menggantinya menjadi kata 'find'.

Lalu setelahnya apa? Kenapa King tidak mengingat apa pun? Kenapa... kenapa ingatannya menghilang? KENAPA?! Kenapa dia tidak bisa mengingatnya?!

Di luar, Violet membatalkan niatnya masuk ke dalam demi melihat King terlihat begitu putus asa. Tangannya terkepal, mengeluarkan ponsel dari saku rok.

Menelepon Watson.

-

"Si Pasha ini meresahkan. Bagaimana mungkin peti mayatnya kosong dua kali? Siapa lagi yang mencurinya?"

Hellen menyikut Jeremy, menggeleng.

Watson menggigit jari. Ini rumit. Heineri tidak mungkin memberikan alamat yang salah. Apa peti itu sudah kosong sejak awal? Apa ada yang mengambil jasad Pasha lebih dulu? Jangan-jangan organisasi yang memperdagangkan organ? Atau kaki tangannya? Kenapa?

Nguoong~ Suara paus menyita atensi.

Watson ogah-ogahan menoleh, tertegun. Kenapa warnanya berubah jadi hitam? Seingat detektif muram itu sebelumnya warna pausnya biru. Apa yang terjadi? Apa itu menyesuaikan beban pikirannya?

Hellen menangkap sinyal ganjil dari Watson, ikut memperhatikan langit. Tidak ada apa pun di sana. Jadi, apa yang dia lihat sampai terkejut begitu?

"Lihat apa?" tegurnya.

"Ah, bukan apa-apa. Sampai di mana kita tadi? Pertama sekarang, kita kembali ke mobil dan menanyai Heineri--" Ponselnya berdering. Violet menghubungi. Langsung saja dia angkat. "Kenapa, Vi?"

[Tolong beri aku pekerjaan. Mencari apa pun itu. Paul, Pasha, atau apalah. Aku tidak bisa terus diam di sini, Watson!]

"Bertenanglah sebentar..."

[Andai saja aku mengantisipasi hari itu! Maka kita punya informasi memadai. Ini salahku tidak mempersiapkannya.]

"Tunggu, apa maksudmu?"

[Hari kita pergi ke Distrik Snowdrop, kami dihadang seseorang berpostur tubuh beruang yang mengetahui soal Paul. Andai saja waktu itu aku tahu siapa Paul!]

"Apa kamu tahu siapa namanya?"

[Tidak. Aku tidak tahu.]

Mungkinkah antek-antek Jerena? Dipikir-pikir Snowdown kan terlihat dalam kasus ini walau sekadar memalsukan kematian pelaku pemerkosaan Kinderen.

Watson menyalakan mode speaker. "Mari kita bagi tim. Aiden dan Stern pergilah ke auditorium tempat lelang terakhir Jerena, cari sesuatu yang berhubungan dengan Paul Procyon atau Pasha. Kamu Vi, cari data anggota Snowdown. Terutama pria berbadan beruang yang kamu katakan. Aku dan Bari tinggal di sini mencari tahu tentang Pasha lebih lanjut."

[Dimengerti!] Panggilan berakhir.

"Petugas Nalan, tolong antar mereka berdua ke Distrik Snowdrop. Jika anda melihat orang mencurigakan, jangan ragu untuk menangkapnya."

Nalan hormat. "A-aku merasa terhormat!"

"Lalu," Watson menyerahkan walkie-talkie. "Kita berkomunikasi pakai ini. Jika menggunakan ponsel, ada kemungkinan GPS kita dilacak musuh. Berhati-hatilah."

"Dan sendiri hati-hati juga."

"Jangan khawatir." Watson menunjuk Jeremy dengan mimik andalannya. "Kan aku punya perisai kuat di sini."

"Sialan, ternyata itu yang kamu incar."

Watson mengabaikan umpatan Jeremy. "Hubungi aku jika kalian mendapatkan sesuatu. Segera, tidak boleh ditunda."

Mobil patroli pun melesat pergi. Membicarakan tim, sudah lama sekali Watson dan Jeremy tidak berpartner. Terakhir kali kapan, ya? Pokoknya lama. Pasalnya setiap mereka satu tim...

"What now?"

"I don't know."

Jeremy mencekik Watson ala meme.

"Aduh kamu ini, Bari. Apa kamu tidak mendengar kalimatku barusan? Kita akan menanyai tentang Pasha ke Heineri. Lebih detail lagi, kronologis. Seseorang pasti telah mencuri mayatnya."

"Aduh Watson, bagaimana ya? Aku yang debu semesta ini tak bisa disandingkan dengan bintang dunia sepertimu--"

Plak! Watson menabuh punggungnya. Tidak terima, Jeremy balas menampar Watson dalam harfiahnya.

"Kamu menampar seorang pasien? Kamu mengajak bertengkar?!"

"Ayo sini! Aku tidak takut denganmu!"

Mereka pun bertengkar kayak anak-anak. Saling mengayunkan tangan ke satu sama lain sambil berseru: makan nih!

Tapi, suara sirine polisi menghentikan gelut bocah mereka. Itu mobil Angra.

"B-bukannya ini gawat, Wat?"

Klek! Angra keluar dari mobil, spesifik mengarah ke Watson. Tatapannya buas laksana predator mengintai mangsanya. 

"KABUR, BARI! CEPAT KABUR!"

Tanpa abcd, Watson dan Jeremy tancap gas dari sana. Melihat targetnya melarikan diri, Angra ikut berlari. Takkan dia biarkan anak sialan itu lepas darinya!

"WATSON DAN!" seru Angra marah.

Sial, Watson tak dibiarkan istirahat barang sedetik. Stamina tuh polisi satu berapa sih? Apa setingkat Deon?

"Ayo, Watson! Dia hampir dekat!"

"Percuma saja... Aku sangat lelah... Cuacanya terlalu panas. Aku menyerah." Entah hukuman apa yang akan Angra berikan, Watson ikhlas. Dia capek.

"Kenapa fisikmu lemah banget sih?!"

Tep! Akhirnya Angra tiba di hadapan mereka yang tak bisa kabur lagi.

Jeremy mengepalkan tinjunya. "Yosh, melawan seorang polisi kurasa tidak begitu sulit. Ini tantangan mainstream."

Angra menatap Jeremy datar. Dia tidak tertarik berkelahi dengan anak-anak. Dia meloloskan pistolnya dari sabuk, lalu dor!

Tembakan tanpa peluru dan arahnya ke pohon, namun Jeremy langsung pingsan karena terkejut. Mental yang lemah.

Watson mengalihkan muka malu.

-

Kedua tangan Watson terborgol. Angra melakukannya jaga-jaga detektif muram itu nekat melompat keluar dari mobil. Anak itu kan rada sinting otaknya.

"Aku tahu anda marah. Tapi ini tidak--"

"Diam." Satu kata dingin yang menciutkan nyali Watson. Aish, sialan! Memangnya dia habis melakukan kejahatan besar?! Dia hanya sedikit membohongi Angra.

Watson menggelembung kesal. Aigoo, kenapa harus di saat seperti ini? Padahal mereka lagi cari informasi.

"Aduh, pening Mak..."

"Oh sudah bangun, Pangeran Tidur?" Watson menatap Jeremy ketus.

"Apa yang terjadi? Aku masih hidup?!"

"Bisa-bisanya kamu pingsan karena tembakan prank? Membuat malu saja."

"Eh, hei, semua orang akan terkejut tiba-tiba ditodong pistol dan ada suara dor. Mana kutahu dia menembak pohon, terlebih pelurunya kosong?!"

"Mana mungkin seorang polisi menembak remaja. Kecuali orang ini psiko--"

"Aku dengar itu," potong Angra.

"Ayolah, Inspektur. Kami sedang menyelidiki suatu kasus. Anda tak bisa menangkap kami seperti ini."

Angra menginjak pedal rem, menoleh masam ke Watson. "Apa kamu pikir seorang penjahat memiliki hati nurani? Kamu bisa mati, bocah sombong!"

"Anda tidak ada hubungannya--"

Drrt! Panggilan masuk dari Violet. Dia pasti sudah mendapatkannya. Bisa gawat kalau Angra mendengarnya.

"Ingil, tutup mulut mereka."

Ternyata masih ada satu penumpang lagi di dalam mobil, di bangku belakang. Kepala Ingil menyembul, membekap mulut Watson dan Jeremy supaya tak bersuara.

"Tunggu dulu--hmph!"

"Kalian diamlah sebentar, ya?"

Angra mengangkat panggilan itu.

[Aku menemukannya, Watson. Nama pria itu Casiel Modrak, 36 tahun. Dia lah yang menemukan Jerena dan merekrutnya sebagai ketua pelelangan Snowdown. Casiel adalah mantan satgas yang merupakan partnernya Pasha. Aku rasa dia tahu apa yang terjadi pada Pasha.]

Jeremy menutup telinga. Tidak mau mendengar nama kakaknya lagi.

Watson melepaskan tangan Ingil sekuat tenaga, seketika lupa tentang Angra yang ikut mendengarkan. "Bagaimana dengan alamatnya? Dia ada di mana?"

[Sejauh ini tidak ada informasi. Ponselnya mati. Dia sudah tak menggunakan kredit bertahun-tahun. Dia mungkin merubah identitasnya dan membuat kredit baru.]

Sherlock pemurung itu berpikir sejenak. Jika benar Casiel bawahannya Pasha, tak pelak lagi dialah yang mencuri mayat Pasha dan memindahkan Paul.

Artinya Paul masih hidup.

[Sekarang apa yang harus kulakukan?]

"Periksa kapan terakhir kali dia bertemu dengan Pasha dan periksa log panggilannya," suruh Watson cepat.

[Apa kamu curiga kalau Casiel ada sangkut pautnya dengan proyek--]

Watson tiba-tiba menyambar hapenya dan mematikan sambungan telepon itu.

"KAMU!" Angra berteriak. Gadis itu pasti hendak mengatakan sesuatu yang penting makanya Watson bereaksi.

"Aku takkan memberitahumu, Inspektur, karena itu informasi yang berharga untuk diketahui polisi suap seperti anda."

Angra menarik lengan detektif muram itu, menatapnya bengis. "Watson Dan...!"

PRANGG!! Sesuatu jatuh ke badan mobil membuat kaca depan retak. Itu bergulingan ke tanah. Bercak darah menempel di kaca. Mereka tersentak.

"Apa itu barusan?"

Angra dan Ingil bergegas turun.

"Tunggu!" Watson ikut turun.

Mereka mendekati sesuatu tersebut, rupanya sebuah mayat wanita. Begitu Angra membalikkan tubuhnya, Watson dan Jeremy sontak menahan napas.

"Bukankah dia salah satu pengendara yang menabrakmu, Watson?!" (*)












Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top